Dengan sisa kekuatan yang dimiliki Nesya, ia pulang dengan hati dan tubuh yang terus bergetar, ia tidak tahu akan jadi seperti ini, apa yang dikatakan Anom secara tiba-tiba telah memporak-porandakan hati yang selama ini ia jaga. Nesya tidak tahu harus bersikap bagaimana, ia tidak tahu harus melakukan apa. Semua terasa buntu bagi Nesya.
Nesya masih mengingat betapa marahnya Anom, betapa terlukanya Anom, bahkan ingatan Nesya tidak mau sedikitpun melupakan frustasi yang tampak pada raut wajah Anom. Semua tentang Anom sedang bersarang di ingatannya, semuanya. Kemudian air mata yang tadi ia tahan tida mampu lagi untuk tidak keluar, kini ia menangis begitu keras di dalam kamarnya sendiri, entah kenapa setiap ia mengingat wajah Anom yang terluka ia semakin terluka, Nesya tidak tahu jenis sakit apa yang menyerang dadanya saat ini, yang ia tahu, ia hanya tidak bisa melihat Anom terluka. Semua terasa begitu menyesakkan.
"Anom, apa yang harus gue lakukan?" Tanya Nesya lebih pada dirinya sendiri di tengah tangisannya.
Malam ini gelap, tanpa bintang dan sinar rembulan yang masih disembunyikan mendung di sebelah timur. Semesta seolah tahu tentang keadaan hati Nesya yang tidak karuan, ia sendiri yang menolak percaya pada Anom, tapi ia sendiri pula yang terluka. Segalanya terasa seperti bumerang yang berbalik arah padanya.
Ponsel Nesya berdering, mencetak nama teman sekaligus tetangganya, iya itu Harish. Melihat nama Harish di layar ponselnya mengingatkan Nesya tentang tujuannya untuk cepat pulang dan meninggalkan teman-temannya, serta harus menyaksikan Anom yang terluka. Nesya kemudian memukul kepalanya sendiri, "Bego banget, Lo yang jelas-jelas gak percaya sama dia, tapi kenapa sekarang malah mikirin dia tanpa henti. Bego." Ucap Nesya lebih pada dirinya sendiri.
"Halo, kenapa Rish?" Nesya mengangkat telponnya.
"Kamu udah pulang?" Tanya Harish sedikit tergesa.
"Udah barusan." Nesya berbohong, padahal ia sudah dua jam lalu ada di rumah.
"Jalan yuk!" Ajak Harish.
"Kemana? Bisa tunda aja gak? Lagi males kaluar. Kalau Lo mau ngobrol yang penting banget, bisa lewat VN aja gak?" Keinginan Nesya untuk bertemu dengan Harish surut hingga seratus persen, berbeda dengan apa yang ia inginkan ketika sedang ada di mall tadi.
"Yaaa, ini harus diomongin langsung, gak bisa ditunda-tunda lagi." Rengek Harish.
"Penting banget emang?"
"Banget lah Nesya."
"Ah ya udah, Lo mau kemana si?"
"Tempat yang sepi, dan nyaman."
"Ke rooftop rumah gue aja deh, kebetulan mama sama Nelson lagi ga ada di rumah. Dan gue juga lagi mager."
"Ok, aku on the way."
Nesya menutup telponnya dengan malas. Lalu terdengar suara ketukan pintu dari luar, dan pasti itu Harish.
"Udah buka aja Rish, langsung naik ke rooftop, jangan lupa tutup balik pintunya." Nesya berteriak memerintahkan Harish dari kamarnya. Kemudian Nesya turun dari kamarnya dan menuju tangga di dekat dapur yang menjadi jalan satu-satunya menuju rooftop.
Ketika Nesya berada di dapur ia bertemu dengan Harish yang akan menaiki tangga, "Eh kamu kenapa?" Tanya Harish dengan terkejut melihat mata sembab Nesya."Udah gapapa, naik Sono. Gue mau ngambil camilan." Perintah Nesya yang langsung dipatuhi Harish meskipun ia masih belum puas dengan jawabannya.
Dengan sangat tidak bersemangat Nesya menyiapkan camilan di atas nampan beserta dua gelas jus jambu kesukaan Nelson yang pasti dibeli oleh mamanya. Kemudian ia naik ke atas rooftop dengan semangat yang jauh tertinggal di tempat lain.
Sesampainya di rooftop Nesya hanya mendapati Harish yang masih terkejut melihat perubahan rooftop Nesya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Broken Heart (Completed)
Teen FictionJika pengakuan adalah permainan, untuk apa Tuhan menciptakan harapan untuk dipercayai? --- Nesya dibuat menyadari cintanya kepada sahabatnya sendiri, tapi ketika Nesya benar-benar jatuh cinta, dia malah kehilangan sahabat sekaligus orang yang dicint...