Membaca Sejarah Hidup Rasulullah

107 2 0
                                    


Rasulullah Saw. adalah teladan sempurna yang sering dipuji sebagai pribadi mulia pembawa cahaya yang menerangi gelap gulita dunia. Rasulullah juga memuji para sahabat bagaikan bintang gemintang, para penjaga umat yang layak diikuti. Dan pastinya, Allah SWT telah memuji keistimewaan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Tidakkah kita bermimpi ingin menjadi seperti mereka?

Allah SWT. berfirman:
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”  (TQS. Al-Ahzab [33]: 21).

Bayangkan oleh kita betapa besar dan luar biasa perjuangan dan pengorbanan Rasulullah dalam dakwah, sehingga kini kita semua bisa berada dalam rahmat iman dan Islam. Insya Allah dengan membaca sejarah hidup Rasulullah Saw dalam sirah nabawiyah akan menjadikan bertambah rasa cintaan kita kepada Rasulullah.

Al-Azhari berkata, “Arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Al-Baidhawi berkata, “Cinta adalah keinginan untuk taat.” Ibnu Arafah berkata, “Cinta menurut istilah orang arab adalah menghendaki sesuatu untuk meraihnya.” Sedangkan Al-Zujaj berkata, “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati keduanya dan ridha terhadap segala ajaran yang di bawa Rasulullah Saw.”

Cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan suatu kewajiban. Karena mahabbah (cinta) merupakan salah satu kecenderungan yang akan membentuk nafsiyah seseorang. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jenis kecintaan yang terikat dengan mafhum syar’i, yang telah diwajibkan oleh Allah SWT.

Allah Swt. berfirman:
Siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama-sama dengan orang-orang yang Allah beri nikmat yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah sebaik-baik teman. Itulah karunia Allah Yang Maha Tahu. (TQS. An-Nisa [4]: 60-70).

Dari Anas, sesungguhnya Nabi Saw. bersabda:
“Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang kiamat. Ia berkata, ‘Kapan terjadinya kiamat ya Rasulullah?’ Rasul berkata, “Apa yang telah engkau siapkan untuknya?’ Laki-laki itu berkata, ‘Aku tidak menyiapkan apa pun kecuali sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.’ Rasulullah Saw. berkata, ‘Engkau bersama apa yang engkau cintai.” Anas berkata; Kami tidak pernah merasa bahagia dengan sesuatu pun yang membahagiakan kami seperti bahagianya kami dengan perkataan Nabi, ‘Engkau bersama apa yang engkau cintai.’ Anas kemudian berkata, ‘Maka aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar. Dan aku berharap akan bersama dengan mereka karena kecintaanku kepada mereka meskipun aku belum bisa beramal seperti mereka.’” (Mutafaq ‘alaih).

Namun demikian, cinta seorang Muslim kepada Baginda Rasulullah sejatinya bukanlah sekadar klaim. Setiap ungkapan atau klaim cinta tentu butuh bukti. Jika demikian, apa bukti hakiki bahwa seorang Muslim cinta Baginda Rasulullah Saw?

Dalam ayat Al-Qur’an, Allah SWT mengukur cinta seseorang hamba kepada diri-Nya dengan sejauh mana hamba itu mencintai dan mengikuti (meneladani) Rasulullah Saw., sebagimana firman-Nya:
“Katakanlah, ‘Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Dia akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.’”  (TQS. Ali Imran [3]: 31).

Mengikuti Nabi Saw tidak lain yaitu dengan menjalankan Islam secara kaffah (totalitas) mengamalkan seluruh syariah-Nya baik dalam level pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Wa maa tawfiqi illa billah.

Kepribadian IstimewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang