Chapter 24

2.6K 382 58
                                    

Tatkala segala pertanyaan telah berhasil dilempar-pada setiap detik yang merajam dengan rasa penasaran yang menyelimuti benak, Hwang Rheya hanya mendapatkan satu jawaban dari beberapa pertanyaannya perihal absennya Taehyung.

"Aku cemburu kau dekat dengan Jimin, aku jadi malas sekolah."

Sinting!

Rheya spontan mendelik, lekas menatap tak percaya setengah kesal mengingat ia baru saja bertanya. "Hei, kau ini sudah kelas tiga. Paling tidak kau harus mengikuti aturannya untuk meloloskan diri dari sekolah itu nantinya. Kau bisa menyibukkan diri dengan ujian-ujian dan soal-soal latihan. Fokus saja ke situ! Oke?"

Taehyung menggeleng, menolak mentah-mentah ucapan gadisnya itu seraya mengulurkan jemarinya untuk merapikan surai Rheya. "Tidak mau. Aku bisa tinggal kelas untukmu, bukankah itu terdengar lebih baik? Aku juga bisa fokus kepadamu."

Rheya sukses dibuat melongo. Gadis itu spontan mendengus tatkala mendapati Taehyung melebarkan senyum kotaknya. "Kau terlalu sering bermain-main, Tae. Aku tidak berharap kau menjadi murid yang rajin, karena aku tahu itu bukan tipemu." Mendengar itu, Taehyung spontan terkekeh.

"Tapi setidaknya kau bisa lulus tanpa catatan lagi. Kau tahu berapa banyak catatan hitam milikmu karena menyeretku ke ruang konseling bersama dua temanmu? Aku saja tidak berani membayangkan milkku nanti."

Taehyung dapat menemukan raut kesal setengah malas dari kekasihnya itu. Rasanya begitu aneh. Seolah ada gelenyar hangat yang memenuhi ruang di dalam sana, getaran afeksi pun tak kalah menyeruak. Gadis itu khawatir. Rheya khawatir padanya meskipun ia tidak mengatakannya dengan langsung.

"Lagipula, kenapa kau bisa berpikir bahwa aku dekat dengan Jimin sunbaenim?" Rheya mendadak bangkit dari sofa. Lekas menatap sengit kemudian. "Kau tahu dia jauh dari tipeku. Harusnya kau ingat itu! Aku pulang."

Baru saja gadis itu berbalik dan hendak menarik langkah, namun Taehyung buru-buru berdiri dan meraih pergelangan tangannya. "Akan kuantar."

Rheya hanya mengangguk, membiarkan Taehyung menggenggam sebelah tangannya dan mulai berjalan keluar kamar. Mereka menuruni tangga dengan pelan, Rheya bahkan dapat melihat beberapa pelayan dan pria bertubuh kekar tiba-tiba masuk dari arah pintu. Tak lama, seorang pria tampan pun turut masuk dengan jas hitam dan kemeja putihnya. Saat itu pula langkah mereka berdua terhenti di tengah tangga, juga genggaman Taehyung yang semakin mengerat.

"Oh? Hai, Nona."

Rheya sontak membeku tatkala pria muda itu melambai ke arahnya sembari berjalan mendekat hingga berhenti di depan tangga, tak sampai menginjak anak tangga yang pertama. Senyumnya merekah, ia tampan dan berkarisma. Rheya pun sempan terpana dengan senyum hangatnya jika saja Taehyung tak kembali menarik langkah untuk menuruni tangga dengan mengeratkan genggaman yang posesif. Gadis itu balas tersenyum hangat, sedikit kikuk tatkala melirik kekasihnya yang hanya menatap kakaknya datar.

"Kak Seokjin?" sapanya. Oh? Menebak lebih tepatnya.

Mendengar itu, Seokjin melebarkan senyumnya, lalu terkekeh kecil kemudian. "Benar. Kau ingat ternyata. Jika begini aku tidak menyangka bagaimana kau bisa salah mengenali wajah tampanku dengan adikku kala itu."

"Itu takdir. Jangan mengungkitnya!" sahut Taehyung tatkala mereka sudah berada di depan Seokjin, hingga pria muda itu menarik langkah mundur dalam beberapa hitungan untuk membuat jarak yang nyaman.

"Benar. Jika tidak begitu, bagaimana bisa kau menggenggam tangan kekasihmu begitu erat di depan kakakmu sendiri, Tae?" sindir Seokjin seraya menyeringai.

Rheya menjadi kikuk sendiri. Gadis itu lantas mencoba memecah genggaman, menarik jemarinya agar terlepas dari genggaman Taehyung. Namun pemuda itu tidak membiarkannya, bukannya melepas balik, ia malah mengeratkan kembali hingga gadis itu nyaris memekik. "Dia memang milikku," ujar Taehyung santai.

SEIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang