Nilai Non Fisik

315 6 0
                                    

Ada satu lagi pendapat lain yang menyatakan bahwa kepribadian dipandang dari aspek non fisik. Katanya kepribadian seseorang bisa dilihat dari bentuk pakaian, warna kesukaan, makanan dan minuman, saat kelahiran, atau adat istiadat. Wah! sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari, banget.

Ya, dari bentuk pakaian seseorang dinilai kepribadiannya. Kala cewek yang mengenakan pakaian tertentu nampak dapat menunjukkan pribadi yang anggun atau modis, dan cowok bisa terlihat keren, trendy dan sporty. Atau bergaya ala-ala idola k-pop. Jadinya, kudu bolak-balik terus ke mall untuk belanja biar kekinian.

Dari segi warna kesukaan yang dikaitan dengan kepribadian, ada yang mengartikannya beragam. Warna merah menunjukkan pribadi penuh gairah, semangat, dan pemberani, warna hijau melambangkan orang yang bijak, warna putih menggambarkan jiwa yang tenang. Kalau warna-warni kayak pelangi sih saat ini diidentikkan, menggambarkan apa ya? Ada yang tahu nggak? Heh, ngeri juga..

Makanan dan minuman juga sering dikaitkan dengan karakter pribadi seseorang. Makan dan minum di restoran mewah nan terkenal kini jadi bergengsi  dan semacam trend tersendiri di kalangan anak muda. Saban akhir pekan jalan-jalan, mencari tempat nongkrong yang asyik. Tapi, perlu dilihat dulu prioritas dan isi dompet, bisa-bisa jadi jebol.

Lain lagi kalau ditilik dari hari atau tanggal kelahiran nih! Biasanya orang mencari tanggal yang pas buat melahirkan. Merasa ada sesuatu kebanggaan kalau bertepatan dengan hari-hari yang dianggap penting, dan bersejarah. Kasihan juga kalau ada yang seperti ini. Masa anak yang mau lahir ditahan-tahan, hanya demi mencari momen yang dirasa tepat. Hemm, kasihan!

Kalau diringkas, nilai-nilai di atas tadi secara umum tercakup dalam gaya hidup. Yap, gaya hidup merupakan sebuah penggambaran “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah, 2002). Gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Karena itu, banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.

Kepribadian juga bisa dipengaruhi dengan adat-istiadat atau budaya. Menurut pendapat M. J. Herkovits, budaya merupakan sesuatu yang superorganik karena bersifat turun-temurun meskipun masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan adanya kelahiran dan kematian. Budaya langsung memengaruhi perilaku dan kepribadian individu karena individu tinggal dalam lingkungan masyarakat yang memiliki budaya itu.

Kebudayaan dapat meregulasi kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tanpa disadari. Kebudayaan mempengaruhi kita untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita.
Sehubungan dengan pentingnya kebudayaan sebagai salah satu faktor penentu kepribadian, muncul pertanyaan: “Bagaimana tipe dasar kepribadian masyarakat itu terjadi?”

Dalam hal ini Linton (1945) mengemukakan tiga prinsip untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tiga prinsip tersebut adalah (1) pengalaman kehidupan dalam awal keluarga, (2) pola asuh orang tua terhadap anak, dan (3) pengalaman awal kehidupan anak dalam masyarakat.

Masyarakat majemuk terdiri atas banyak kelompok sosial yang masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, bahkan kadang-kadang saling bertentangan.

Dalam setiap kelompok, orang bergerak dan berinteraksi dengan sejumlah kelompok dengan standar nilai dan norma yang berbeda-beda.
Ibarat kata pepatah “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.”

Jadi, bisa tidak kita menggolongkan semua individu berdasarkan nilai tersebut? Tentu akan cukup sulit juga ya!

Kepribadian IstimewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang