Bazar

22.7K 3.1K 1.4K
                                    

HAPPY READING NOMIN FANS!!








*****
Jeno terengah-engah di atas treadmil. Speednya sengaja ia tambah saat mengingat percakapannya dengan Jaemin.

"Gue tau lo cuma pura-pura. Gue tau lo cuma pura-pura. Gue tau lo cuma pura-pura"

Jeno marah, sangat marah sebenarnya. Jaemin entah terlalu bodoh atau hanya pura-pura bodoh tidak menyadari ketertarikannya.

Jeno duduk selonjoran di lantai berkarpet biru itu, ia banjir keringat. Hyunjin datang lalu duduk di sampingnya, keadaan Hyunjin juga tak jauh berbeda dari Jeno, banjir keringat. Biasalah, anak gym emang gitu.

"Menurut gue sih wajar kalo dia masih mempertanyakan keseriusan lo"

"Lah? Usaha gue kurang apa selama ini?" Jeno menegak minumannya saat Hyunjin memincing padanya.

"Sadar diri lo, lo kira gimana lo sama dia dua tahun terakhir? Mana pernah lo ngasih kode suka, yang ada adu bacot mulu kaya tukang sayur sama pembeli"

"Ya kan cara pdkt gue gitu"

"GELO" Ujin datang langsung noyor Jeno.

"Di mana-mana tuh pdkt kaya gini"

Ujin langsung meraih tangan kanan Hyunjin terus ia kecup punggungnya dengan cepat.

Tampang tak bersalah Ujin bikin Hyunjin naik pitam. Syukur bukan naik pesawat Jet. Entar kaya inces, hhmm.

"BANGSATTT" Hyunjin dengan tampang jijiknya langsung menarik tangannya dan mempiting leher Ujin dengan keras. Mau di matiin kasian juga sih, banyak hutang dia sama Hyunjin soalnya.

"JIJIQ GUE, ENTAR DI KIRA HOMO" Teriak Hyunjin di telinga Ujin.

"LAH LO SAMA JEONGIN BUKANNYA HOMO JUGA? DASAR LUPA DIRI" Ujin membalas tak kalah nyaring, syukur musik yang keras menutupi suaranya.

Hyunjin melepas pitingannya dan mengelus rambut Ujin sayang.

"Sebelum gue patahin badan lo jadi dua mending lo angkat beban aja sana, main sayap kek, bahu kek yang penting jangan ganggu gue"

"Lo sih bawa-bawa homo, kan sensitif" Ujin sok bijak.

"Emang kenapa kalo homo? Cinta nggk bisa milih milih brader, gue dulu juga sukanya yang bohai, tapi sejak ada Jeongin semua berubah" Hyunjin menjawab cuek.

"Bisa aja lo Junedi" Ujin menjawan cemberut.

Sementara keduanya sibuk bertengkar Jeno diam saja, sibuk mikirin Jaemin. Bucin emang beda.

Mark menyenggol Jeno yang masih terpaku.

"Cinta nggk boleh setengah-setengah brader. Perjuangin dong, kaya gue walau di tolak camer tetap maju terus"

Jeno menoleh dan memperhatikan Mark yang merogoh sesuatu dari kantung tasnya.

"Yuta hyung ngundang kita, gue beliin  satu buat Jaemin" Mark menyodorkan tiket bazar pada Jeno.

"Pokoknya lo harus bikin Jaemin datang, sayang duit gue udah beliin"

Jeno tersenyum, sahabatnya memang yang terbaik.

"Thanks"

"Yoi bro"

Keduanya bertos ria tanpa memperhatikan perdebatan Hyunjin dan Ujin yang masih saja seputar homo. Entah homo yang mana lagi yang dibahas, homo sapien, homo nariktus megantrupos, atau apapun yang berbau homo homo lainnya.

*ketahuan sejarahnya bego, nulis nama mahluk eh manusia purba aja nggk bisa.


*****
Kelopak mata Jaemin semakin tertutup rapat. Semilir angin membuatnya ngantuk.

Sang Bendahara Pelit ||| NOMIN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang