Seuntai Muhasabah

118 2 2
                                    

Saudari-saudariku...
Masih ingatkah kita pada tiga buah pertanyaaan...
Pertanyaan yang menghantarkan kita pada suatu peubahan besar pada diri kita...
Dari mana kita datang? ...
Untuk apa kita datang? ...
Ke mana kita akan dikembalikan?

Jika kita berpikir dan menghayati...
Semua persoalan ini akan membawa kita kepada Pencipta Yang Satu, yakni Allah Rabbuljalil.

Selamilah ke dalam diri sendiri, sejauh mana kita menyadari hakikat bahwa manusia walau sehebat dan setinggi apapun kedudukkannya di atas muka bumi ini, manusia itu tetaplah seorang makhluk yang lemah..

Perhatikanlah di sekeliling kita, betapa besarnya karunia dan nikmat Allah untuk manusia.
Mulai bangkit dari tidur adalah satu nikmat, dapat membuka mata dan melihat adalah nikmat, memandang cermin dan melihat diri kita.
Dari ujung rambut hingga ujung kaki terasa agung penciptaan Allah.

Itu hanyalah tentang diri kita sendiri, belum lagi kala memandang ke luar. Melihat langit yang terbentang luas yang tidak ada siapapun yang mengetahui betapa luasnya. Sesungguhnya ilmu Allah itu, tiada batasnya!

Wahai, saudari-saudariku...
Apa saja yang telah kita perbuat? Kemana saja kita melangkahkan kakimu? Ke mana saja kita arahkan pandangan? Apa saja yang kita ucapkan dengan lisan? Atau barangkali ini yang jarang terduga oleh kita, sudahkah kita mengingat...

Apa saja yang pernah kita pikirkan, yang kita bayangkan?
Hitunglah! Apakah yang telah kita lakukan, kebaikan kah itu? Ataukah masih ada perbuatan dosa yang masih saja kita lakukan?

Apakah kita yakin pahala lebih banyak daripada dosa? Ingatlah janji Allah, “Wamayya’mal mitsqola dzarratin khairayyarahu, mawayya’mal mitsqala dzarratin syarrayyarah.”

Ingatlah ini! Sekecil-kecil kebaikan dan kejahatan kejahatan semuanya akan dihitung oleh Allah. Akan dihitung wahai, saudari-saudariku!

Kita punya mata, tapi sudahkah digunakan untuk melihat kebesaran Allah?
Kita punya telinga, tapi sudahkah digunakan digunakan untuk mendengar perintah-perintah Allah? Kita punya lidah, tapi sudahkah digunakan untuk melantunkan ayat-ayat Allah dan menjadikannya sebagai pedoman hidup?
Kita punya akal, tapi sudahkah digunakan untuk memikirkan tujuan penciptaan kita?
Atau mungkin jarang kita gunakan untuk memikirkan seseuatu yang bermanfaat?

Saudari-saudariku, sekarang hadirkanlah wajah ibumu, ayahmu, saudara-saudaramu, keluargamu, guru-gurumu, teman-temanmu, dan orang-orang yang kita anggap telah berjasa kepada kita. Lihatlah! Mereka tersenyum kepada kita, mereka tersenyum karena melihat kebaikan yang ada pada kita. Mereka yakin kelak kita akan menjadi Muslimah yang membanggakan agama, orang tua, keluarga, dan umat ini! Mereka bahagia dan yakin kita menjadi  yang dapat menyejukkan mata dan hati mereka dengan kepribadian kita yang baik.

Ya, Allah saksikanlah! Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui hati-hati yang terhimpun dalam cinta kepada-Mu. Teguhkanlah ikatannya! Kekalkanlah cinta kasihnya.. Tunjukkanlah jalan yang lurus kepada kami!

Jadikanlah saudari-saudari kami, saudari-saudari yang sholehah, menghiasi diri dengan syakhshiyah Islamiyah! Jadikanlah kami muslimah pejuang yang istiqamah dalam agama-Mu, yang  akan berkilau di tengah umat dengan cahaya kemuliaan itu.

Ya, Alllah...Penuhilah hati-hati kami ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah redup, lapangkanlah dada kami menerima kebenaran dengan limpahan iman kepada-Mu! Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifah kepada-Mu,
dan matikanlah kami dalam husnul khatimah!

Kabulkanlah permohonan kami, ya Allah, ya Rahman, ya Rahim...
Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Kepribadian IstimewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang