Bel pulang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, namun Felix belum saja beranjak dari bangkunya.
"Pulang yuk Lix," ucap Han.
"Duluan aja, gue disini dulu." Ucap Felix.
"Ngapain?! Kata orang sekolah ini makin sore makin angker tahu nggak," ucap Han.
"Angker?! Gak papa kali, udah biasa gue berinteraksi sama mereka. Tenang aja, udah pulang duluan aja udah ditungguin tuh sama deddy lu." Ucap Felix.
"Kok lu tahu kalau hari ini gue dijemput sama bokap gue?!" Ucap Han.
"Hehe," ucap Felix sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Gue duluan ya. Fel semoga besok kita masih ketemu ya, lu jangan pulang terlalu sore ya. Gue takut lu dibawa sama mereka." Ucap Han.
"Ada-ada aja, mana ada hantu yang mau bawa anak kurus kering kaya gue gini. Udah lu hati-hati, kasian tuh Deddy udah nunggu," ucap Felix sambil tertawa kecil.
"Ngejek mulu luh, untung cantik. Yaudah gue duluan, See you Darling," ucap Han.
"Jijik gue dengernya," ucap Felix sambil bergidik.
"Hehe," ucap Han mencolek dagu Felix dan langsung meninggalkan Felix dikelasnya.
Felix menggelengkan kepalanya dan kembali duduk di bangkunya. Lalu ia mengambil buku yang Dimas berikan kemarin.
Dia mulai membaca dan telinganya ditutup dengan handset.
"Serius sekali membacanya, itu buku apa?!"
Felix melonjak kaget dan langsung menoleh ke sumber suara.
"Anne, bisakah kau datang tanpa mengejutkanku?!" Ucap Felix dengan wajah datar.
"Hehe, maafkan aku. Buku apa yang sedang kau baca?!"
"Ehm, ini buku tulisan temanku. Kau ingin membacanya?!"
"Tak mau. Aku tak suka membaca. Sudah kau saja yang baca, aku muak dengan buku. Sepanjang hidupku cuma berkutat dengan buku."
"Mengapa tak mau?! Padahal semasa hidupmu kau suka membaca buku. Kenapa sekarang tidak?!"
"Aku lelah jika harus berhadapan dengan benda kotak itu. Bayak memori menyedihkan ketika melihat benda kotak itu."
"Maksudmu?!"
"Sudahlah lupakan saja. Ayo ikut denganku, aku ingin memperkenalkan teman-temanku."
Felix mengangguk dan Anne segera menarik tangannya keluar dari kelasnya.
Felix berlari seakan ada yang menyeretnya, ya memang dia sedang diseret oleh Dia.
"Jun, bukannya itu Felix?!" Ucap Chan.
"Mana?!" Ucap Renjun.
"Itu," ucap Chan.
Renjun menyipitkan matanya, dan dia melihat Felix sedang diseret oleh Anne. Wajah Renjun yang semula datar langsung berubah tegang.
"Kenapa Jun?!" Ucap Chan sambil menatap Renjun ngeri.
"Ikut gue," ucap Renjun sambil menarik tangan Chan untuk mengikuti Felix.
"Kita mau kemana?!" Ucap Chan.
"Ngejar Felix, kayaknya Felix mau dibawa sama dia." Ucap Renjun.
"Maksudnya?!" Ucap Chan.
"Kita selamatin Felix sekarang, gue takut Felix diapa-apain," ucap Renjun.
Chan mengangguk dan menyamakan langkahnya dengan Renjun untuk mengejar Felix.
Felix dibawa ke rooftop olehnya. Dan saat disana Felix berada di paling tepi bagian rooftop.
"Kita mau ngapain?!" Ucap Felix.
"Kau ingin bertemu dengan temanku kan?! Ini caranya. Kau juga akan selamanya bersama ku. Sebenarnya, aku sudah tahu kalau Kakakmu mirip dengan cinta pertamaku. Karna itulah aku ingin membuatmu sengsara seperti yang telah ia lakukan saat aku hidup dulu,"
"Kau salah paham, dia bukan orang yang kau cari. Mereka berbeda, bahkan kita juga hidup di jaman yang berbeda." Ucap Felix mencoba menjelaskan.
"Ya ku tahu, badan mereka sama hanya saja rohnya yang berbeda. Lebih baik kau mati saja, ikut denganku."
Felix menepis tangan Anne darinya. Lalu dia langsung memegang kepalanya dan ketakutan.
"Jangan pegang Abi, Abi gak mau mati. Abi masih mau hidup. Jangan sakiti Abi." Teriak Felix ketakutan.
"Lepasin dia," teriak Renjun.
"Mau apa kau datang kesini?! Tak ada urusan aku dengan mu,"
"Bang, buruan tarik Felix kesini. Gue akan alihkan perhatian hantu itu," bisik Renjun di telinga Chan.
Chan mengangguk mantap. Entah mengapa saat ini tak ada rasa takut ditubuh Chan. Dia melangkah seakan tidak ada apa-apa.
"Felix, ayo ikut gue," ucap Chan sambil menarik tangan Felix.
"Aku bukan Felix, aku Abi. Kakak tolongin aku takut." Ucap Felix sambil mencengkeram tangan Chan dengan kuat.
"Abi tenang aja, Kakak datang buat nyelametin Fel-- Abi maksudnya. Ayo buruan." Ucap Chan.
"Kenapa kau mau membawanya?!" Tanya Renjun.
"Kakaknya mirip dengan orang yang ku cari selama ini,"
"Jika memang begitu, kenapa kau tidak membawa kakaknya saja?! Jangan ganggu dia lagi, dia anak yang mempunyai trauma berat. Aku mohon." Ucap Renjun.
Sedangkan Chan memeluk Felix yang masih ketakukatan.
"Baiklah,"
Tak lama Dia langsung menghilang begitu saja. Renjun menghela nafas lega dan segera menghampiri Chan dan Felix.
"Kalian gak papa?!" Ucap Renjun.
"Yuk pulang buruan. Jun ikut mobil gue aja," ucap Chan dengan wajah yang serius.
Renjun mengangguk, karena hari ini ia berangkat naik bus. Jadi lumayan lah bisa mendapat tumpangan menuju ke rumahnya.
Mereka bertiga langsung berlalu dari sekolah itu. Mereka langsung menuju kerumah Felix.
"Felixnya tidur Bang," ucap Renjun.
"Gak usah dibangunin, bopong aja kuat nggak?!" Ucap Chan.
Renjun melotot.
"Lu aja deh Bang, gue lemes belum makan siang." Ucap Renjun.
"Gak mau bilang aja. Kebanyakan alasan lu," ucap Chan.
Akhirnya Chan membopong Felix menuju ke rumahnya. Dan Renjun membantu mengetuk pintu rumah Felix.
"Adik gue kenapa?!" Ucap Mark.
"Pas banget ada Kak Mark, gue mau cerita sama lu Kak," ucap Chan.
"Taruh dulu Felix dikamarnya. Jun lu tunggu aja di ruang tamu. Gue mau nganter Chan kemar Felix." Ucap Mark.
Renjun mengangguk dan segera duduk di shofa.
__________________
Votement gaes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight || Lee Felix
FanfictionKisah anak brokenhome yang selalu disiksa oleh ibu kandungannya. 12 tahun dia merasakan itu. Hingga akhirnya dia menemukan satu keluarga yang benar-benar menyayanginya. Mereka rela merawatnya bahkan memberikan marganya kepada anak itu. Sifat anehnya...