3. | Belia |

103 15 8
                                    

---
"Rindu tak pernah benar-benar pergi dan terobati"
---

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia baru saja mengucap salam penutupan untuk murid kelas XI IPA 2.

"Bel, lo pulangnya gimana?" tanya Ica yang sudah berdiri di samping Syifa.

"Gue naik angkot," jawab Belia sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Seriusan? Ya udah, yuk bareng kita! Kita juga mau naik angkot," ajak Syifa dengan antusias.

Baru Belia akan membalas ajakan Syifa, seorang yang duduk di sebelah Bara menyela, siapa lagi kalau bukan Samuel.

"Bareng gue yuk, Bel! Jok belakang gue kosong, kok," celetuk Samuel, membuat ketika cewek itu menoleh padanya. Tak hanya mereka, Bara pun menengadahkan wajahnya guna melihat Samuel yang kini berdiri.

"Jangan! Entar dikotorin lagi sama lo," balas Syifa, sementara Samuel mencebikan bibirnya kepada Syifa.

"Emang gue apaan?" tukas Samuel.

"Siapa, Sam?" Bara menyipitkan matanya ke arah Belia yang belum ia kenali.

"Anak baru," jawab Samuel.

"Anak baru?" Bara bingung, pasalnya ia tidak tahu kapan si anak baru yang dibilang Samuel itu masuk dan memperkenalkan diri sebagai murid pindahan.

"Namanya Belia pindahan dari Bandung. Jangan bilang lo dari tadi ngga 'ngeh' ada dia di kelas ini?" terka Samuel.

"Oh," singkat Bara yang kemudian memakai jaketnya setelah merapikan isi tasnya.

"Sekolah tidur mulu, sih, lo," cibir Samuel.

"Jadi bareng sama gue ngga, Bel?" tanyanya lagi pada Belia.

Belia yang masih memerhatikan Bara menjadi sedikit tersentak karena obrolan Samuel padanya. Dengan gugup ia menjawab tawaran Samuel.

"Eh, e- nggak usah, gue bareng sama Syifa sama Ica aja," tolak Belia.

"Oh, ya udah, deh. Hati-hati, ya!" ucap Samuel sambil tersenyum kemudian melangkah menyusul Bara yang sudah berjalan duluan.

"Ica mau pulang bareng Bara nggak?" tawar Bara sembari berjalan keluar kelas.

"Nggak, ngapain gue bareng lo?" tolak Ica.

"Gue ajak nge-date lah," kata Bara.

"Nggak sudi, sama Jojo aja belum kesampean," balas Ica.

Bara mengembuskan napas kasarnya, "Ya udah, semangat ngejar anjingnya," kata Bara dengan ketus kemudian berlalu pergi.

"Bacot lo sekolahin!" kesal Ica atas perkataan Bara yang mengatai Jojo 'anjing'.

"Sembarangan banget, sih, mulut dia. Kalo suka ke gue, ya suka aja, saingan boleh anggep Jojo saingan, tapi nggak usah ngata-ngatain Jojo serendah itu dong!" gerutu Ica dengan kesalnya.

"Siapa, sih, dia?" tanya Belia.

"Namanya Bara, cowok absurd banget pokoknya," terang Syifa.

"Ngeselin," tambah Ica yang memulai lebih dulu langkah untuk keluar kelas, diikuti Belia dan Syifa.

"Dia suka sama lo, Ca?" tanya Belia lagi.

"Tau, tuh."

"Jadi gini, Bara tuh sempat suka sama Ica, tapi waktu ditembak Ica-nya nolak Bara, Ica lebih milih nunggu Jojo yang bahkan nggak pernah ngelirik dia. Jihan, si anak pentolan aja nggak dilirik apalagi dia," jelas Syifa yang terkekeh diakhir kalimatnya.

Me and Monday (lagi sambil direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang