"Jangan panggil aku Ibu, aku bukan ibumu!!"
"Dasar anak sialan, kau tak sepantasnya hidup didunia ini,"
"Kau menghancurkankan masa depanku."
"Jangan pernah panggil-panggil ayahmu. Ia takkan datang,"
"Takkan ada yang menolongmu disini, lebih baik kau mati!!"
...
"Hah!!"
Keringat bercucuran di pelapisnya dan lagi-lagi memori masa lalunya menganggu tidurnya. Bukan hanya sekali ia bermimpi seperti itu. Hampir setiap malam ia bermimpi seperti itu.
"Dek, gak papa?!" Ucap Mark yang kebetulan tidur bersama.
"Abi takut kak," ucap Felix sambil memeluk kakak angkatnya.
Ya, nama kecilnya adalah Abi. Dan itu panggilan dari ayahnya. Sebenarnya ayahnya baik dimatanya. Karena ayahnya tak pernah kasar padanya. Tak seperti ibunya. Ia tak mengerti mengapa ibunya sekejam itu.
Namun, baru enam tahun mendapat kasih sayang ayahnya, ayahnya pergi meninggalkan dirinya dan berjanji akan segera pulang. Dan sampai sekarang ayahnya tak pernah menampakkan batang hidungnya.
Mark membalas pelukan Felix. Dan membelai pelan rambut adik angkatnya itu. Mereka berdua hanya terpaut dua tahun. Meskipun hanya saudara angkat tapi Mark sangat menyayanginya. Karena ia selalu berharap ingin mendapatkan adik laki-laki yang bisa diajaknya main.
"Besok kita kedokter ya," ucap Mark yang masih memeluk Felix.
_______________
Pagi menyapa, sinar matahari sampai menembus jendela kamarnya. Felix dan Mark langsung terbangun dari tidur lelapnya. Dan langsung menuju ke dapur untuk sarapan.
Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah sebagai anak SMA. Dan pagi ini para anggota keluarga barunya sudah berkumpul diruang makan.
"Selamat pagi Felix, ayo makan." Ucap Bu Yoona.
Ya, dia dan keluarganya adalah pahlawan bagi Felix. Karena menyelamatkan dari dunianya yang kelam. Mereka yang merawat Felix setelah ibunya meninggal karena gantung diri. Bahkan mereka sudah menganggap Felix seperti anaknya sendiri.
Felix duduk tepat disebelah Mark dan Devin. Dia diapit oleh kedua kakak angkatnya.
"Apakah tidurmu nyenyak semalam?!" Tanya Pak Joshua padanya.
Felix hanya menggeleng pelan dan menunduk.
"Kenapa?" Tanya Devin.
"Sepertinya dia terus bermimpi tentang masa lalunya. Bun, tolong bawa dia ke psikolog. Aku tak tega melihatnya." Ucap Mark.
"Ya, Felix pulang sekolah bunda jemput ya. Kita langsung ke Psikolog," ucap Bu Yoona.
Felix hanya mengangguk. Begitulah sikap Felix, dia misterius. Dia jarang bicara dengan orang disekitarnya. Mungkin dia masih trauma dengan masa lalunya.
"Alfi, antar adik kamu ya," ucap Bu Yoona.
Alfi, sebenarnya itu nama rumah untuk Mark. Dia dipanggil Mark karena singkatan dari namanya.
"Siap Bun," ucap Mark.
Felix dan Mark langsung pergi dari hadapan mereka. Dan bergegas menuju ke sekolah baru Felix.
Felix turun dari motor kakaknya karena sudah sampai didepan gerbang sekolahnya. Thompson Internasional High School sekolah elit yang berdiri dikawasan wilayah mereka.
"Hati-hati ya, kalau ada yang macem-macem langsung lapor kakak ya. Jangan jajan sembarangan, jangan nakal. Udah intinya kakak sayang kamu. See you Felix." Ucap Mark lalu langsung melajukan motornya dan meninggalkannya.
Felix masuk kedalam sekolah itu. Ia memandangi sekeliling sekolah itu. Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.
"Siapa ya?!" Tanya Felix heran.
"Anak baru ya?!" Ucap salah satu anak itu yang bernama Chan.
Felix hanya mengangguk pelan.
"Mau gue bantu anterin ke ruang guru?!" Ucap Chan.
"Makasih," ucap Felix.
Chan mengantarkan Felix menuju ke ruang guru. Saat sampai disana Chan langsung kembali kekelas dan meninggalkan Felix disana.
Suasana kelas XI IPS 3 mendadak hening karena Bu Rosy sudah memasuki kelasnya dengan membawa satu anak baru.
"Silahkan bisa perkenalkan dirimu," ucap Bu Rosy.
Felix mengangguk dan mulai memperkenalkan dirinya.
"Kamu bisa duduk bersama Han, yang duduk dipojok sebelah kiri." Ucap Bu Rosy.
Felix berjalan kearah bangku itu. Dan menatap Han yang masih terlelap.
Tak lama Han terbangun dari tidurnya dan merasa bingung, siapa yang duduk disebelahnya?! Perasaan tadi sebelum ia tidur tak ada orang.
"Who are you?!" Ucap Han.
"Felix is new student in this class," ucap Felix singkat.
Han mengangguk paham. Dan melanjutkan tidurnya. Ya memang kelakuan dia, dalam pelajaran selalu tidur. Tapi tak pernah ada yang menegur, karena ayahnya salah satu donatur disekolah ini.
__________________
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar dari kelasnya. Kecuali Felix dia masih berdiam diri dikelas. Han yang ingin keluar dari kelasnya langsung mengurungkan niatnya.
"Kenapa Lix?! Lu gak pulang, nanti orang rumah nungguin lu gimana, kalau mereka khawatir sama lu gimana, atau mau pulang bareng gue aja. Kalau iya ayok deh," ucap Han sangat cepat seperti sedang ngerap.
"Pelan-pelan aja bisa?!" Ucap Felix.
"Hehe, sorry. Yuk balik bareng gue." Ucap Han dengan bicaranya yang sangat lambat.
"Kita keluar kelas bareng aja. Bunda gue mau jemput soalnya." Ucap Felix.
Han mengangguk mengerti. Lalu segera keluar dari kelasnya bersama dengan Felix.
_________________
Sampai jumpa hari Rabu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight || Lee Felix
FanfictionKisah anak brokenhome yang selalu disiksa oleh ibu kandungannya. 12 tahun dia merasakan itu. Hingga akhirnya dia menemukan satu keluarga yang benar-benar menyayanginya. Mereka rela merawatnya bahkan memberikan marganya kepada anak itu. Sifat anehnya...