Kesal.
Rasanya begitu mengesalkan hari ini. Seolah ada tumpukan beton yang menumpu pada kedua bahu, atau gelegar rasa panas yang menjalar di ulu hati. Rasa-rasanya selalu ingin menghela napas panjang tiap kali ingat, atau bahkan ingin berteriak sekeras mungkin.
"Kenapa aku kesal sekali akhir-akhir ini? Aku harus menjaga kesehatanku, gila saja jika diusia ini aku kena darah tinggi!" dumelnya. Gadis itu berjalan pelan menuju rumahnya, lalu meraih kenop pintu dan memutarnya pelan. "Aku pula—AAAAAAAKHHH APA ITU!!!" jeritnya spontan.
Gadis itu terhuyung ke belakang begitu kakinya nyaris menginjak sesuatu, kedua irisnya membelalak, jantungnya berpacu cepat sedang keterkejutan menderanya begitu hebat. Dengan modal keingintahuan yang kuat, saat rasa penasaran dan ketakutan menderanya, Ia mendekat, meneliti lebih jauh begitu memasuki rumah.
"YOYO?" pekik Rheya kegirangan.
Anak anjing berumur lima bulan tersebut sontak menggeliat dirasa suara nyaring menderanya, dengan semangat penuh Rheya lekas menggendongnya—membuat Yoyo terperanjat dan terdiam sesaat.
"Uwahhh aku merindukanmuuu~ bagaimana kabarmu? Yoyo, aku tidak bisa makan dengan enak tanpamu," racau gadis itu seraya memeluk anak anjing itu erat. Seolah mengerti apa yang tengah dikatakan majikannya padanya, anak anjing tersebut bereaksi dengan menjilat pipi Rheya beberapa kali.
"Tapi tunggu, jika pintunya tertutup, kau masuk dari mana? Semua jendela ibu tutup, kau—"
"Ibu yang melakukannya," sela sang ibu dari belakang. Rheya sontak berbalik, menemukan sang ibu dan adiknya yang baru saja memasuki rumah.
"Ibu menjemputnya?"
"Nyonya Ahn bilang jika anak anjing itu tidak mau makan selama di rumahnya, dia juga tampak tidak nyaman. Jadi, ibu membawanya kembali setelah menemukannya di gang depan," jelasnya.
Kedua iris gadis itu membulat sempurna, menatap nanar pada puppy miliknya itu. "Apa? Gang depan? Kau kabur dari rumah Nyonya Ahn? Yoyo?" Melihat itu sang ibu hanya terkekeh kecil, sudah biasa melihat Rheya bertingkah seperti itu pada hewan kesayangannya itu.
"Maafkan ibu karena memisahkanmu darinya, namun bagaimana lagi? Dia susah diatur," jelas Nyonya Song seraya menarik diri memasuki kamarnya. Namun sebelum itu, suara Rhayel lebih dulu menginterupsinya.
"Ibu, nanti aku tidur dengan Kak Rheya lagi, ya?" pintanya sembari berlari kecil menuju Rheya.
Nyonya Song mengangguk, "Iya. Nanti Ibu juga tidak akan pulang, kemungkinan kembali pagi seperti biasa. Dan ya, Rheya, ibu tak tahu kenapa kau memiliki luka itu, yang jelas, segera obati!" ujarnya sembari berbalik dan berjalan kembali.
"Ibu?" panggil Rheya.
"Ya?" Nyonya Song sontak berbalik. Menatap penuh tanya begitu Rheya memandangnya teduh dengan seulas senyuman manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEIZE
Fanfiction[The Secret Series: Book I Of Seize] Bersama dengan tangis yang melebur dalam tawa, Taehyung baru menyadari satu hal, yang teramat berarti baginya; presensi Hwang Rheya semakin menjauh. Dan Taehyung tak akan mampu meraih gadisnya itu. Terlepas dari...