---
Seperti biasa, kantin selalu menjadi tujuan utama para murid saat jam istirahat. Belia dan teman-temannya juga akan menuju kantin. Begitu juga dengan Bara dan Samuel yang sudah mulai melangkah keluar kelas.
Namun langkah mereka semua terhenti saat seorang cewek memanggil nama Bara dan Belia. Terlihat dari name tag- nya, Jihan Anaya, cewek pentolan SMA Patria 28, kakak kelas XII IPA 1 yang terkenal cantik, ramah dan cerdas.
Tidak hanya Bara dan Belia saja yang menoleh karena merasa dipanggil. Samuel, Ica, dan Syifa yang ada di sana pun ikut menoleh.
"Iya, Kak, ada apa?" tanya Belia ramah, berbeda dengan Bara yang diam, hanya menatap meminta penjelasan pada Jihan.
"Bara sama Belia dipanggil ke ruang kepala sekolah," jawab Jihan.
Bara hanya menautkan alisnya, merespon seadanya karena ia tak terlalu terkejut kalau harus dipanggil kepala sekolah. Berbeda dengan Belia yang kelabakan sendiri, ia salah apa sampai harus dipanggil kepala sekolah? Baru seminggu kemarin ia masuk sekolah ini dan teguran belum ia dapatkan.
"Ya udah, ya, gue cuma mau nyampein itu, gue duluan," Jihan tersenyum lalu pergi.
"Makasih, ya!" kata Bara kepada Jihan dan diangguki Jihan sembari melangkah pergi.
"Lo ada salah, Bel?" tanya Syifa yang tampak tak percaya.
"Gue nggak ngelakuin hal aneh-aneh, kok," Belia cemas.
"Udah si, santai aja. Yuk, Bel, bareng!" ajak Bara.
"Lo bisa santai, lo dipanggil karena lo jelas-jelas bikin salah tadi pagi, lah Belia?" timpal Ica.
"Mungkin kepala sekolah mau jodohin kita, Bel, atau kita mau dinikahin sekalian ya, Bel?" tanpa menghiraukan Ica, Bara berucap pada Belia.
"Ngaco!" timpal Belia.
"Ya udah, yuk!" Bara segera menarik tangan Belia.
Sementara Bara dan Belia melangkah pergi ke ruang kepala sekolah, Samuel yang tak punya teman ke kantin sekarang merangkul leher Ica dan Syifa dengan kedua tangannya. Rangkulan Samuel terlalu kuat dan memaksa agar Ica dan Syifa yang sempat memberontak tetap mengikuti langkahnya.
:::::
Bara dan Belia bersama-sama membuka pintu ruang kepala sekolah. Tampak di dalam ada Bu Resti selaku kepala sekolah, ada Pak Randi dan Pak Mirza yang terkenal sebagai duo guru kesiswaan. Namun yang lebih mengejutkan Bara di situ ada sosok Yanuar Aditama, ayahnya.
"Papa?" cicit Bara sangat lirih.
Belia menatap heran pada Bara yang masih mematung di ambang pintu, kemudian tanpa memikirkannya lagi Belia mendahului Bara untuk masuk dan mendekati kepala sekolah.
"Masuk dulu Bara," suruh Bu Resti. Bara melangkahkan kakinya untuk masuk.
"Maaf sebelumnya, Bu, ada apa ya kami dipanggil ke sini?" Belia memberanikan diri bertanya.
"Silakan duduk dulu, duduk Bara!" Bu Resti mempersilahkan Belia dan Bara agar duduk di hadapan mejanya.
Bara masih diam, sesekali melirik satu per satu orang-orang di sana, tak terkecuali Yanuar.
Dihakimi di ruang kepala sekolah memang sudah bukan hal baru lagi bagi Bara. Tapi perasaanya sedikit berbeda saat ini, apalagi ada sosok ayahnya duduk bersama Pak Randi dan Pak Mirza. Juga Belia yang ikut-ikutan dipanggil menghadap kepala sekolah sekarang. Pasti Belia juga bersangkutan dengan hal yang sama bersama Bara, tapi apa? –pikir Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Monday (lagi sambil direvisi)
Teen FictionBara Ajuna Aditama, bad boy kelas hiu yang bandelnya begitu menjengkelkan. Cowok absurd yang benci hari setelah Minggu. Baginya, hari itu adalah kesialannya, kenapa harus di hari Senin? Sayangnya, cewek biasa yang tak berdosa di hidup Bara harus ter...