Mina langsung kembali ke ruangannya setelah melakukan rapat kecil bersama timnya tadi. Rapat tersebut sengaja diadakannya untuk mengevaluasi aktivitas perusahaan. Mina berusaha mengarahkan timnya sesuai perencanaan yang telah dia buat.
Mina berdiri, menatap jalanan diluar sana yang tengah diguyur hujan deras melalui jendela kaca besar ruangannya yang berembun. Mina menempelkan salah satu telapak tangannya di jendela kaca tersebut. Dingin. Mungkin sama dinginnya dengan hatinya saat ini.
Kalimat-kalimat orang tuanya tadi malam kembali menari-nari di dalam otak Mina. Jujur saja, Mina telah benar-benar melupakan masa lalunya. Kesendiriannya yang sekarang, sama sekali tak ada hubungannya dengan masa lalunya itu. Memang benar belum ada pria yang menarik perhatian Mina, jadi wajar saja kan dia jomblo? Tentu saja gadis seperti Mina tak mau menjalin hubungan dengan seorang pria jika dia tidak ada rasa apapun dengan pria tersebut.
Mina menghela nafas berat. Dia lelah. Semakin lelah saat mengingat percakapannya dan orang tuanya semalam.
"Kenapa kau keberatan Mina? Lagipula, kau tidak menyukai pria manapun. Jadi tak masalah jika kau kami jodohkan dengan orang yang menurut kami baik bagimu." Ucap Tuan Myoui.
"Masalahnya, aku tidak akan betah jika harus hidup dengan orang yang bahkan tak ku kenali. Aku tak bisa membayangkan dua orang asing tiba-tiba saja hidup satu rumah. Itu akan terasa sangat aneh. Tak ada gunanya menikah jika dua orang tak saling mencintai. Kau hanya akan berbagi kamar, berbagi uang tagihan listrik dan lainnya, selain itu? Tidak ada. Jika hanya seperti itu, dengan teman biasa pun aku bisa melakukannya. Tak perlu repot-repot bersuami." Sanggah Mina dengan nada ketus.
"Sebagian omonganmu memang benar. Tapi, ada yang kurang. Apa kau juga akan membuat anak bersama temanmu itu? Tidak kan. Kau hanya akan membuatnya bersama suami sah mu, Mina-ya. Cobalah untuk mengerti, kami hanya--"
"Bagaimana jika kalian saja yang mencoba untuk mengerti? Aish, aku benar-benar akan gila. Eomma, appa, tak bisakah kita membicarakan hal lain saja? Berhenti ikut campur urusan pribadiku seperti ini. Biarkan aku yang menanganinya sendiri." Potong Mina, terdengar frustasi.
Tuan dan Nyonya Myoui kompak menghela nafasnya mendengar penuturan Mina. Mereka sadar telah bertindak kejauhan kepada Mina. Anaknya tersebut benar. Mereka tak berhak ikut campur dan memaksakan kehendak mereka sendiri kepada Mina.
"Sebenarnya, eomma dan appa mempunyai sahabat lama. Kami pernah berjanji untuk menjodohkan anak kami saat kalian sudah dewasa nanti. Tapi tak apa. Itu hanyalah janji bodoh yang kami ucapkan disaat muda dulu, Mina. Kami tak benar-benar serius dengan janji itu. Bahkan mungkin mereka sudah lupa dengan janji itu, karena kami pun sudah lama tidak berkomunikasi." Tutur Nyonya Myoui.
Mina langsung menoleh kepada ibunya, "lalu mengapa kalian masih berniat menjodohkanku?"
"Itu karena kami sudah putus asa denganmu Mina-ya. Semenjak lelaki di masa lalumu itu meninggalkanmu, kau jadi lebih tertutup. Wajar jika kami sampai membawa-bawa perihal perjodohan dengan tujuan suatu saat nanti kau mau membuka hatimu kembali. Seiring berjalannya waktu, mungkin kau bisa menerimanya, karena cinta itu ada karena terbiasa." Jelas Nyonya Myoui lagi.
Mina menatap nanar ibunya, "berhenti membawa-bawa masa lalu itu. Selama ini aku sudah benar-benar melupakannya, eomma, appa. Percayalah padaku..."
Nyonya Myoui berdiri dari duduknya, lalu berjalan mendekati Mina. Dia langsung memeluk tubuh anaknya tersebut. Dia tahu Mina masih belum sepenuhnya melupakan masa lalunya. Itu adalah alasan terbesar Mina yang dahulunya gadis ekspresif itu sekarang berubah menjadi dingin kepada orang lain, terutama kepada pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Stranger [Michaeng]
FanficSon Chaeyoung sudah menjomblo sejak dia lahir di dunia ini dua puluh dua tahun yang lalu. Alasannya sangat sederhana, bukan karena tak laku, apalagi sibuk bekerja, hanya saja selama ini memang tak ada satu pun wanita yang berhasil membuat dia tertar...