14. | Les Pertama |

59 7 9
                                    

---

Kamu mengubah rasa penasaran itu jadi berbeda dari sekedar ingin tahu -Belia.
---

Waktu sekolah telah usai, bel pulang sekolah pun baru saja berbunyi. Belia langsung mengemasi buku-buku ke dalam tasnya. Akan segera menghampiri Bara agar menepati janjinya. Tapi belum ia beranjak dari kursinya, Bara sudah menarik tangannya.

"Yuk, Bel!" ajak Bara, Belia yang baru saja selesai berkemas pun beranjak karena tarikan tangan Bara.

"Sam, gue duluan, ya! Jangan lama-lama pulangnya!" teriak Bara pada Samuel yang masih berbicara pada salah satu anak di kelasnya.

Tidak dihiraukan oleh Bara balasan dari Samuel, ia segera melangkah pergi bersama Belia.

"Kita mau kemana?" tanya Belia saat mereka sudah sampai di parkiran.

"Naik!" suruh Bara yang sudah menunggangi motornya, tinggal mengenakan helm.

Belia naik ke motor Bara ragu-ragu. Bukan apa-apa, tapi ia risih dengan tatapan seisi sekolah. Biasanya Bara menawarkan tumpangan, kan, dari halte, tapi kali ini mereka masih di parkiran. Bara bukan most wanted, tapi tidak sedikit yang menyukainya. Bara terkenal seantero SMA Patria karena kenakalan konyolnya. Belia yang hanya siswi baru bisa apa?

"Bar, gue malu," ujar Belia setengah berbisik mendekati telinga Bara yang tertutup helm.

"Hah? Malu kenapa?"

"Dilihatin mulu tadi di sekolah," ujar Belia.

"Pada iri kali," ujar Bara.

Belia hanya mengangkat bahunya acuh.

"Sebenernya kita mau kemana sih, Bar?" tanya Belia lagi.

"Katanya lo mau jadi guru les gue," balas Bara.

"Tapi kita mau belajar dimana?"

"Udah diem aja."

Belia diam, selama perjalanan pun mereka tidak banyak berbicara. Setengah jam kemudian motor Bara sampai di depan sebuah rumah. Belia turun lebih dulu, diikuti Bara.

"Ini rumah lo, Bar? Katanya nggak mau di rumah," Belia memandangi rumah besar di hadapannya.

"Bukan, ini rumah Samuel," jawab Bara.

Pandangannya tertuju pada sebuah mobil yang tengah memasuki pekarangan rumah itu. Sama halnya, Belia mengikuti arah pandang Bara. Menunggu mobil tersebut benar-benar berhenti dan menampakkan orang yang ada di dalamnya. Lalu turun seorang anak laki-laki berumur sekitar 14 tahun menghampiri Bara yang tengah tersenyum padanya.

"Bang Bar-Bar!" seru anak itu.

"Udah bagus-bagus nama gue juga, dasar bocah!" Balas Bara dengan kekehan kecilnya lalu menerima sebuah tos dari anak itu.

Kemudian seorang pria dewasa yang baru saja turun dari kursi kemudi pun menghampiri Bara.

"Bara, kamu disini?" Sapanya.

"Iya, Om," Bara menyalami pria tersebut.

"Samuel mana?" tanya Immanuel—ayah Samuel.

"Masih ketinggalan," jawab Bara, ia terkekeh kecil.

Bara memang sengaja menjadikan rumah Samuel sebagai tempat tujuan untuk belajar bersama guru barunya, Belia. Terkesan nyaman menurutnya, daripada ia harus ke rumahnya sendiri. Lagi pula ada Jojo yang harus ia sembunyikan identitasnya dalam keluarga.

"Loh, ini siapa?" tanya Immanuel begitu melihat Belia berdiri tak jauh dengan Bara.

"Bang, pacar Abang, ya?" bisik Gabriel—adik Samuel yang masih duduk di bangku kelas tiga SMP.

Me and Monday (lagi sambil direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang