Bab 7 - Tersingkir

101 7 0
                                    

Setelah kejadian di sekolah dua hari lalu Nesya seperti mayat hidup, bagaimana tidak, dia kehilangan hampir seluruh dari semangat hidupnya. Sudah dua hari berlalu pula tidak ada tanda-tanda Harish menghubungi Nesya, menjeput atau menampakkan diri di rumah Nesya juga tidak. Nesyapun semakin depresi dibuatnya, belum lagi di sekolah dan di kelas juga ia tidak bertegur sapa dengan Harish padahal tempat duduk Nesya tepat di belakang Harish. Seakan Harish tidak pernah mengenal Nesya dan tidak pernah terjadi apapaun padanya dan Nesya, dan Nesya baru menyadari bahwa teman kecilnya itu pandai bersandiwara. Hati Nesya sudah tidak berbentuk lagi, ia benar-benar hancur.

"Tumben di rumah mbak? Gak jalan sama Harish?" tanya Nelson adik Nesya yang baru pulang dari ekstra karate di sekolah.

"Harish ke laut dek." jawab Nesya benar-benar asal dan hanya fokus kepada drama yang ia tonton.

"Putus ye?" ledek Nelson. Tidak ada jawaban dari Nesya tetapi tatapan mata yang coklat milik Nesya itu berhasil membuat Nelson begidik ngeri.

"Bercanda mbak. Eh mbak kenal anak karate gak mbak? Dia kelas 12 sama kayak lu."

"Siapa?" tanya Nesya penasaran.

"Yeee ditanya malah nanya. Dia itu jago karate mbak tapi dia gak ikut esktra karate di sekolah sih, cuma mbak ya dia itu udah sabut item. Hebat kagak? Idola baru." mata Nelson berbinar membicarakan kakak kelasnya itu.

"Segitunya banget ya dek kagumnya?" dengan nada pertanyaan yang sedikit menyebalkan.

"Nyebelin." Nelson pun cemberut dan langsung meninggalkan kakaknya yang sedang dalam depresi mode on.

"Aish, ngambek. Emang dia anak SMA kita dek? Dek? Adek? Woi Nelson? Kampret lo." teriak Nesya yang tidak digubris sama sekali oleh Nelson.

"Gue udah rekam, gua kirim ke WA nya mama biar tau rasa." teriak Nelson pula dari balik pintu kamarnya yang sudah merencanakan rencana jahat bagi kakaknya.

"Adik pendosa." teriak Nesya tak kalah keras, dan Nelson yang dengan otak jahatnya sudah mengeklik tombol send di layar ponselnya dan pesan suara itupun terkirim di whatshapp milik mamanya.

Nesya tidak beranjak dari depan televisi yang ia kacangi sejak tadi, pasalnya ia sedang sibuk dengan ponselnya, ia tidak sedang chat dengan siapa-siapa tapi dia sedang asyik membaca artikel-artikel, dan ada satu artikel yang membuatnya tertarik. Disitu ditulis dengan head line "Jika Teman Dekatmu Menajuhimu, Mungkin Karena ini" dan mata Nesya berbinar sendu lalu dengan senang hati membaca artikel yang ia kira sama dengan situasi yang ia hadapi saat ini.
Dalam artikel itu disebutkan, bahwa ketika teman dekatmu menjauhimu mungkin dia hanya ingin melihat kamu mandiri, dan ingin kamu belajar agar tidak bergantung pada teman dekatmu. Dan semangat Nesyapun kembali penuh, dengan pikiran positif yang ia duga adalah sebagai alasan kenapa Harish menjauhinya, mungkin karena ini, karena Harish ingin Nesya mandiri tanpa dia, mengingat mereka sudah selalu bersama sejak kecil.
***

Senin. Seperti sudah menjadi tradisi Nesya dan Nelson, entah kenapa jika ini Senin mereka akan selalu bangun kesiangan, tidak peduli mereka tidur jam berapa ketika malam tetap saja mereka akan selalu terlambat bangun.

"Dek buruan dek buruan, 10 menit lagi gerbang ditutup." Nesya sibuk komat-kamit sendiri melihat adiknya yang sedang memakai sepatu dengan sangat lambat.

"Ambil helm deh mbak, jangan berisik." Nelson mengintruksi yang dituruti Nesya tanpa babibu, dan mereka akhirnya berangkat ke sekolah dengan kecepatan seperti setan.

Sesampainya di sekolah Nesya dan Nelson menghambur sendiri-sendiri menuju kelas untuk meletakkan tas, karena semua siswa sudah berbaris di lapangan. Nesya berlari menuju kelasnya seperti di kejar setan, sesampainya di kelas ia bertemu dengan Harish yang juga akan keluar kelas dengan terburu-buru. Ketika mata keduanya mamandang tepat di manik masing-masing, Harish buru-buru membuang muka dan melewati Nesya tanpa menyapa sedikitpun. Dan itu menyakitkan untuk pagi ini.

Me and My Broken Heart (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang