Alberta sudah duduk di teras rumahnya dengan sekotak tupperware berwarna pink dipangkuannya. Cewek itu terus tersenyum manis menatap bekal sarapan yang ia bikin untuk Nico. Sesekali matanya melihat ke arah gerbang, siapa tahu mobil Nico sudah ada disana.
"Tumben banget kamu, bangun pagi tanpa dibangunin. Bikin sandwich, dibawa ke sekolah lagi."
Alberta menengok pada Nina yang berdiri disampingnya. Cewek itu semakin tersenyum lebar.
"Iya deh, Bunda paham. Anak lagi mabuk cinta emang gitu,"
"Apaan sih, Bunda."
Nina tersenyum. Mengelus puncak kepala Alberta dengan sayang. "Bunda suka loh sama Nico, anaknya baik. Ayah aja penasaran karena Bunda sering cerita,"
Alberta terkekeh. Asal Bundanya tahu saja, Nico yang sebenarnya itu seperti apa.
"Pasti Ayah mau ajak main futsal, kan?"
"Iya lah, kamu tau sendiri Ayah kamu itu gimana."
Alberta tertawa. "Tapi Bunda tetep cinta."
"Iya, dong." Nina tersenyum lalu tertawa pelan.
"Sayangnya, Nico lebih jago main basket. Tau deh kalo futsal,"
"Gapapa, Ayah cuma mau ngobrol sama Nico. Bilangin ya ke Nico, selagi Ayah masih di rumah, main kesini keburu Ayah pergi bertugas lagi." kata Nina bersamaan dengan klakson mobil milik Nico berbunyi.
Alberta langsung berdiri. Senyumnya semakin lebar saat Nico sudah berada dihadapannya dan Nina.
"Pagi Bunda, Pagi Al." Nico tersenyum dan menunduk sopan.
"Pagi," balas Nina. "Berangkat gih, nanti kalian pada telat."
Nico mengangguk kemudian melihat kearah Alberta dan memberinya kode untuk segera berangkat. Seakan mengerti, Alberta langsung mencium tangan Nina diikuti oleh Nico. Lalu, keduanya pamit dan segera berangkat ke sekolah.
🐞🐞
Alberta bersenandung mengikuti lagu yang mengalun dalam mobil Nico. Senyuman dibibirnya tidak pernah luntur sedari tadi, pandangannya tertuju pada jalanan di depan, sesekali ke samping.
"Seneng banget kayaknya," tegur Nico.
Alberta menengok. Cewek itu hanya cengengesan yang malah membuat Nico terkekeh.
"Bawa apaan, tuh?" Nico menunjuk kotak tupperware dipangkuan Alberta dengan dagunya.
"Oh, ini. Untung kamu nanya. Aku hampir lupa," Alberta membuka tupperwarenya dan memperlihatkan beberapa sandwich itu pada Nico.
"Uuu..."
Alberta terkekeh. "Ini bekal sarapan buat kamu, kamu udah sarapan?"
Nico menggeleng. "Belum nih, gak sempet tadi."
"Yaudah, ini aja ya?"
Nico mengangguk semangat. Kemudian mulai membuka mulutnya menyuruh Alberta untuk menyuapkan sandwich tersebut.
"Aku loh yang buat,"
Nico manggut-manggut sembari mengunyah sandwich buatan Alberta yang memang bisa dibilang enak.
"Pengen jadi chef, ya?" tanya Nico begitu makanannya sudah ia telan dan kembali membuka mulutnya untuk menerima suapan Alberta.
"Enggak sih, pengennya jadi dokter."
"Aamiin." tambah Nico disela-sela ia mengunyah.
Begitu semua sandwich sudah habis disantap oleh Nico dan sesekali juga Alberta ikut makan, Nico memanggil Alberta bertepatan dengan berhentinya mobil Nico karena sudah sampai di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBERTA
Teen FictionTidak ada satupun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alberta. Alberta, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh seluruh murid di sekolahnya, pe...