Nesya menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan kasar. Tas navynya masih setia di punggunya dan kini ditindih oleh tubuhnya. Ia memiringkan tubuhnya dan menatap nyalang sebuah kalender yang sudah ia lingkari dengan simbol hati. Besok adalah tanggal 17 September, dimana itu adalah ulang tahun tetangga sebelah rumahnya, sahabatnya, teman kecilnya, iya dia , Harish Tanujaya.
Nesya mendengus resah, apa harus Nesya memberi kejutan untuk Harish. Hati dan otaknya mengingkarinya karena mereka tak sejalan, otak Nesya menolak terang-terangan, sedangkan hatinya menyatakan harus sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabatnya itu meski perasaan Nesya lebih dari itu. Tangannya mengelap wajahnya gusar dan perlahan turun lalu bergegas untuk ganti baju, dan selanjutnya Nesya merencanakan kejutan.
Entah sudah berapa kali lagu Yellow dari Coldplay diputar Nesya, ia sibuk menata foto-foto untuk diedit di aplikasi video editing yang ada di laptopnya. Disana ada foto Harish, iya, semuanya foto Harish dari kecil hingga kini, dari bocah laki-laki yang jahil hingga jadi laki-laki yang tampan. Nesya mengedit dengan telaten, meskipun ia kerap kali mengucek matanya yang perih karena berhadapan dengan layar laptopnya.
Serangkaian foto dan juga kata-kata serta doa dirangkai Nesya dengan bagus, semua foto tadi digabungkan jadi satu beserta dengan backsound laguYellow dari Coldplay yang merupakan gambaran Harish baginya.
Video yang diedit sejak tadi akhirnya selesai juga, kali ini giliran Nesya merekam pengantar untuk selanjutnya Harish bisa menikmati video yang telah dibuat oleh Nesya dengan tulus. Meski tidak berhadapan langsung dengan Harish, Nesya yang menatap ke arah kamera ponselnya itu merasa gugup untuk mengatakan yang sudah ia tulis sebelumnya untuk di ucapkan. Dalam kata-kata yang ditulis Nesya, bukanlah kata-kata menuntut penjelasan atas sikap Harish yang tiba-tiba sayang lalu hilang begitu saja seperti tidak ada apa-apa diantara mereka yang terjadi, padahal Harish yang memulai semuanya hingga harus berakhir dengan ketidak pastian yang kian membawa Nesya pada kegelisahan yang nyata."Finish." ucap Nesya lirih dengan sebuah CD yang sudah cantik di tempatnya dengan ditempel pita kuning beserta tertulis Harish's gift. Lalu berakhir dengan senyum puas Nesya.
"Ya Lord, kemana aja mbk? Dari tadi dicariin mama gak ketemu." ucap Nelson berlebihan ketika melihat kakaknya yang baru muncul tengah malam begini di dapur.
"Lebay lu." cibir Nesya sambil menoyor kepala adiknya itu.
"Noyor, noyor, kalau gue bego gimana?"Nelson jadi manyun.
"Peduli setan." ucap Nesya kasar pada adik laki-lakinya ituyang ditanggapi dengan sikap sok polos adiknya yang makin menambah kejengkelan Nesya.
"Mau ngapain mbk?"
"Buat susu. Mau?" meski kakak beradik ini sering bertengkar dan saling beradu mulut atau mengumpat kata-kata kasar, tapi tetap saja mereka saudara yang rukun.
"Mau. Full ya? Taruh tupperware 1liter antar ke kamar. Ok?" perintah Nelson ringan.
Nesya memutar bola matanya lalu menatap tajam adiknya, dan pukulan dari sendok makanpun mendarat sempurna di dahi Nelson, hingga membuat Nelson mengumpat berkali-kali karena sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Broken Heart (Completed)
Teen FictionJika pengakuan adalah permainan, untuk apa Tuhan menciptakan harapan untuk dipercayai? --- Nesya dibuat menyadari cintanya kepada sahabatnya sendiri, tapi ketika Nesya benar-benar jatuh cinta, dia malah kehilangan sahabat sekaligus orang yang dicint...