Cerminan Diri

221 7 0
                                    

Konsep yang “memaksa” seluruh wanita dalam sebuah masyarakat untuk memenuhi ukuran-ukuran penampilan tertentu tidak hanya irasional, tetapi juga berbahaya. Itu adalah konsep yang “tidak bertanggung jawab”, karena dapat membuat orang melakukan cara-cara yang ekstrem, semata-mata untuk dapat memenuhi harapan-harapan yang tidak wajar itu agar dapat disebut sebagai “wanita cantik”. Ujung-ujungnya, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah masalah dan kekacauan.

Sebagai contoh, keinginan yang sangat kuat untuk mendapatkan berat badan yang “ideal” atau upaya mengurangi lemak tubuh sampai tingkat tertentu telah mengakibatkan timbulnya berbagai masalah kesehatan dan gangguan pola makan. Dilaporkan bahwa para model dan aktris rata-rata mempunyai lemak tubuh 10% dari berat badan keseluruhan; sedangkan rata-rata perempuan yang sehat memiliki lemak tubuh antara 22% – 26%. Obsesi untuk mendapatkan bentuk dan berat badan “ideal” itu seringkali mengakibatkan gangguan pola makan. Gangguan pola makan itu bisa mengakibatkan Anorexia Nervosa, suatu penyakit yang sangat serius, yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipotermia, tekanan darah rendah, detak jantung yang tidak teratur, kemandulan, hingga dapat menghantarkan pada kematian.

Anorexia digambarkan sebagai “rasa takut yang sangat berlebihan terhadap kenaikan berat badan atau kegemukan, sekalipun sesungguhnya berat badannya masih kurang.” Penyakit ini membuat penderitanya melakukan olahraga secara berlebihan, mengkonsumsi obat pencahar (cuci perut) agar tidak terjadi penyerapan zat makanan oleh tubuh, serta menahan diri untuk tidak makan. Lembaga Nasional Kesehatan Jiwa di AS menyatakan bahwa setiap hari, orang Amerika menghabiskan rata-rata dana sebesar 109 juta dollar untuk membeli makanan diet atau produk-produk diet. Lembaga tersebut juga mengungkapkan bahwa 1 dari 20 orang perempuan di AS mengalami anorexia, bulimia atau gangguan pola makan; 1 dari 3 pelaku diet membiasakan diri dengan sikap dan perilaku diet yang sangat ketat, dan 1 dari 4 pelaku diet ketat ini mengalami gangguan pola makan. Berdasarkan data Asosiasi Anorexia dan Bulimia Amerika, terdapat 1000 orang perempuan meninggal akibat anorexia setiap tahunnya di AS.

Pada tahun 2000, Asosiasi Kedokteran Inggris mengeluarkan suatu laporan yang membahas penyebab naiknya tingkat penderita anorexia di Inggris maupun di tempat-tempat lain di dunia. Dalam laporan itu mereka menyatakan, “Obsesi industri media terhadap model-model fesyen yang berbadan ramping turut memberikan andil pada meningkatnya jumlah kasus gangguan pola makan pada anak-anak gadis … Tingkat kekurusan yang dipertontonkan oleh para model yang dipilih untuk mempromosikan produk-produk itu tidak mampu diraih oleh para gadis dan secara biologis tidak wajar.”

Dengan demikian, telah jelas bahwa kaum perempuan di Barat –pada banyak kasus dan pada sebagian besar lapisan masyarakat– lebih dinilai berdasarkan penampilannya, bukan pada tingkat kemampuan dan kecerdasannya. Perempuan di tengah-tengah masyarakat dianggap oleh banyak kalangan laki-laki hanya sebagai sebuah komoditas untuk memenuhi nafsu syahwatnya, bukan sebagai pihak yang turut memberikan kontribusi bagi masyarakat. Bukti yang paling nyata atas pernyataan ini adalah tingginya wabah pemerkosaan di negara-negara Barat. 1 dari 20 perempuan di Inggris dan Wales pernah diperkosa. 167 perempuan diperkosa setiap harinya di Inggris dan Wales (data dari British Home Office). Sedangkan di Amerika Serikat terjadi lebih dari satu kali tindak pemerkosaan terhadap perempuan dalam setiap menitnya.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Ms Magazine pada tahun 1988 terhadap 114 mahasiswa di AS, diperoleh fakta yang mengejutkan, bahwa 85% laki-laki memberikan jawaban “ya” atas pernyataan bahwa “Sejumlah perempuan memang berpenampilan dan bertingkah laku seolah-olah mereka berharap untuk diperkosa.” Kecenderungan yang berbahaya seperti ini dimiliki oleh kaum laki-laki yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang menganut konsep kebebasan, yaitu bahwa mereka bebas untuk melihat seorang perempuan sekehendak hatinya. Pikiran ini pula yang berkembang dalam benak para remaja.

Pada sebuah penelitian yang dilakukan UCLA terhadap remaja usia 14 – 18 tahun, diperoleh hasil bahwa lebih dari 50% remaja laki-laki beranggapan “oke-oke saja” jika seorang laki-laki memperkosa seorang perempuan yang telanjur membangkitkan nafsu syahwatnya. Dalam sebuah survey Ms Magazine terhadap para mahasiswa di AS pada tahun 1988, diperoleh laporan bahwa 1 dari 12 responden pernah memperkosa atau berusaha memperkosa seorang perempuan sejak berumur 14 tahun. Di Inggris, remaja-remaja yang sedikitnya berumur 13 tahun telah dimasukkan dalam daftar pelaku tindak kekerasan seksual setelah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh terhadap anak-anak perempuan. Tidak ada istilah lain untuk menggambarkan masa depan masyarakat seperti itu kecuali kata “mengerikan.”

Demikianlah kenyataannya, bahwa pada masyarakat Barat, kecantikan tidak menjadikan seorang perempuan dihormati atau meningkat martabatnya, sehingga membuat kecantikan menjadi sesuatu yang berharga dalam kehidupan ini. Konsep itu hanya mitos belaka. Kaum perempuan Barat hanya menjadi objek yang dinilai sebatas kulitnya saja, bukan pada pemikiran dan kecerdasannya.

Kapitalisme—yang saat ini diemban oleh Barat dan beberapa negeri Muslim—sesungguhnya bertumpu pada tiga hal.  Pertama: memisahkan urusan kehidupan dengan agama. Kedua: menjadikan manfaat sebagai tolok ukur perilaku dan segala sesuatu. Ketiga: mengukur kebahagiaan berdasarkan pemenuhan kemanfaatan yang bersifat materi saja. Ketiga hal inilah yang melahirkan peradaban Barat dengan Kapitalisme sebagai ideologinya.

Dengan ini pula mereka memandang perempuan.  Mereka telah meminggirkan agama untuk mengatur masalah perempuan. Mereka juga menilai kemuliaan perempuan dengan ukuran kemanfaatan secara materi saja. Nilai kemuliaan perempuan terletak pada kecantikan, atau kemanfaatan materi yang bisa diberikan perempuan.  Kontribusi perempuan di bidang ekonomi juga menjadi tolok ukur kemuliaan perempuan.  Intinya, perempuan ideal adalah mereka yang bisa memberikan kemanfaatan fisik (materi) kepada semua pihak. Itulah pandangan kapitalis terhadap perempuan.

Itulah berbagai perangkap yang diciptakan kapitalis atas nama kemuliaan bagi perempuan.  Perempuan bukannya lebih maju dan terhormat. Mereka bahkan terhina. Mereka bukan saja jauh dari tuntunan syariah. Bahkan mereka menjadikan Kapitalisme semakin kokoh. Kalau sudah tahu faktanya seperti ini, kira-kira tetap berkeras ingin meniru mereka juga? Nggak ah!!!

Kepribadian IstimewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang