ALBERTA - 1

402 116 38
                                    

Kedua kaki yang terlapisi kedua sepatu converse berwarna hitam itu berhasil menapaki tanah setelah bersusah payah memanjat pagar. Badan si pemilik kaki itu langsung tegap begitu dirasa ia berhasil dalam meloncat dan sama sekali tidak memiliki cedera.

Matanya melihat ke sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada sama sekali orang yang melihat aksinya. "Aman." Katanya lega.

Kemudian dia mulai melangkah sambil membungkuk agar tidak ketahuan jika ada orang yang berkeliaran nantinya. Lalu dia mengambil arah dari toilet perempuan karena setahunya jalan itulah yang paling sepi.

Untuk beberapa saat ia bersembunyi dibalik tembok dan sesekali mengintip. Saat dirasa benar-benar sepi, ia kembali melangkahkan kakinya. Namun aksinya terhenti begitu suara seseorang terdengar.

"Kamu ngapain?"

Nico. Si 'ia' yang tadi memanjat pagar. Cowok itu langsung memejamkan matanya saat merasa bahwa dirinya tertangkap basah.

Nico berbalik badan dan menemukan sosok perempuan dengan tampang polosnya menatapnya dengan bingung. Nico sempat terdiam ditempatnya untuk beberapa detik, kemudian berhasil meloloskan suaranya.

"Lo... Nanya ke gue?"

Cewek itu mengangguk dengan wajah polosnya. "Bel dari tadi udah bunyi, kamu gak masuk kelas?"

Nico menggaruk kepalanya, bingung. Apa cewek ini tidak sadar bahwa Nico terlambat datang? Atau cewek ini tidak tahu Nico siapa? Atau mungkin dia anak baru? Dan masih banyak lagi atau dan atau dikepala Nico.

"Eh gini, jadi gue itu terlambat datang ke sekolah. Terus gue manjat pagar dibelakang, niatnya sih tadi ngendap-ngendap mau ke kantin tapi malah ketemu sama lo." Ucap Nico sangat-sangat jujur.

Cewek itu nampak berpikir, kemudian kembali bersuara. "Jadi sekarang kamu mau ke kantin?"

Nico mengangguk sekali. "Tapi gue udah ketahuan sama lo. Lo mau laporin ke BP, ya?"

"Enggak," cewek itu menggeleng tiga kali. "Aku mau langsung ke kelas, pelajaran kimia kali ini ada kuis, aku gak mau ketinggalan cuma karena mau laporin kamu."

Tanpa menunggu balasan dari Nico, cewek itu segera melangkang pergi meninggalkan Nico sendirian yang masih melongo. Cewek itu aneh, dia tidak akan melaporkan Nico setelah mendapati Nico yang terlambat datang, bahkan yang lebih anehnya, dia tidak menjerit histeris seperti cewek-cewek lainnya saat berpapasan dengan Nico.

Tapi tidak mau berlama-lama dan tidak mau ambil pusing, Nico segera kembali berjalan menuju kantin. Bodo amat lah sekarang kalau dia ketahuan sama guru, toh sebentar lagi juga sudah mau jam istirahat.

🐞🐞

"Al, kantin yuk?"
Cewek yang dipanggil dengan sebutan Al itu langsung mendongak, mengalihkan perhatiannya dari novel untuk menatap kedua sahabatnya bergantian.

"Enggak deh," Alberta menggeleng. "Aku mau ngabisin baca novel ini dulu."

Siska berdecak. "Al, udah mau tiga tahun sekolah disini dan lo jarang banget ke kantin, gimana caranya lo mau dikenal sama warga sekolah kalau lo sendiri aja ngurung diri mulu dikelas?"

Alberta hanya mengangkat bahunya tak acuh dan kembali memfokuskan diri pada novel ditangannya.

"Udahlah," Rina menyenggol lengan Siska." Kita ke kantin aja, mau lo ngomong sepanjang rel kereta api kalau dianya emang gak mau ya percuma."

ALBERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang