Chapter 38

2.2K 307 85
                                    

AKU GA SUKA YA KALO SEPI SEBENERNYA :(

RAMEIN! WAJIB!

——

"YOON! APA YANG KAU LAKUKAN?"

Ryujin pun berjalan cepat menuju Yoongi yang duduk di kursinya—kursi Sera lebih tepatnya. Amarah dihentak bersama dengan tungkainya, selaras dengan raut wajah yang menatap nyalang, tak habis pikir sebelum kemudian memutar kursi tersebut.

Yoongi hanya menatap datar kendati tahu bahwa Ryujin tengah berapi-api saat ini karena dirinya. Ia pun menoleh pada jejeran komputer di sisi kirinya seraya menghela napas pelan, mencoba mengutarakan satu dari sekian kalimat yang menghuni kepalanya. Singkat, namun yang pasti Ryujin paham.

"Mengirimkan alamat Lim Jang Suk pada adikmu. Apa lagi?"

Rahang Ryujin sempat merosot, kehilangan kata-kata dalam sekejap hanya karena mendapati jawaban santai milik Yoongi. Tidak mengelak, ia pun dapat menyadari bahwa alih-alih santai seperti suaranya, jauh di dalam sana Yoongi pun tengah kebakaran sama sepertinya. Namun, apa yang dilakukan pria itu lebih membuatnya ingin menghabisinya saat itu juga.

Ryujin pun menatap sengit pada Sera yang berdiri tak jauh di samping Yoongi—tengah menatapnya takut-takut seraya menahan kekesalannya pada pria yang duduk di kursinya itu. Gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, merasa gamang dalam seketika hanya dengan mendapati tatapan Ryujin padanya.

"Aku sudah mencoba menghalangi kak Yoongi, tetapi dia tetap saja melakukannya. Dia bahkan memukulku saat aku mendorongnya pergi untuk—"

"Rheya perlu tahu," sela Yoongi buru-buru.

"Yoon!"

"Dia pun bisa membunuhnya jika dia mau."

"Yoongi!"

Semakin naik, amarah di dalam keduanya berusaha ditahan—ditekan setiap kata untuk memberi tahu, mencoba membuat satu sama lain mengerti. Ryujin memiliki sifat yang keras, sukar dikendalikan begitu saja. Tak jauh berbeda dengan Yoongi yang kini terlanjur muak—lelah untuk menahan diri.

"Ryu, Rheya perlu tahu. Dia perlu tahu yang sebenarnya dan segera melarikan diri dari mereka."

Ryujin yang mendengarnya pun menyugar surainya frustasi. Masih mencoba mengendalikan dirinya, emosinya, pikirannya. Bukannya ia tidak mengerti, ia justru kelewat mengerti maksud Yoongi.

"Yoon, kau tidak tahu Rheya. Kau benar-benar tidak mengenalnya dengan baik. Dia bisa bertindak semaunya, dia bisa kehilangan arah dan... " Ryujin nyaris kehilangan kata-katanya. Kepalanya menengadah, lantas menghela napas panjangnya sebelum kemudian kembali melanjutkan, "dia bisa menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Dia bisa dipenjara. Yoon, Rheya bisa dipenjara hanya karena dendamnya."

"Lalu?"

"Lalu?" Ryujin lantas menatap Yoongi terkejut, tak habis pikir dengan respons yang diberikan pria itu.

Apa maksudnya?

"Yoon, ada apa denganmu? Kau pun tahu bahwa pada akhirnya kita semua akan mendekam di penjara jika sampai mereka—"

"Sampai kapan, Ryu? Sampai kapan kau hanya berdiam diri mengawasinya dari kejauhan?" Suara Yoongi semakin meninggi.

Ryujin pun spontan membuang muka—melemparkan pandangannya kemana pun asal tidak terjerat oleh manik Yoongi, dan Yoongi sudah benar-benar kesal dibuatnya. Sampai kapan Ryujin akan mengerti kondisinya?

"Kau membiarkan adikmu membencimu selama ini dan tinggal bersama dengan pembunuh ayah dan ibumu. Kau melindunginya setiap saat dengan mencoba menyamar menjadi orang lain, masuk ke kamarnya dan meninggalkan alat perekam suara di sana. Kau memenuhi kebutuhan sekolahnya yang ia pikir bahwa ibunya yang melakukan itu."

SEIZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang