Ummu Imaroh (Pejuang Perempuan Sekaligus Ibu Para Pejuang)

145 3 0
                                    

Membicarakan kisah pengorbanan, khususnya bagi muslimah, tentu bisa digali dari berbagai peristiwa baik yang dialami para nabi, sahabat, atau pun orang-orang shalih di masa lalu. Terlebih, kehidupan umat Islam di awal pertumbuhannya penuh dengan liku-liku yang tak lepas dari pengorbanan kaum perempuan. Salah satu sosok pahlawan perempuan di masa Nabi Muhammad Saw. adalah Nusaibah Binti Ka’ab ra (Ummu Imaroh).

Ummu Imaroh menjadi salah satuu perempuan yang ikut dalam bai’at aqobah kedua. Tak hanya itu, Ummu Imaroh juga turut serta dalam beberapa peristiwa besar dalam babak perjuangan Islam di masa Rasulullah Saw sebagai mujahid. Diantara peristiwa dimana Ummu Imaroh terjun langsung di dalamnya  adalah: Perang Uhud, Perjanjian Hudaibiyah, Umrah Qadha’, Perang Hunain dan Perang Yamamah di mana tangannya terpotong. Berikut, kisah Ummu Imaroh sebagai ibu yang sukses melahirkan generasi pejuang.

Isteri dan Ibu Teladan

Ummu Imaroh memang bukan perempuan biasa. Ketangguhan di medan juang, tak mengurangi rasa tanggung jawabnya sebagai muslimah. Ia tetap mampu mengemban kewajibannya sebagai isteri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Pengorbanan sebagi isteri nampak dari sikapnya terhadap kedua suaminya. Dengan suami yang pertama, ia mampu menjadi pendamping dan teman perjuangan saat suami isteri  ini menyatakan baiat di bukit Aqobah dan bersungguh-sungguh dalam membantu dakwah Rasulullah Saw di Madinah.

Adapun setelah hidup dengan  suaminya yang kedua, Ummu Imaroh pun tak pernah tertinggal untuk mendampingi suaminya dan memberikan berbagai pertolongan di medan pertempuran. Keduanya nampak dalam perang Uhud, peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, perang Huanain dan Perang Yamamah. Inilah pengorbanannya sebagai isteri seorang pejuang yang siap berjuang kapan pun, di mana pun dan dengan risiko apapun. Ummu Imaroh telah memerankannya dengan sangat baik.

Tidakkah seharusnya hal ini menjadi inspirasi bagi para isteri di zaman modern kini. Tak seharusnya para isteri lebih mementingkan karirnya di luar rumah, jauh dari suami atau bahkan memiliki dunia sendiri yang labih mereka cintai dari pada kehidupan rumah bersama suami dan keluarga. Kemandirian perempuan yang dipropagandakan kaum feminis dan penggiat gender berhasil menipu sebagian perempuan, sehingga mereka lebih rela meninggalkan suaminya, tak hanya dalam aktivitas bahkan ikatan pernikahan.

Perceraian meningkat karena isteri terus merasa lebih mandiri secara ekonomi, memiliki kebebasan  mengatur urusannya sendiri tanpa campur tangan suami, atau semata-mata karena tidak qonaah (menerima) apa yang diberikan suami. Sementara godaan pria lain terus mengintai, akibatnnya perselingkuhan pun tak terhindarkan. Dan akhirnya ikatan pernikahan mudah lepas oleh ganasnya kehidupan sekuler. Inilah penyakit yang banyak menghinggapi para isteri saat ini. Kesetiaan Ummu Imaroh pada sang suami selayaknya memberikan pengaruh, bahwa ikatan pernikahan sesungguhnya adalah jalan menuju ketaqwaan, jalan menuju diraihnya berbagai kebaikan sebagai suami isteri.

Ummu Imaroh juga layak menjadi ibu teladan. Baliau telah mampu mengantarkan putra-putrinya sebagai generasi pembela Islam. Tidak sedikit pun muncul keraguan dalam hatinya untuk melepaskan kedua putranya (Habib dan Abdullah) di setiap medan pertempuran dan tugas dakwah lainnya. Keteguhan kedua putranya mengemban amanah dakwah Islam cukup menjadi bukti bahwa mereka hidup dalam suasana pembinaan ruhiyyah yang baik di dalam keluarga yang tentu tak lepas dari pengaruh Ummu Imaroh,  sang ibu.

Saat perang Badar, anaknya –Abdullah- dengan gagah berani ikut berjuang menegakkan panji-panji Islam sehinngga Islam memperoleh kemenangan. Adapun kiprah Habib nampak saat ia memegang amanat sebagai utusan Khalifah Abu Bakar untuk menyampaikan surat kepada Musailamah al Kadz-dzab. Ummu Imaroh pun mendorong agar anaknya mampu mengemban amanat tersebut dengan baik. Namun rupanya Habib harus syahid tatkala membela Islam di hadapan kekufuran tersebut.

Mendengar kematian anaknya itu, Ummu Imaroh bukannya kecewa. Ia malah menerimanya dengan penuh keyakinan bahwa putranya mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah SWT. Ia menerima berita kematian itu dengan penuh kemuliaan serta kebanggaan karena telah mempersembahkan yang terbaik untuk Islam dan kaum muslimin.

Pengorbanan hakiki seorang ibu terhadap anak sepertinya menjadi barang yang langka saat ini. Terlebih  saat ibu lebih senang menjadikan anaknya sebagai mesin uang, penghias rumah dan penyanjung harga diri alias prestise. Jangankan menanamkan ruh jihad pada anak, mereka malah antipati terhadap pemahaman Islam yang dianggap radikal. Beberapa banyak pula ibu yang justru lebih memilihkan lembaga pendidikan yang berorientasi keilmuan dan pekerjaan saja untuk anaknya. Sementara pendidikan yang lebih menekankan pembentukan kepribadian Islam dianggap kuno, ketinggalan jaman, dan tidak bermutu. Itu semua tentu tidak mencerminkan sosok ibu yang baik. Keteladanan Ummu Imaroh dalam mengarahkan buah hatinya selayaknya menginspirasi setiap ibu untuk mencetak generasi yang siap mengemban tanggung jawab masa depan Islam dan kaum muslim.

Pengorbanan Sepanjang Hayat

Ummu Imaroh memang telah dimuliakan Allah SWT melalui pengorbanannya di sepanjang hayat. Perang Yamamah yang bertujuan untuk menumpas gerakan Musailamah yang telah membawanya pada puncak pengorbanan. Saat itu Ummu Imaroh dan anaknya –Abdullah- ikut serta dalam Perang Yamamah. Musailamah yang sebelumnya telah membunuh Habib terbunuh oleh Abdullah –anak Ummu Imaroh yang lain-. Inilah pengorbanan terakhirnya. Beberapa tahun setelah peristiwa Perang Yamamah tersebut, Ummu Imaroh meninggal dunia. Beliau pulang dengan dua belas bekas tusukan dan  kehilangan satu tangan serta satu anaknya, semua diperolehnya di medan pertempuran.

Itulah pengorbanan yang ikhlas semata-mata karena Allah SWT.  Beliau tidak mengenal kesal, mengeluh, mengadu, apalagi  bersedih meski tubuhnya terluka sekalipun, meski belahan jiwanya hilang sekalipun. Karena sesungguhnya obat dari berbagi tantangan tersebut adalah harapan yang begitu tinggi untuk meraih ridha Allah SWT.

Seandainya kaum muslimin saat ini memiliki himmah dan cita-cita semulia Ummu Imaroh, niscaya mereka tidak mudah malupakan Allah SWT dan berputus asa dari  rahmat-Nya. Sungguh menapaki kehidupan ini memang penuh cobaan. Tantangan perjuangan pun akan datang silih berganti. Namun, janji Allah SWT pasti ditepati. Dia akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya. Artinya jika kaum muslim saat ini kembali kepada agama Allah SWT, menjunjung tinggi syariat Islam sebagai satu-satunya pengatur kehidupan meraka, niscaya umat Islam bisa kelaur dari keterpurukan, kehinaan, dan ancaman musuh-musuh Islam. Semua itu telah dibuktiakn sendiri oleh Ummu Imaroh, ia telah memperoleh kemenangan hakiki, saat segala daya upaya telah diberikan untuk menolong agama Allah SWT meski harus menjalani berbagai kesulitan dan kesakitan.

Pengorbanan Ummu Imaroh memang tidak dapat disetarakan dengan pengorbanan Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. Meski kedua kisah pengorbanan ini ada yang terjadi di bulan Dzulhijjah, masing-masing memang memiliki dimensi yang berbeda. Namun, sebagai sosok perempuan yang rela mengorbankan apa yang dimilikinya di tengah kesulitan hidup pada zamannya, Ummu Imaroh layak menjadi teladan kaum ibu dan perempuan pada umumnya di masa kini.

Teladan Bagi Muslimah

Berkacamata pada keteladanan wanita-wanita mulia tersebut, kaum muslimah saat ini harus memiliki kesadarn politik Islam meski mereka sebagai seorang wanita, baik sebagai remaja, anak, ibu atau isteri. Peran aktif kita sangat diperlukan untuk membangun masyarakat Islam.

Muslimah manapun juga berhak mendapatkan surga sebagaimana para shahabiyah jika mereka mampu mempersembahkan jiwa dan raganya untuk Allah SWT semata-mata. Dunia ini terlalu kecil dan tidak layak ditukar oleh surga yang luasnya tak dapat diperhitungkan manusia. Semoga akan terlahir sosok shahabiyah di sepanjang perjalanan umat Muhammmad Saw ini. Aamiin.

Kepribadian IstimewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang