Chaeyoung menghentikan mobilnya di parkiran apartemen. Dengan cepat dia keluar dari dalamnya dan segera mengitari bagian depan mobil, lalu berhenti di sisi samping mobil. Sebelum Mina sempat membuka pintu mobilnya sendiri, Chaeyoung sudah terlebih dahulu melakukannya.
Mina keluar dari dalam mobil Chaeyoung yang langsung disambut dengan senyuman manis pria tersebut. Mina hanya membalas perhatian Chaeyoung dengan tersenyum tipis, seperti biasa. Tanpa banyak bicara, keduanya langsung berjalan memasuki apartemen.
Tak ada yang memulai pembicaraan. Sejak tadi, terutama setelah peristiwa intens mereka di taman belakang restoran, baik Chaeyoung maupun Mina sama-sama merasa canggung untuk memulai percakapan normal. Keduanya merasa malu, mengingat ciuman pertama mereka yang tak terduga tersebut.
Mina tiba di depan pintu apartemennya, dan langsung membuka pintunya. Mina membalikkan badannya, menghadap Chaeyoung yang masih berdiri di depan apartmennya.
"Ingin mampir?" Tawar Mina.
Chaeyoung menggeleng kecil, "tidak usah. Sekarang sudah hampir jam dua belas malam. Kau pasti lelah. Sehabis dari Jepang, kita harus langsung ke acara makan malam tadi."
Mina mengangguk membenarkan. Tubuhnya memang terasa hampir ambruk. Mungkin, Mina tak akan mandi dan langsung melemparkan tubuhnya di kasur saja setelah Chaeyoung pergi dari hadapannya. "Kalau begitu, aku masuk dul--"
"Eh, eh, tunggu!" Potong Chaeyoung cepat.
Gerakan Mina yang sudah akan menutup pintu langsung terhenti. Dia menatap Chaeyoung dengan pandangan bertanya.
"Besok, kita jangan dulu masuk kantor. Sehari saja, biarkan tubuh kita istirahat sebelum kembali bekerja." Ucap Chaeyoung.
Mina tampak berpikir sejenak. Menimbang-nimbang, apa baik-baik saja jika dirinya tidak bekerja? Bukannya apa, selama hidupnya, baru kali ini Mina bisa tidak bekerja lebih dari empat hari. Apalagi waktu itu Mina juga sempat bolos karena tak sengaja bertemu Dahyun, hingga besoknya dia berakhir sakit karena mabuk berat di salah satu bar.
"Oh, ayolah. Aku tau, pasti kau merasa aneh jika tak bekerja, kan? Aku juga seorang workaholic sepertimu. Selama ini, aku selalu mementingkan pekerjaan di atas segalanya, hingga aku bertemu denganmu. Pekerjaan bukan lagi prioritasku. Tapi kau, Minari. Kau adalah pengecualian dalam hidupku." Ucap Chaeyoung lagi.
Tak ayal, perasaan Mina sedikit terbawa mendengar omongan tulus Chaeyoung yang secara tak langsung mengungkapkan perasaannya kepada Mina.
Chaeyoung menghela nafasnya sebelum kembali angkat bicara, "intinya, besok jangan bekerja! Tak ada yang akan memarahi kita jika tak masuk kerja. Itu hanya sehari, kemarin-kemarin kan kita meeting di Jepang, bukan sengaja meliburkan diri tanpa alasan, jika memang itu yang kau pikirkan. Lagipula, aku adalah daepyo, pemilik perusahaan Son. Tenang saja dan istirahat, oke?"
Mina menghela nafasnya. Lalu mengangguk singkat sebagai jawaban. Dia menatap Chaeyoung yang tengah tersenyum kepadanya, menampakkan dimple dalam pria tersebut.
"Kau juga, istirahatlah sekarang. Ganti baju, bersihkan diri, dan tidur." Ujar Mina.
"Aigo, kau perhatian padaku tapi terkesan ingin mengusirku. Tentu saja, aku akan pergi sekarang. Good night, my penguin! Have a nice dream with me inside, and see you tomorrow! I know you know, but i will never tired to say this. Saranghaeyo." Balas Chaeyoung. Masih dengan senyuman manisnya, Chaeyoung mengacak-acak gemas rambut Mina, lalu beranjak begitu saja dari hadapan gadis tersebut.
Mina terdiam. Pipinya memanas. Apa yang baru saja Chaeyoung lakukan memang sesederhana itu, tapi sukses membuat pipinya memerah. Aih, sepertinya memang benar-benar ada yang salah dari diri Mina. Ah, bukan salah, hanya saja ada sesuatu... yang telah berubah. Mungkin hatinya? Tidak. Tidak secepat itu. Mina masih menyangkalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Stranger [Michaeng]
FanfictionSon Chaeyoung sudah menjomblo sejak dia lahir di dunia ini dua puluh dua tahun yang lalu. Alasannya sangat sederhana, bukan karena tak laku, apalagi sibuk bekerja, hanya saja selama ini memang tak ada satu pun wanita yang berhasil membuat dia tertar...