Nico memberhentikan motornya di depan gerbang rumah Alberta. Cowok itu membuka helm dan menyisir rambutnya menggunakan jari lalu turun dari motor berwarna merah itu.
Dahi Nico berkerut saat tidak menemukan sosok Alberta yang duduk diteras menunggu dirinya seperti biasanya.
"Den Nico?"
Nico berbalik, melihat pada Pak Joni yang pagi itu sudah rapi dengan seragam security miliknya.
"Alberta gak sekolah, Pak?" tanya Nico.
"Loh, Non Alberta udah berangkat dari tadi."
Nico mengernyit. Kenapa Alberta tidak memberitahunya?
"Nico?"
Nico kembali sadar saat suara Nina terdengar. "Bunda,"
"Kata Alberta kamu gak sekolah, makanya dia langsung ikut sama Ayahnya kebetulan Ayah ada panggilan dari rekannya."
Nico mengernyit. "Nico gak bilang gitu, Bun."
"Loh? Si Alberta boongin Bunda, dong?"
Pikiran Nico kembali kacau. Ada apa dengan Alberta, kenapa cewek itu jadi seperti ini. Apa karena Nico tidak membalas pesannya? Yah, mungkin itu bisa jadi. Nico akan menjelaskan pada cewek itu nanti.
"Nico berangkat deh, Bun. Nanti ketemu Alberta di sekolah aja," Pamit Nico seraya mengambil tangan Nina untuk dicium.
Nina mengangguk. "Hati-hati, yah,"
Nico tersenyum dan mengangguk. Kemudian, mulai menaiki motornya seraya memasang helm. Setelah itu, dia mulai menancap gas menuju ke sekolah.
🐞🐞
"Alberta, mana?" tanya Nico begitu ia bertemu dengan Siska yang kala itu ingin keluar dari kelas untuk membuang bungkus wafernya.
"A..Alberta.. Gak tau, gue baru dateng."
Nico menghela nafasnya kasar. "Jangan bohong, ini masih pagi."
Siska menelan ludah. "Su.. sumpah, gue gak tau. Gue juga baru datang,"
"Kalo lo bohong, UAS lo semua gak tuntas. Termasuk UN!"
Siska melotot. "Apaan?! Doanya gak enak banget!"
Nico berdecak. "Makanya, kasih tau gue!"
"Gue gak tau, maksa banget, sih! Untung lo ganteng, kalo kagak udah gue tendang!" setelah itu, Siska masuk lagi ke dalam kelas tanpa mau peduli pada Nico yang masih berdiri dekat pintu.
Nico mengacak rambutnya dan menghembuskan nafas dengan kasar. "Lo kemana sih, Al?" gumamnya pelan.
🐞🐞
Saat bel istirahat berbunyi, Nico dengan cepat keluar dari kelasnya meskipun masih ada guru disana. Cowok itu dengan tergesa-gesa berlari menuju kelas Alberta.
"Eit, stop!"
Tubuh Nico tertahan saat ia akan masuk kedalam kelas IPA 1. Sang sekretaris IPA 1, panggil saja Maya, menjulurkan tangannya untuk menyuruh Nico berhenti melangkah.
"Kelas lain dilarang masuk. Melanggar, denda 100 rebu."
"Hah?" Nico berdecih. "Pada mau naik haji lo semua? Denda 100 ribu, gila kali."
Maya hanya mengangkat bahunya. "Ada apa kesini?"
"Gue mau ketemu Alberta. Dia ada, kan?" jawab Nico sesekali ia mengintip kedalam kelas IPA 1.
Maya mengangguk. "Tapi gak bisa diganggu. Jadi lain kali aja,"
Nico menaikkan sebelah alisnya. "Kok, gitu? Gue cuma pengen ketemu bentar, mau ngomong sama Alberta."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBERTA
Teen FictionTidak ada satupun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alberta. Alberta, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh seluruh murid di sekolahnya, pe...