Hakikat Hidup

136 2 0
                                    

Setiap manusia semestinya memahami hakikat hidupnya di dunia. Hakikat hidup manusia merupakan perumusan komprehensif dari tiga pertanyaan dasar: “Dari mana manusia berasal; untuk apa manusia hidup, serta ke mana manusia setelah mati?” Pemahaman ini akan menentukan corak atau gaya hidup seseorang. Saking pentingnya persoalan ini, sampai dikatakan, janganlah kita hidup sebelum memahami apa sebenarnya hakikat hidup kita itu.

Mengingat sifatnya yang sangat mendasar, pertanyaan-pertanyaan tentang “Dari mana manusia berasal; untuk apa manusia hidup, serta ke mana manusia setelah mati?” oleh Taqiyyudin al-Nabhani disebut sebagai al-‘Uqdatu al-Kubra atau simpul yang sangat besar. Disebut demikian, karena bila pertanyaan ini telah terjawab, maka akan terurailah berbagai pertanyaan/permasalahan cabang berikutnya yang dihadapi manusia dalam kehidupannya di dunia.

Pertanyaan pertama, “Dari mana manusia, kehidupan dan alam semesta ini berasal?” Apakah ketiganya ini ada dengan sendirinya ataukah ada yang mengadakannya? Pertanyaan ini, sebagimana uraian Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Al-Tafkir, berkaitan erat dengan fakta bahwa manusia itu hidup di alam semesta (li anna al-insaana yahya fi al-kaun). Wajar bila manusia menanyakan tentang muasal manusia dirinya, tentang kehidupan diri dan makhluk lain, tentang alam semesta yang merupakan tempat hidupnya. Pertanyaan pertama ini, menayakan tentang hakikat apa yang ada sebelum kehidupan dunia (qabla al-hayati al-dunya).

Pertanyaan kedua, “Untuk apa manusia, kehidupan dan alam semesta ada?” Pertanyaan ini berkaitan dengan kenyataan bahwa manusia nyata-nyata telah dan sedang hidup di dunia (al-hayatu al-dunya). Wajar bila dalam benaknya muncul pertanyaan mengenai untuk apa hidup dan bagaimana harus menjalani hidup ini (dalam arti sosiologis). Dalam bahasa Hafizh Shalih dalam kitabnya An Nahdhah (1988), pertanyaan ini berhubungan dengan makna keberadaan manusia dalam kehidupan (ma’na wujudi al-insaan fi al-hayah).

Pertanyaan ketiga, “Ke mana manusia, kehidupan dan alam semesta ini setelah ini setelelah di dunia ini?” Pertanyaan ini juga sangat wajar, karena setiap manusia pasti akan mati. Apakah setelah mati berarti segala sesuatu akan berakhir, ataukah justru kematian itu merupakan awal memasuki fase kehidupan yang baru selanjutnya. Pertanyaan ini berkaitan dengan hakikat apa yang ada setelah kehidupan dunia (ma ba’da al-hayati al-dunya).

Di samping ketiga pertanyaan utama tersebut, hal penting lain yang juga menjadi pertanyaan adalah adakah hubungan (‘alaaqah/shilah) antara apa yang ada sebelum kehidupan dunia (qabla al-hayati al-dunya) dengan kehidupan dunia kini (al-hayatu al-dunya), serta hubungan antara kehidupan dunia kini (al-hayatu al-dunya) dengan apa yang ada sesudah kehidupan dunia (ma ba’da al-hayati al-dunya)?

Semua pertanyaan-pertanyaan dalam simpul besar (uqdatu al-Kubro) itu memang merupakan pertanyaan-pertanyaan fundamental yang memerlukan jawaban tuntas sebagimana halnya simpul-simpul besar pada tali yang harus diuraikan terlebih dahulu agar tali itu dapat digunakan. Bila simpul besar ini berhasil diuraikan, niscaya simpul-simpul cabang berikutnya berupa pertanyaan-pertanyaan praktis yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diuraikan. Misalnya, mengapa dan bagaimana kita harus bekerja mencari nafkah? Bagaiman kita harus membina sebuah keluarga bahagia, bagaimana kita harus berpolitik dalam kehidupan bernegara, termasuk bagaimana cara kita menjalani kehidupan ini dan sebagainya.

Jawaban dari Islam terhadap al-‘Uqdatu al-Kubra bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan wahyu yang diturunkanAllah melalui Rasulullah Muhammad Saw.

Terhadap pertanyaan “Dari manakah manusia, hidup, dan alam semesta berasal?”, Islam memberikan jawaban bahwa ketiga hal tersebut diciptakan oleh Allah SWT, tidak maujud dengan sendirinya. Dengan kata lain, apa yang ada sebelum kehidupan dunia (ma qabla al-hayati al-dunya), adalah Allah SWT. Jawaban ini diterangkan dalam ayat Al-Qur’an, diantaranya:

Kepribadian IstimewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang