Mina melepas kaca mata yang sedari tadi dia kenakan untuk menutupi matanya yang sembab sehabis menangis. Yah, walau dia tahu itu sama sekali tidak membantu. Buktinya, saat rapat tadi, semua orang menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya, apalagi Jihyo. Namun, Mina berusaha untuk tetap fokus dan profesional memimpin rapat. Dia tidak boleh membiarkan urusan pribadi memengaruhi kinerjanya. Everyone knows, she's such a professional hard worker.
Mina memutar kursinya, menghadap kaca-kaca besar dari ruangannya. Dia melemaskan tubuhnya, menyandar pada sandaran kursi kerjanya. Mina menghela nafas berat. Perlahan memejamkan matanya. Pikiran Mina kembali dipenuhi percakapannya dengan Dahyun beberapa jam lalu. Sekarang, semuanya sudah jelas. Tak ada lagi yang perlu Mina pikirkan. Ya, sudah saatnya Mina benar-benar lepas dari masa lalunya.
Mina kembali membuka matanya. Senyuman lemah terbit dibibirnya mengingat pernyataan Dahyun. Pria itu bilang, dia baru menyadari perasaannya kepada Mina setelah dia menjauhi gadis tersebut? Fakta macam apa itu? Mina tidak habis pikir, kenapa dia dan Dahyun bisa begitu bodoh waktu itu. Jika saja mereka mau mendengarkan satu sama lain, mungkin sekarang mereka masih bersama... dan bahagia.
Mina menggeleng-gelengkan kepalanya. Merutuki dirinya sendiri. Kenapa pula dia masih memikirkan itu? Sekarang, dia dan Dahyun mempunyai jalan hidup masing-masing. Dahyun... pria itu telah memiliki Sana. Mina tahu, Dahyun sangat mencintai Sana.
Ya, tadi, mereka memang sempat berbincang-bincang ringan setelah menuntaskan masalah mereka. Dahyun menceritakan kehidupannya setelah mereka berpisah, dan bagaimana dia bisa bertemu Sana hingga mereka berakhir bersama. Mina hanya diam, mendengarkan cerita Dahyun sambil sesekali merespon seadanya.
Sebelum Dahyun pergi dari ruangannya, dia meminta kontak Mina, dan Mina memberikannya, walau pada awalnya ragu. Tapi, tidak masalah kan? Apa yang perlu dikhawatirkan? Hubungan mereka di masa lalu sepenuhnya hanya kisah lama yang tak akan memengaruhi hubungan mereka sekarang. Dahyun hanya berniat untuk memperbaiki hubungannya dengan Mina, sebagai teman. Ya, tak lebih. Mina juga sudah cukup dewasa untuk bisa berdamai dengan masa lalunya, dan berteman dengan mantan. Ya, saat kekasihmu telah menjadi mantan, bukan berarti kalian harus bermusuhan, kan?
Knock knock knock!
Mina kembali memutar kursinya begitu mendengar seseorang mengetuk pintunya. "Eoseo osipsio!"
Pintu terbuka, menampilkan Chaeyoung yang langsung berjalan ke sofa di ruangan Mina. Mina berdiri dari kursi kerjanya, menghampiri Chaeyoung yang sudah duduk manis di salah satu sofa.
"Minari, duduklah. Lihat? Setelah mengantar Momo, aku membeli ini untuk makan siang kita. Kau pasti belum makan, kan?" Ujar Chaeyoung seraya menata makanan yang sedari tadi dia bawa di atas meja.
Mina turut mendudukkan dirinya di hadapan Chaeyoung. Sebenarnya Mina sedang tidak selera untuk makan, tapi dia tidak ingin menyia-nyiakan makanan yang telah Chaeyoung beli untuknya. Tak bisa dipungkiri, Mina sedikit senang karena Chaeyoung masih ingat untuk membelikannya makan siang. Perhatian kecil seperti ini dari Chaeyoung, membuat Mina semakin respect dengan pria tersebut.
"Ayo, makanlah." Ucap Chaeyoung ceria sambil menatap wanita di hadapannya. Namun, raut wajah Chaeyoung seketika berubah ketika menyadari ada yang salah dari Mina.
"Minari, matamu kenapa? Kau... menangis?" Tanya Chaeyoung langsung.
Gerakan Mina yang baru saja akan mengangkat makanannya langsung terhenti. Dia membalas tatapan Chaeyoung, lalu menghela nafas lelah.
"Iya." Jawab Mina jujur. Dia tidak mempunyai alasan untuk menutupinya dari Chaeyoung.
"Wae? Apa ada yang menyakitimu? Siapa?! Katakan kepadaku sekarang. Siapa, Minari?" Tanya Chaeyoung, nadanya meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Stranger [Michaeng]
FanfictionSon Chaeyoung sudah menjomblo sejak dia lahir di dunia ini dua puluh dua tahun yang lalu. Alasannya sangat sederhana, bukan karena tak laku, apalagi sibuk bekerja, hanya saja selama ini memang tak ada satu pun wanita yang berhasil membuat dia tertar...