Kini Giliran Kita, Menjadi Muslimah Pejuang

125 2 0
                                    

Rasulullah Saw. bersabda: “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Sebaik-baik perhiasan dunia, secantik-cantik perempuan adalah perempuan shalihah yang taat kepada Allah. Ia menghiasi diri dengan kepribadian Islam yang mulia. Ia rela menyembunyikan sebagian kecantikannya untuk mendapat ridha Allah SWT dan menjaga kehormatannya. Maka ia akan mendapatkan balasan yang mulia di sisi Allah. Menjadi perempuan yang paling mulia di dalam surga sebagaimana hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita di dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?’ Beliau Saw menjawab, ‘Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.’ Saya bertanya, ‘Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?’ Beliau menjawab, ‘Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah...’” (HR. Ath-Thabrani).

Menjadi perempuan adalah anugerah. Menjadi perempuan yang beriman dan berislam, itu jauh lebih indah lagi. Mau tahu kenapa? Karena menjadi perempuan muslimah itu merupakan sebuah berkah yang tidak dialami oleh semua perempuan di dunia. Dan berkah ini akan menjadi lebih sempurna ketika sebagai muslimah, kita menyadari akan keistimewaan ini. Kenapa bisa begitu? Karena ternyata di luar sana, banyak banget mereka yang mengaku dirinya muslimah namun masih bingung dengan jati dirinya sendiri. Mereka akhirnya berusaha mencari jawaban kebingungan itu dengan mengambil jalan lain.

Salah satunya adalah ide feminisme yang (katanya) memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Tapi muslimah cerdas nggak bakal dong terjebak dengan ide yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam ini. Sebab, bukannya menjadi mulia, feminisme justru membawa perempuan kepada keterpurukan yang makin parah dalam semua sendi.

Menjadi seorang muslimah adalah sebuah karunia yang patut kita syukuri. Sebab, identitas muslimah akan mengantarkan seorang perempuan menapaki jalan Islam selangkah demi selangkah seiring bertambahnya  ilmu dan dorongan keimanan. Dengan ilmu, seorang muslimah dapat terus menyempurnakan ibadahnya, memperbaiki muamalahnya, menghaluskan akhlaknya, menguatkan ketaatannya kepada orang tua dan suaminya kelak, serta menjadikan dirinya lebih bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. Dengan ilmu pula, seorang muslimah bisa mengenal dan memahami dakwah sebagai sebuah kewajiban, bahkan mendorong dirinya untuk menjadi seorang muslimah pejuang Islam.

Saat ini berbagai derita dialami oleh kaum muslimah hampir di seluruh dunia. Di negara yang relatif aman dan damai seperti di Perancis, Jerman, Austaralia, dan negara kafir lainnya, muslimah kebanyakan dihambat dalam melaksanakan kewajibannya. Misalnya dilarang mengenakan hijab. Jika nekat mengenakannya, mereka harus siap dihadang oleh perlakuan tidak terpuji seperti diteror, di-bully dan berbagai bentuk pelecehan lainnya.

Sementara di negara-negara yang sedang bergolak, kondisi muslimah lebih memprihatinkan. Mereka menjadi korban kejahatan perang seperti diperkosa, ditindas, diusir dari kampung halamannya bahkan dibantai tanpa rasa kemanusiaan. Seperti di Irak, Thailand, Suriah, Palestina, Myanmar, dan masih banyak lagi.

Seharusnya para pemimpin dunia Islam menjadikan Rasulullah Saw. sebagai teladan dalam segala hal. Termasuk dalam memperlakukan perempuan. Dalam Islam perempuan merupakan kehormatan. Dijelaskan dalam sebuah kaidah, bahwa Al-ashlu fil mar’ati annahaa ummun wa rabbatul bayti. Wa hiya ‘irdhun an yushona (Hukum asal seorang perempuan adalah ibu dan pengatur rumah tangga. Perempuan merupakan kehormatan yang wajib dijaga).

Kemuliaan perempuan terus terjaga hingga Rasullah Saw. wafat dengan meninggalkan seperangkat warisan syariat  yang memuliakan perempuan. Para Khalifah pun memberikan jaminan bagi perempuan di ruang publik.
Kiprah perempuan tengah masyarakat pada masa Khilafah tercatat dengan baik dalam sejarah. Sebut saja Syifa binti Sulaiman yang pernah diangkat oleh Khalifah Umar ra. sebagai qadhi hisbah (hakim yang mengurusi pelanggaran  terhadap peraturan yang membahayakan masyarakat).

Pada masa Kekhilafahan telah didirikan sekolah-sekolah khusus perempuan yang terkenal dengan kemajuan ilmu dan teknologinya. Bahkan Raja Inggris perrnah mengirim putri-putri Kerajaan untuk bersekolah di Negara Khilafah.
Kiprah mereka di ranah publik dilakukan dengan keadaan aman, nyaman, dan jauh dari diskriminasi, apalagi kasus-kasus pelecehan seksual, kekerasn atau kriminalitas terhadap perempuan. Sepanjang sejarah kekhilafahan, kejahatan hampir-hampir minim. Demikian pula kejahatan terhadap perempuan. Belum ada yang menuliskan dalam sejarah kasus perkosaan atau penindasan dan pembantaian terhadap muslimah yang menggucang dunia. Hal ini karena penjagaan para pemimpin waktu itu yang demikian ketat.

Dalam Islam negara menjaga agama; menjaga moral dan menghilangkan setiap hal yang dapat merusaknya dengan memberikan sanksi tegas, serta menerapkan sistem sosial, pendidikan, politik, ekonomi, dan hukum dalam kehidupan. Dalam pandangan Islam, negara adalah satu-satunya institusi yang dapat melindungi perempuan dan generasi.

Rasulullah Saw. bersabda:“Sesungguhnya imam itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR Muslim).

Jika Rasulullah mengusir Yahudi Bani Qainuqa dari Madinah karena menyingkapkan aurat seorang Muslimah dan membunuh seorang Muslim yang membelanya, maka di masa Khalifah sangat masyur kisah Khalifah al-Mu’tashim Billah yang mengirimkan ratusan ribu pasukan menaklukkan kota Ammuriyah (sekarang Angkara) karena prajurit Romawi melecehkan seorang Muslimah di sana. Demikianlah, sungguh sistem Islam sangat menjaga perempuan.

Saat ini para muslimah khususnya dan perempuan pada umumnya sangat membutuhkan perlindungan dan penjagaan atas kehormatan diri mereka. Sudah cukup berbagai derita dan pelecehan yang menimpa kaum perempuan. Saatnya untuk mengembalikan mereka pada posisi mulia. Sungguh sebuah kerinduan yang membuncah bagi para muslimah dan perempuan untuk memiliki pemimpin dan sistem hidup yang menjamin rasa aman, adil dan nyaman dalam kehidupan. Sistem itu hanyalah Khilafah Islamiyah. Dan itu telah dibuktikan oleh Islam yang gilang-gemilang selama 13 abad dengan kualitas perempuan yang mulia dan hebat.

Islam telah banyak mengajarkan kepada kita, kaum muslimah untuk menjalankan fungsi dan peran kita yang sesungguhnya, sehingga kita akan menjadi umat yang terbaik. Semoga para muslimah kembali menyadari akan keutamaan ini  dan besarnya tanggungjawab mereka sebagai seorang muslimah dan masa depan generasi, sehingga terpacu untuk berlomba meraih kemuliaan sebagaimana para muslimah di masa Islam terdahulu, yaitu dengan segera membina diri dengan pemikiran Islam dan membentuk pola sikap dengan aturan-aturan Islam pula sehingga terbentuk kepribadian yang istimewa yaitu syakhshiyah Islamiyyah.

Semoga kita pun bisa menjadi katalisator untuk bangkitnya umat, dengan jalan turut berjuang bersama untuk mewujudkan hadirnya sistem Islam kembali di tengah kehidupan. Aamiin. Inilah waktunya, dan kini giliran kita menjadi muslimah pejuang Islam.

Kepribadian IstimewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang