Vierzehn

1.4K 161 5
                                    

Jakarta, September 2006.

Hari ini tepat hari bertambahnya umur seorang anak manis yang bernama Felix atau keluarga sering memanggilnya Abi.

Dia berjalan kegirangan menuju kerumahnya. Berharap orangtuanya akan menyambutnya dan merayakan hari ulangtahunnya itu.

Dia mempercepat langkahnya menuju kerumahnya. Dia sudah sampai didepan pintu rumahnya. Dengan hati yang gembira ia langsung masuk kedalam rumahnya.

"Mama, Ayah aku pulang," teriak Felix.

Keadaan rumah itu sepi. Tak ada yang menyaut ucapannya. Lalu dia berjalan menuju ke dapur. Dan melihat ibunya sedang sibuk di dapur.

"Mama masak apa?!"

"Kalau udah mateng Abi boleh minta?!"

"Mama, lihat deh. Aku dapat nilai matematika 100. Mama banggakan?!"

"Mama, hari ini aku ulangtahun. Apa boleh aku meminta kado?!"

Itulah beberapa ocehan anak manis itu. Tak lama kemudian ibunya langsung menoleh dan menatap Felix dengan tajam.

"TAK ADA YANG NAMANYA MERAYAKAN ULANGTAHUN YA, KAU LAHIR ITU SUDAH MUSIBAH BUATKU. KAU TAK SEPANTASNYA HIDUP DISINI. KAU TELAH MERUSAK MASA DEPAN KU. DAN KAU JUGA SUDAH MEMBUAT ORANG YANG KU SAYANGI MENJAUHIKU. LEBIH BAIK KAU MATI SAJA," Teriak Bu Ita sambil mencengram kedua pipi Felix yang membuat ketakutan dan akhirnya hanya bisa menangis.

"Gak usah nangis. Jangan manja," ucap Bu Ita langsung pergi dari hadapannya.

Biar bagaimanapun Felix hanya anak kecil yang tak tahu apa-apa.

"Mama, Abi nakal ya, Mama maafin Abi. Abi Janji gak bakal nakal lagi. Abi sayang sama Mama." ucap Felix lalu meletakkan kertas hasil ujiannya di meja makan.

Setelah itu ia langsung berjalan menuju ke kamarnya.

__________________

Ketika malam hari, ayahnya masuk kedalam kamarnya. Ya, apalagi yang dilakukan anak kecil dimalam yang larut ini selain tidur?! Ya, Felix sudah tertidur.

"Abi, bangun Nak," ucap Pak Jun sambil membelai rambut Felix.

Felix mengeliat dan mulai terbangun dari tidurnya.

"Ayah?!" ucap Felix lirih

"Selamat ulang tahun anak ayah yang hebat. Udah berapa tahun sekarang?! Abi udah besar ya,
Abi, ini hadiah buat kamu. Maaf Ayah ngasihnya telat. Ayah udah lihat kertas ujian kamu yang kamu tinggal di atas meja makan. Jujur Ayah bangga sama kamu. Kamu hebat. Kalau besar nanti mau jadi apa?!" ucap Pak Jun yang duduk diranjang tepat disebelah Felix duduk.

"Jadi pahlawan Yah, Abi pingin buat Mama bahagia dan orang lain juga bahagia. Abi sayang banget sama Mama, tapi kenapa Mama selalu marahin Abi?! Abi Nakal ya Yah, kalau gitu, Abi janji deh gak bakal nakal lagi," ucap Felix.

"Mama sebenarnya sayang sama kamu. Dia cuma lagi capek karena harus bersih-bersih rumah dari bangun tidur. Abi janji ya, jangan nakal. Abi harus bisa jaga Mama. Kalau ada yang jahatin Mama Abi harus bisa lindungin ya, Abi anak yang hebat. Ayah percaya itu," ucap Pak Jun sambil mengacak-acak rambut Felix.

"Ayah boleh ya hadiahnya Abi buka sekarang?!" ucap Felix.

Pak Jun mengangguk dan tersenyum.

Lalu Felix langsung membuka bungkus hadiahnya. Dan ternyata hadiah itu berisi boneka.

"Kenapa boneka Ayah?! Abi kan laki-laki, Abi gak main boneka." ucap Felix polos.

"Boneka itu akan menjadi sahabat Abi. Jaga ya, itu pemberian dari Ayah. Kalau Abi kangen sama Ayah, Abi peluk aja ya boneka itu." ucap Pak Jun.

Felix langsung memeluk boneka itu.

"Terimakasih Ayah, Abi sayang Ayah." ucap Felix lalu memeluk tubuh ayahnya.

"Ayah juga sayang sama Abi," ucap Pak Jun membalas pelukan Felix.

_____________________

Chapter spesial lebaran ya gaes...

Minal aidzin wal Faizin 🙏🙏
Mohon maaf ya kalau author nya ada salah 🙏🙏

Happy Ied Mubarok 🎉🎊

Sekian dari Author
Terimakasih 🙏🙏

Moonlight || Lee FelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang