Sejak kejadian malam itu Anom mulai merasa sedikit enggan untuk bertemu dengan Nesya, ia merasa sedikit kesal, padahal dia sudah memutuskan untuk tidak mengharapkan balasan Nesya karena memang perasaan tidak bisa dipaksa, tapi tetap saja ia masih berharap untuk terbalas, wajar kan? Semua orang ingin kisahnya happy ending.
Keengganan Anom untuk bertemu Nesya seolah dikabulkan semesta, karena seharian ini ia tidak melihat keberadaan Nesya, tapi nyatanya ia tidak bisa untuk tidak melihat Nesya barang sejenakpun. Akhirnya Anom berniat ke kantin demi melihat Nesya, biasanya jam istirahat kedua seperti ini Nesya akan bersama Billy dan Roshan duduk di kantin sebelum melaksanakan ibadah sholat dhuhur. Sesampainya di kantin Anom hanya melihat Billy dan Roshan disana.
"Kemana Nesya?" Tanya Anom kepada kedua temannya.
"Dari istirahat pertama dia ada di laboratorium bantuin Bu Fika nyiapin alat buat ujian praktek Minggu depan." Jawab Roshan.
"Sama Harish?" Tanya Anom memperjelas.
"Iya." Jawab singkat Roshan.
"Lah Riani mana? Kenapa sama Nesya?"
"Udah putus." Jawab Billy santai.
"Hah? Kapan?" Anom terkejut dengan informasi Billy.
"Sejak malam di cafe waktu gue dapet telpon."
"Jadi Lo ditelpon cewek Lo yang selingkuh, dan ketika putus sama selingkuhannya di nelpon Lo? Dan Lo langsung datang? Gila bucin banget Lo anjay." Ledek Roshan yang tidak habis pikir dengan tindakan Billy.
"Bangke Lo." Umpat Billy.
Mendengar jawaban Billy, Anom malah terlihat gusar, ia tiba-tiba gelisah dengan alasan yang tidak jelas. Raut wajahnya begitu terlihat jelas bahwa ia sedang gusar.
"Lo kenapa Nom?" Tanya Roshan.
"Lo takut Nesya balikan sama Harish?" Tanya Billy dengan mulutnya yang tidak pernah ada filternya.
"Mereka gak pernah pacaran, jadi gak mungkin balikan lah." Jawab Anom kesal.
"Wahhh, Lo kok tahu mereka gak pernah pacaran?" Tanya Roshan.
"Lo beneran suka Nesya Nom?" Tanya Billy dengan volume suara yang diperkecil dan nada yang lebih serius.
Anom tidak menjawab pertanyaan dari kedua kawannya, ia malah pergi begitu saja sambil asyik memainkan ponselnya."Gak ada akhlak." Cibir Roshan dengan gaya santainya.
"Temen lu." Cibir Billy pula sambil memakan somay terakhir milik Roshan, dan pergi begitu saja.
"Emang Lo semua gak ada akhlak, kupret." Teriak Roshan.
***
Anom berdiri di depan masjid setelah selesai beribadah, sebentar lagi jam pelajaran terakhir pun akan berdering. Pesan Anom dari tadi belum juga di balas oleh Nesya, hampir saja Anom memanggil nomor telpon Nesya tapi yang empuhnya datang dari arah berlawanan."Nom." Sapanya, sedangkan Anom hanya diam seperti orang bodoh.
"Lo kenapaapa diem aja,ish." Nesya duduk di lantai masjid, lalu diikuti Anom, kini mereka duduk berdampingan.
"Lo kemana aja? Gue chat gak Lo bales."
"HP ada di tas, tasnya ada di kelas. Seharian bantuin buat nyiapin kit praktek. Capek gue." Jelas Nesya.
"Udah makan? Sama siapa? Harish?"
"Belum, ini mau cari makan sama temen lainnya. Iya sama Harish juga."
"Kok Lo mau? Ada Harish kan?"
"Kata mama kalau awalnya temenan gak boleh jadi musuhan. Ya udah, gue juga udah lupain kejadian kemarin-kemarin." Anom mengamati dengan seksama raut Nesya ketika berbicara seperti itu, dan Anom tidak tahu raut apa itu. Lalu Anom menundukkan kepalanya dan tersenyum miris, tiba-tiba kata-kata Nesya kemarin malam terus terngiang di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Broken Heart (Completed)
Ficção AdolescenteJika pengakuan adalah permainan, untuk apa Tuhan menciptakan harapan untuk dipercayai? --- Nesya dibuat menyadari cintanya kepada sahabatnya sendiri, tapi ketika Nesya benar-benar jatuh cinta, dia malah kehilangan sahabat sekaligus orang yang dicint...