Renjun dan Chan masuk kedalam rumah Felix lalu langsung duduk di shofa. Tak lama Mark datang menghampiri mereka.
"Jadi mau ngomong apa?!" ucap Mark.
"Ternyata selain punya trauma Felix juga punya kemampuan sama kaya Renjun," ucap Chan.
"Maksud lu bisa lihat mereka?!" ucap Mark.
Mereka berdua mengangguk.
"Untung aja tadi kita lihat dia Kak, kalau gak mungkin dia udah kebawa." ucap Renjun.
"Maksudnya gimana gua gak ngerti?!" ucap Mark.
"Felix itu punya teman hantu disekolah dan namanya Anne. Dia dulu siswa disekolah itu entah karena apa dia mati. Dan cinta pertama si Anne itu wajahnya mirip sama Kak Davin." ucap Renjun.
"Beneran?! Gak bohong kan?!" ucap Mark.
"Serius deh, ngapain gue bohong masalah beginian. Kak apa gak sebaiknya dia pindah sekolah aja. Kasian dia kalau diganggu sama mereka." ucap Renjun.
"Kalau pindah sekolah juga percuma, soalnya dia juga masih bisa lihat hal yang sama. Lu tahu sendiri kan kalau setiap tempat pasti ada penunggunya." ucap Chan.
"Ehm, bener juga sih. Masalahnya dia itu punya trauma. Oh iya, pas tadi dia trauma kok dia gak mau dipanggil Felix ya, terus sikapnya jadi kekanak-kanakan gitu." ucap Renjun.
"Ya, dia itu punya mana kecil. Sejak ikut sama ibunya dia gak pernah dipanggil Felix tapi manggilnya Abi. Dan sifat kekanak-kanakkan itu karena dia keinget masa lalunya pas dia masih kecil." ucap Mark.
"Oh, jadi kalau dia lagi trauma sifatnya jadi kaya anak kecil gitu," ucap Chan.
"Ya bisa dibilang begitu." ucap Mark.
Tak lama kemudian Felix keluar dari kamar nya. Dengan menggunakan baju santai nya.
"Kalian disini?!" ucap Felix.
Chan dan Renjun langsung menoleh dan menatap Felix heran.
"Dia baru sadar, maklumin aja." bisik Mark.
Chan dan Renjun mengangguk dan tersenyum.
"Iya, ayo duduk sini." ucap Chan.
Felix menghampiri mereka dan duduk disebelah Mark.
"Kak Alfi, kok aku ngerasa aneh ya," ucap Felix.
"Aneh gimana?!" ucap Mark.
"Kok tiba-tiba aku dirumah. Seinget aku tadi aku masih baca buku disekolah." ucap Felix.
"Dia amnesia ya," bisik Renjun.
"Stttts," ucap Chan sambil menutup mulutnya dengan jari telunjuk nya.
"Gak kok. Felix emang udah pulang tadi. Terus ketiduran jadikan lupa. Ya nggak?!" ucap Mark sambil mengode Chan dan Renjun.
"Ehm, iya," ucap Chan dan Renjun barengan.
"Ehm, yaudah. Bang kita balik dulu ya," ucap Chan.
"Ntar malem kita nginep di sini ya. Nanti sekalian ajak si Han." ucap Renjun.
"Okey, kalian hati-hati ya," ucap Felix.
___________________
Malam ini adalah malam minggu. Han masih bersantai didepan televisi. Dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya.
"Kalian?! Ngapain?!" ucap Han setelah membuka pintu rumahnya.
"Nginep dirumah Felix yuk," ucap Chan.
"Kuylah berangkat. Bentar gue siap-siap dulu," ucap Han.
"Dih elah, kaya mau ngapel aja. Pakai dandan segala." cibir Renjun.
"Sirik aja lu," ucap Han.
Mereka berdua duduk di teras rumah Han, sambil menunggu Han siap-siap.
"Bang, nanti sebelum kerumah Felix mampir beli martabak keju ya," ucap Renjun.
"Okey deh." ucap Chan.
Tak lama Han keluar dari rumahnya sambil membawa tas jinjing.
"Rempong banget lu Han. Nginepnya cuma semalam kali," ucap Renjun.
"Ya gak papa. Btw ini isinya makanan loh. Instant dan buatan Mami gue," ucap Han.
"Yaudah deh, terserah lu." ucap Chan
Mereka bertiga langsung menuju kerumah Felix.
"Permisi," ucap Chan saat sampai didepan rumah Felix.
Tak lama pintu terbuka.
"Kalian, ayo masuk dulu." ucap Davin.
Mereka mengangguk dan masuk kedalam rumah Felix.
"Fel, turun gih. Ada yang ngapel nih," teriak Mark.
"Sorry bang kita masih normal ya," ucap Chan.
"Gue ngerti kok. Kalian bawa apa aja," ucap Mark.
"Martabak keju." ucap Renjun.
"Ini ada sumbangan makanan dari gue. Tadi sore Mami masak banyak jadi dibawain. Terus yang instant juga ada," ucap Han.
"Anak pak camat emang pengertian deh, " ucap Mark.
"So pasti," ucap Han.
Tak lama Felix keluar dari kamarnya dan bergabung bersama mereka.
____________________
Vote comment gaes,
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight || Lee Felix
FanfictionKisah anak brokenhome yang selalu disiksa oleh ibu kandungannya. 12 tahun dia merasakan itu. Hingga akhirnya dia menemukan satu keluarga yang benar-benar menyayanginya. Mereka rela merawatnya bahkan memberikan marganya kepada anak itu. Sifat anehnya...