Semua anggota keluarga Myoui dan keluarga Son, tak terkecuali Jeongyeon, menduduki kursi mereka masing-masing setelah sebelumnya para tetua di keluarga tersebut puas melepas kerinduan mereka dengan penuh suka cita dan antusiasme.
Tuan Son dan Tuan Myoui sebagai kepala keluarga masing-masing duduk berhadapan di tiap ujung meja. Nyonya Myoui dan Nyonya Son juga telah mengambil tempat duduk berhadapan, begitu pula dengan Jeongyeon dan Nayeon. Otomatis, Chaeyoung dan Mina duduk di tengah-tengah mereka dengan saling menghadap satu sama lain.
Semua orang mulai menyantap makanannya dengan sesekali bercakap-cakap mengungkit masa lalu mereka, lalu tertawa bersama. Suasana terasa begitu hangat bagi semua nyawa yang ada di sana, kecuali Mina dan Chaeyoung yang hanya saling diam. Sebisa mungkin menghindari tatapan satu sama lain.
"Terakhir kita berkumpul seperti ini saat acara ulang tahun Chaeyoung yang ke-2, kan?" Ucap Tuan Myoui.
"Majayo! Setelah itu kalian langsung pindah ke Jepang. Sejak saat itu kita mulai jarang berkomunikasi." Ucap Tuan Son, menanggapi ucapan sahabatnya itu.
"Ya. Malam ini akhirnya kita bisa bertemu kembali, dengan anggota keluarga yang lengkap dan anak-anak yang sudah dewasa. Bahkan Nayeon sudah akan menikah? Rasanya baru kemarin aku melihat anak itu yang masih menangis di ayunannya." Ujar Nyonya Myoui yang langsung membuat semua orang terkekeh.
"Nayeon-ah, apa kau masih ingat dengan kami?" Tanya Tuan Myoui kepada Nayeon.
Nayeon tampak berpikir sejenak, lalu menggeleng pelan dengan tersenyum kikuk. "Ku rasa aku tak ingat, hehe."
"Aigoo... kau memang masih sangat kecil. Wajar saja lupa. Sekarang kau telah tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik, Nayeon-ah. Cocok dengan calon suamimu yang sangat tampan." Ucap Nyonya Myoui sambil mengerling kepada Jeongyeon.
Jeongyeon hanya tersenyum salah tingkah mendengar pujian dari teman calon mertuanya tersebut.
"Tentu saja Jeongyeon harus tampan. Jika tidak, mana mungkin gadis cantik seperti ku mau dengannya." Ucap Nayeon santai, membuat Jeongyeon lagi-lagi tersipu sementara semua orang terkekeh mendengar ucapan percaya diri Nayeon tersebut.
"Ehm, Chaeyoung juga sudah tumbuh dengan sangat baik. Bahkan dia mengalahkan ketampanan appanya sekarang. Hahaha." Ujar Tuan Myoui.
"Omo... kau membandingkanku dengan anak usia dua puluh tahunan. Jelas Chaeyoung lebih tampan. Tapi, jika dibanding dirimu, aku lah yang terlihat jauh lebih wow, Myoui Akira!" Balas Tuan Son yang membuat semua orang kembali tertawa.
Chaeyoung hanya memakan makanannya dengan diam. Tidak mencoba ikut larut dalam perbincangan. Sesekali matanya mencuri pandang dengan Mina. Chaeyoung sedikit senang--meski rasa gugupnya masih setia mendominasi, saat dia melihat Mina mengenakan kalung pemberiannya.
"Omong-omong, sedari tadi aku tidak bisa mengalihkan perhatianku dari Mina. Anak kalian sangat cantik, Akira, Sachiko. Bagaimana cara kalian membesarkannya hingga dia bisa tumbuh semenawan ini? Apa kalian memberikannya makanan dari surga setiap hari?" Ucap Nyonya Son sambil menatap Mina dengan senyuman simpul yang tak dapat dia tahan.
Makanan yang telah sampai di tenggorokan Mina sedikit terdorong keluar, dia tersedak mendengar pujian dari Nyonya Son yang menurutnya terlalu dilebih-lebihkan tersebut.
"Aigooo, makanan surga? Aih, aku saja tidak tahu kenapa dia bisa tumbuh secantik ini. Mina bahkan jauh lebih cantik dariku saat masih muda dulu." Ujar Nyonya Myoui sambil mengusap-usap lengan anaknya yang duduk disebelahnya tersebut.
"Mina memang sangat cantik. Neomu neomu yeoppoyo. Tak heran Chaeyoung jatuh cinta dengannya."
Deg.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Stranger [Michaeng]
Fiksi PenggemarSon Chaeyoung sudah menjomblo sejak dia lahir di dunia ini dua puluh dua tahun yang lalu. Alasannya sangat sederhana, bukan karena tak laku, apalagi sibuk bekerja, hanya saja selama ini memang tak ada satu pun wanita yang berhasil membuat dia tertar...