---
Tak kenal maka tak sayang.
---"Bentar, Kak! Riel kebelet," seenaknya saja bocah kelas 3 SMP itu melipir tanpa persetujuan Belia yang tengah mengajarinya.
Sembari menunggu Gabriel kembali, Belia memilih bangkit dan meneliti kamar bocah itu. Kamar minimalis yang terkesan estetis. Terbilang rapi untuk ukuran bocah laki-laki. Tidak banyak poster atau tempelan lain yang menutupi dinding berwarna toska itu.
Pandangan Belia kemudian tertuju pada satu lemari rak di sudut ruangan. Bukan lemarinya yang dimaksud, tapi beberapa bingkai foto di sana.
Bingkai pertama yang Belia lihat terdapat dua orang tua, siapa lagi kalau bukan Immanuel dan Maya–bersama seorang anak di sana. Itu Gabriel. Kemudian foto balita bertuliskan nama Gabriel di samping foto Gabriel besar.
Setelahnya foto dengan dua anak laki-laki yang tampak mirip di dalamnya. Apa ini Samuel dan Gabriel? Tapi di foto itu usia keduanya terlihat tidak jauh beda, bahkan sepertinya sama.
Mendengar langkah Gabriel kembali masuk, perhatian Belia yang sebelumnya ada pada foto dua anak yang tengah ia pegang beralih pada Gabriel. Gabriel mendekat, alih-alih menatap Belia ia justru memandangi foto yang Belia pegang.
"Hayo, kakak ngapain?" tanya Gabriel pada Belia.
"Lihat-lihat kamar kamu, nggak nyangka kamar bocah kayak kamu rapi dan nyaman gini," kata Belia.
Gabriel tertawa sembari mengambil alih foto yang masih dipegang Belia.
"Itu kamu sama Samuel?" Belia bertanya.
"Bukan aku, ini Bang Samuel sama Bang Rafael," jawab Gabriel, "Aku masih bayi lah."
Belia tertegun sejenak.
Rafael?
Siapa?
"Bang Rafael, tuh, kembarannya Bang Samuel," Gabriel kembali berbicara.
"Samuel punya kembaran?"
"Iya, tapi–"
Brak
"Bel, pulang, yuk! Udah sore, nih! Betah amat ngajarin si curut sampe gue dilupain," Bara datang. Membuka pintu dengan tak sabaran.
Perhatian kedua insan yang sedari tadi bercakap teralihkan segera. Memandang kesal seorang Bara yang tiba-tiba datang dan memotong pembicaraan Gabriel dan Belia.
Sebelum Belia berjalan mendekati Bara, tangannya sudah lebih dulu digenggam dan ditarik Bara.
"Bentar dulu, gue belum beresin buku-buku gue," Belia membuka suara.
Bara segera mempersilakan Belia untuk berkemas, setelahnya berpamitan pulang kepada Samuel.
Di perjalanan ke rumah Belia, Bara menyempatkan membeli makanan ringan. Hitung-hitung buah tangan untuk keluarga Belia. Caper ke camer nggak masalah, pikir Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Monday (lagi sambil direvisi)
Teen FictionBara Ajuna Aditama, bad boy kelas hiu yang bandelnya begitu menjengkelkan. Cowok absurd yang benci hari setelah Minggu. Baginya, hari itu adalah kesialannya, kenapa harus di hari Senin? Sayangnya, cewek biasa yang tak berdosa di hidup Bara harus ter...