12. "negatif"

7.8K 1K 92
                                        

Up dulu kalee


🍑🍑🍑

"Thalia, salim dulu sama Om Jeffrey dong." Cheryl menyuruh Athalia—sang anak, untuk salim kepada teman; ah mantan pacarnya saat kuliah dulu.

"Halo Thalia, hari ini kita mau kemana?" Tanya Jeffrey sembari tersenyum.

Athalia menunjukkan deretan gigi rapinya yang masih mungil itu kepada Jeffrey.

"Kemaren, Om Jeffrey bilang mau temenin Thalia beli mainan baru kan?" Tanya Athalia polos.

Jeffrey tersenyum dan mengangguk. Ia mengecek jam di tangannya. Jam 6 sore. Ia yakin Ia bisa pulang lebih awal hari ini.

"Kalo gitu, ayo kita cari mainan untuk Thalia." Ajak Jeffrey.

Cheryl tersenyum. Ia merasakan hal yang sama kepada Jeffrey. Rasa rindu yang teramat sangat. Andai saja Ia tidak mabuk malam itu. Ia yakin, Ia sekarang sudah menikah dengan Jeffrey.

Cheryl duduk di sebelah kursi pengemudi bersama Athalia. Membiarkan Jeffrey membawanya menuju mall yang cukup jauh dari daerah ini.

Setelah sampai, Jeffrey menggandeng Athalia dan mengajaknya ke toko mainan.

Ia membiarkan Athalia memilih mainan yang Ia mau. Dan Ia akan membayarnya berapa pun harganya.

Jeffrey dan Cheryl merasa sangat canggung sekarang setelah Athalia meninggalkan mereka berdua.

"Maaf ya Jeff, jadi ngerepotin gini." Ucap Cheryl.

Hati Jeffrey menghangat. "Ga ngerepotin kok, Cher. Lagian aku kan juga lagi gaada kerjaan."

Entah apa yang di pikiran Jeffrey saat ini sampai Ia berbohong dan melupakan sang istri dan juga anak yang sedang menunggu di rumah.

"Udah lama kita ga ketemu, Jeff." Ucap Cheryl. Akhirnya memiliki waktu berdua dengan Jeffrey karena dari kemarin Athalia tidak bisa ditinggalkan.

Jeffrey menghela napasnya. "Aku kangen kamu, Jeff." Jeffrey menatap Cheryl. Ia sangat ingin memeluk wanita yang ada di depannya.

"Aku—"

"Om Jeffrey, aku udah dapet!" Ucap Athalia yang sudah memegang 2 buah boneka di masing-masing tangannya.

Jeffrey tersenyum mengajak Athalia untuk membayar boneka yang Ia inginkan.

"Aku aja, Jeff. Kamu kan cuma nemenin." Tolak Cheryl saat Jeffrey mau membayar boneka Sang anak.

"Gapapa Cher, jadi hadiah dari aku." Ucap Jeffrey.

Setelah selesai, Ketiga orang yang terlihat seperti keluarga itu pun memutuskan untuk mencari makan. Jeffrey membiarkan Cheryl dan Athalia untuk memilih.

Mereka bertiga makan dengan lahap, dengan sedikit tawa canda yang sangat menyenangkan.

Sedangkan di sisi lain, Keara terlihat tidak tenang. Ia berada di depan laptopnya. Mengerjakan laporan yang sangat banyak dari samg bos sambil sesekali menyusui Keenan.

Ia terlihat stres, pekerjaannya sangat menumpuk. Ia bahkan tidak sempat membuatkan makan malam untuk Jeffrey. Ia pun sudah tidak memikirkan makan lagi. Hanya memikirkan pekerjaan yang sangat banyak ini.

Keara sangat terkejut saat pintu kamarnya terbuka, menampilkan Jeffrey yang terlihat sangat lelah dengan raut wajah yang masam.

Dengan cepat Keara bangkit, menyambut sang suami.

"Maaf mas, aku ga sediain makan malem. Mas udah makan? Atau mau aku buatin makanan?" Tanya Keara.

Jeffrey tersenyum dan menggeleng. "Kamu kok belom tidur sayang?" Tanya Jeffrey.

"Ada kerjaan mas." Jawab Keara sambil memerhatikan Jeffrey.

Lebih tepatnya, memerhatikan bekas lipstik berwarna merah muda yang sangat pudar di bahu Sang suami.

Ia mengerutkan alisnya heran. Ia tau bahwa Ia bukanlah orang yang positif. Tapi untuk kali ini Ia sangat ingin positif.

Ia sangat mempercayai Jeffrey.

Dan Ia yakin Jeffrey tidak akan bermain di belakangnya. Jeffrey sangat perhatian dan juga sayang kepadanya.

"Mandi dulu mas, abis itu istirahat." Ucap Keara sambil menyiapkan baju untuk Jeffrey.

Jeffrey mengangguk dan membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.

Kepala Jeffrey sekarang sangat penuh. Ia masih memikirkan Cheryl yang dengan tiba-tiba memeluknya dengan erat sebelum keluar dari mobilnya.

Ia hanya sangat merindukan wanita itu.

Sudah hampir 2 minggu mereka bertemu tanpa diketahui Keara. Cheryl pun tidak mengetahui kalau ternyata Jeffrey sudah menikah. Bahkan sudah mempunyai anak.

Jeffrey langsung mengganti bajunya setelah Ia selesai, membangunkan Keara yang tertidur pulas di meja bersama Keenan.

Saat Keara terbangun, Ia langsung memindahkan Keenan ke kamarnya.

"Jangan terlalu capek, sayang. Kamu kurusan." Ucap Jeffrey.

Keara memerhatikan tubuhnya. Memang benar Ia sangat kurus sekarang. Ia bahkan tidak memerhatikan makanan yang masuk ke dalam lambungnya.

***

"KEY! YA AMPUN!"

Napas Keara memburu karena hantaman yang cukup kencang itu. Ia terpeleset, karena berlari dari ruangannya menuju kamar mandi. Ia merasa sangat mual. Wajar saja, masih jam 8 pagi.

Morning sickness bisa dikatakan.

"Kamu kenap— loh berdarah?" Daniya yang kebetulan baru saja keluar dari kamar mandi terkejut melihat darah yang mengalir di kaki Keara.

Keara menatap lesu kakinya. Masih belum sadar dengan apa yang terjadi.

Setelah sadar, Keara langsung memegang perutnya. "Janin aku, Dan.." ucap Keara.

"Hah? Kamu hamil lagi?!"

Tanpa tunggu lama, Daniya mengajak Keara menuju rumah sakit tempat Jeffrey bekerja. Ia langsung menuju ke dokter kandungan.

"Jangan telepon Mas Jeffrey, Dan, please." Ucap Keara memohon.

"Tapi kamu—"

"Dan, aku mohon. Jangan. Biarin Mas Jeffrey gatau kalo aku lagi hamil." Ucap Keara dengan lembut.

Ia membiarkan dokter kandungan yang sudah Ia kenal, Dokter Denada, memeriksanya.

"Keara, ini kamu beneran hamil? Berat badan kamu dibawah normal loh." Ucap Dokter Denada.

Keara menghela napas kasar. Saat perutnya ditekan oleh Sang dokter, Keara pun meringis.

"Jangan malu ya, Key. Dicek dalem dulu."

Dokter Denada bersama susternya mengecek bagian bawah Keara. Keara tidak merasa sakit, namun Ia merasa tidak nyaman.

Setelah beberapa saat, Dokter Denada menghela napasnya kasar.

"Kamu stres ya?" Tanya Dokter Denada.

Keara menggigit bibirnya dan mengangguk pelan. "Banyak minum kopi?" Tanyanya lagi. Dan dibalas anggukan lagi oleh Keara.

"Keara, maafin Saya. Tapi kamu keguguran."
























🍑🍑🍑

yauda

Kita | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang