Bab 15 -Teman-

85 7 0
                                    


Hari-hari Nesya mulai membaik meski belum sepenuhnya hatinya yang membaik. Memang benar apa kata pepatah bahwa mati satu tumbuh seribu. Ketika Nesya benar-benar kehilangan sosok sahabatnya, ia mendapakatkan teman yang lain yang tidak kalah menyenangkan, bahkan Nesya hampir lupa bahwa hatinya yang dulu patah masih belum tumbuh. Meskipun yang pernah patah itu belum tumbuh, Nesya tidak pernah mempermasalahkan hal itu, malah ia bersyukur dengan yang saat ini ada di depan matanya. Billy, Roshan dan terutama Anom seolah jadi obat penghilang rasa sakit Nesya selama ini.

“Billy hari ini ulang tahun loh Nom, tapi tuh anak malah pulang duluan.” Protes Roshan sambil sibuk menata bukunya.

“Banyak orderan baju dia Han, kan lu yang ngedesain kan? Belagak lupa lo.” Sahut Anom.

“Order? Desain? Kalian ngomong apaan?” tanya Nesya yang tidak tahu apa-apa.

“Nesya cantik. Billy itu punya usaha sablon baju, nah yang buat desainnya gue, jadi gue sama Billy saling melengkapi.” Setelah Roshan selesai menjelaskan pada Nesya, Anom dengan sengaja menendang kaki Roshan hingga dia meringis kesakitan.

“Anom?” pekik Nesya seketika karena terkejut dengan apa yang dilakukan Anom.

“Siapa suruh dia ganjen sama lo? Bilang cantik segala.”

“Ya ampun Anom, gue gak mungkin nikung lo, ya Allah.” Roshan benar-benar frustasi dengan kelakuan Anom yang kelewat posesif. Nesya yang mendengar obrolan antara Anom dan Roshan itu memutar bola matanya malas, dan pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua.

“Sayang tunggu.” Teriak Anom pada Nesya, dan dibalas Nesya dengan tatapan membunuh yang direspon Anom dengan tawa.

“Sayang? Nama gue Nasya bukan sayang.”

“Nesya Mandala.” Jawab Anom dengan menyebut nama lengkap Nesya.

“Udah tahu masih belagak bego. Udah jadi beli kue gak si buat Billy?”

“Gue udah pesenin dari kemarin, sekarang tinggal ambil. Buruan ambil di toko kue Elsa Bakery ya Nes. Gue mau pulang dulu ambil desain yang mau gue sablonin ke Billy, kelupaan masih di rumah.” Lalu Roshan meninggalkan Nesya dan Anom.

“Kupret emang tuh Roshan.” Umpat Anom.

“Udah buruan yuk, ini nanti keburu hujan.”  Akhirnya Nesya pergi mengambil kue yang sudah dipesan di toko kue yang dibilang Roshan.

Nesyapun naik ke atas motor milik Anom, dan di sore yang mendung ini, mereka menikmati dengan canda tawa yang nyaman.

Seharusnya gue gak pernah lepasin lo sebagai teman. Batin Nesya.

“Terima kasih ya mbak.” Ucap Nesya ramah pada kasir.

Nesya tidak berhenti tersenyum memandangi kue tart yang sudah ada di tangannya, setelah uang kembalian sudah ia dapatkan, Nesyapun buru-buru keluar dari toko. Ketika Nesya akan membuka pintu keluar, tiba-tiba pintu terbuka oleh pelanggan yang akan masuk, dan itu adalah Harish bersama Riani.
Harish terkejut melihat Nesya yang ada di dalam toko kue yang sedang ia kunjungi bersama Riani. Sedikit kaku ketika keduanya saling bertemu, lalu Harish mencoba tersenyum sederhana pada Nesya yang terkesan memaksa, dan Nesya hanya membalas dengan senyuman yang tidak terlihat seperti senyuman, hanya sekedar menarik bibir, lalu keluar tanpa peduli dengan sosok bernama Harish.

“Udah?” tanya Anom pada Nesya saat Nesya sudah ada di depannya.

“Udah dong.” Nesya menjawab dengan sumringah.

“Aku suka kalau lo narik bibir gitu, cantik."

“Gombal dasar. Udah buru yuk ke rumah Billy!” ajak Nesya sabil naik ke atas motor Anom.

Me and My Broken Heart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang