Bab 12 -Yang Terselip-

85 6 0
                                    


"Jadi Anom itu anak tante Lidya ma?" tanya Nesya masih tidak percaya.

"Iya Nes, kamu gak pernah tahu ya?"

"Mama gak pernah cerita."

"Jadi yang nganterin kamu itu Anom yang itu?" tanya mamanya dengan terkekeh dan tatapan menggoda.

"Kenapa si ma? Biasa aja."Nesya mulai merajuk.

"Mulai ngambek deh. Hahahaha. Kok mama gak tahu ya kamu kenal Anom. Sejak kapan?"

"Anom itu teman dari SMP ma."Nesya enggan menatap mata mamanya, ia menoleh ke jendela mobil mamanya dan melihat kondisi jalanan luar.

"Dia gak pernah main ke rumah?"

"Aku sama dia gak sedekat itu ma." sebenarnya Nesya mulai enggan menjawab lagi.

"Tapi kok dia pernah anterin kamu pulang si?"

"Aduh mama. Namanya juga teman, dia juga tanggung jawab sama jidat Nesya yang lecet. Udah ah ma."

"Anom itu laki-laki baik Nes. Mama suka." mama Nesya berucap lalu tersenyum penuh makna pada gadis sulungnya itu, dan Nesya hanya melotot kaget dengan ucapan mamanya. Lalu mamanya tertawa dan mengusap puncak kepala Nesya.

Nesya dan mamanya sudah sampai di rumah. Terlihat motor bebek punya Nelson sudah terparkir rapi, tapi pintu  rumah dibiarkan terbuka begitu saja. Mama Nesya menggeleng kepala dengan kelakuan anak bungsunya itu yang ceroboh sekali. Nesya dan mamanya masuk ke rumah dan didapati Nelson yang tidur di sofa ruang tamu terlihat gusar.

"Kamu kenapa nak?" tanya mama Nesya pada putranya.

"Mama?" tanya Nelson terkejut dan langsung menghambur pelukan ke dua wanita itu. Mama dan Nesya pun saling menatap bingung.

"Kok mbk gak bilang kalau sama Mama?"Nelson menyelidiki Nesya.

"Ya habisnya di rumah bakal sendiri kan,?"

"Kan bisa bilang aku." ada rasa khawatir dari nada bicara Nelson, dan hati seorang ibu mana yang tidak terenyuh melihat saling menjaga antara anak-anaknya. Mama mereka meneteskan air mata.
Nesya dan Nelson buru-buru memeluk mama mereka dengan erat.

"Makasih ya kalian sudah jadi saudara yang saling menjaga, meski mama sering gak ada di rumah. Tapi mama bersyukur dengan ini. Mama bangga sama kalian."kedua anak itu ikut meneteskan air mata haru.

Setelah menangis haru di ruang tamu tadi, Nesya dan Nelson kembali bertengkar dan beradu mulut lantaran Nesya tidak membalas pesan Nelson dan membuat dia kelimpungan sendiri. Mama mereka sudah kebal dengan keadaan ini dan membiarkan mereka masuk ke dalam kamar masing-masing dengan merajuk.

Nesya melemparkan tubuhnya di atas ranjang denga kasar, ia seperti memikirkan sesuatu dan membuatnya gelisah, tetapi bukan Harish kali ini yang jadi dalang gelisahnya Nesya. Perlahan ia turun dari ranjang dan membuka laci nakasnya dan ia mengambil sebuah foto. Disana ada tiga orang remaja dengan menggunakan seragam SMP. Dua remaja laki-laki di samping kanan dan kiri, yang sebelah kiri bermata coklat tua dan sebelah kanan bermata coklat terang, sedangkan yang di tengah seorang gadis remaja yang ceria. Di balik foto itu tertulis kata kita dengan huruf kapital dan menggunakan spidol hijau. Seketika Nesya tersenyum tipis melihat foto tersebut.
***
"Jadi Nelson adikNesya? Terus tante Maya? Mama Nesya." ucap Anom tidak percaya dan menatap nyalang atap kamarnya.

"Gue selama ini udah deket banget sama keluarga Nesya. Shiit."

Anom terlihat gusar karena kenyataan yang baru ia ketahui, beberapa kali ia menarik rambutnya sendiri frustasi. Getaran ponselnya makin membuat ia jengkel, ia meraih ponsel itu dengan kasar lalu melihat notifikasi yang masuk. Matanya sedikit melebar melihat notifikasi itu.

Me and My Broken Heart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang