---
"Butuh hati dan kepercayaan untuk menumbuhkan cinta" -Bara.
---Tugas kelompok Bahasa Indonesia rencananya akan dikerjakan bersama sore ini di rumah Belia. Lagi-lagi, tadi sepulang sekolah Belia dihadang Bara untuk pulang bareng. Dengan alasan Bara yang mengatakan sekalian saja ke rumah Belia untuk mengerjakan tugas kelompok itu, Belia harus apa? Meskipun tanpa alasan itupun Belia juga mau mau saja pulang bareng Bara, walaupun ia harus sedikit menaikan gengsinya untuk menolak terlebih dulu ajakan Bara.
Sesampainya di rumah, langsung saja Belia mengajak Bara masuk. Di rumah ada Gina, jadi Bara tak sungkan-sungkan menerima dengan senang hati ajakan Belia untuk masuk. Lagi pula ini untuk kepentingan tugas.
"Assalamu'alaikum, Bun, Belia pulang!" seru Belia begitu memasuki rumah.
"Ayo masuk, Bar!" ajak Belia pada Bara yang masih celingukan dari luar pintu melihat ke dalam rumah Belia.
Bara mengangguk dan melangkahkan kakinya mengikuti Belia.
"Assalamu'alaikum," Bara mengucapkan salam dengan berbisik, sangat pelan sampai hanya Belia yang ada di dekatnya saja yang mendengar.
"Kenapa bisik-bisik, sih? Ada-ada aja, deh, lo," heran Belia pada tingkah Bara itu.
"Siapa tau lagi ada yang tidur, Bel," ujar Bara.
"Haha, ya udah, deh, duduk dulu sini!" suruh Belia pada Bara untuk duduk dulu di sofa ruang tamu.
"Kamu udah pulang, Bel?" suara Gina datang dari arah dalam. Menghampiri keberadaan Belia yang masih di ruang tamu.
"Eh, ada temennya?" Gina melihat Bara dan tersenyum, Bara membalas dengan senyuman pula kemudian ia bangkit dari duduknya dan menyalami Gina.
"Temen, Bel?" tanya Gina, nadanya terdengar menggoda pada Belia.
"Temen, Bun. Namanya Bara, yang tadi malem ketemu di rumah sakit," beri tahu Belia.
"Oh, namanya Bara," ulang Gina, ia menatap Bara sambil tersenyum.
"Gimana mama kamu? Sehat?" tanya Gina.
Bara terdiam sejenak. Gina tak tahu saja jika mamanya Bara masih belum ada perkembangan sejak pertama kali ia dilarikan ke rumah sakit setahun yang lalu. Tapi Belia sadar perubahan raut Bara, ia merutuki pertanyaan bundanya tadi.
"Baik, kok, Tante," balas Bara, mengembalikan senyumnya.
"Eh, udah ya, Bun, bunda balik ke dapur aja, bunda lagi masak, kan? Atau nggak bikinin Bara minuman, sekalian buat temen-temen yang nyusul nanti," sela Belia sebelum bundanya yang cerewet itu bertanya lebih banyak lagi.
"Temen-temen kamu mau kesini?" tanya Gina.
"Iya, kita mau ngerjain tugas kelompok, Bun. Aku ganti baju dulu ya. Bar gue tinggal sebentar," pamit Belia pada Gina dan Bara.
"Kamu bukan pacar Belia?" tanya Gina pada Bara, sedikit berbisik. Gina menaik turunkan alisnya, bertanya dengan nada sedikit bergurau dan menggoda.
"Eh, bu-bukan, Tante, tapi ... emang boleh Belia saya pacarin?" Bara menanggapi gurauan Gina. Nadanya juga berbisik di kalimat akhir.
"Haha, kamu ini, Belia mau nggak sama kamu?" balas Gina.
"Ya, mau lah, Tan. Bara, kan, keren!" Bara membanggakan dirinya tanpa tahu malu.
Memang dasarnya Bara selalu percaya diri dan tidak tahu malu.
"Haha, kamu ini lucu, ya!" timpal Gina, "Ya udah, Tante bikinin minum dulu, kamu duduk dulu aja, ya, sambil nunggu Belia," suruh Gina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Monday (lagi sambil direvisi)
Teen FictionBara Ajuna Aditama, bad boy kelas hiu yang bandelnya begitu menjengkelkan. Cowok absurd yang benci hari setelah Minggu. Baginya, hari itu adalah kesialannya, kenapa harus di hari Senin? Sayangnya, cewek biasa yang tak berdosa di hidup Bara harus ter...