ALBERTA - 26

19 5 4
                                    

Alberta berjalan dengan pelan menuju kelasnya. Mengingat jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh dan bel belum berbunyi, maka cewek itu sengaja melambatkan langkahnya dan memikirkan banyak hal.

Alberta menghela nafasnya mengingat kejadian semalam. Malam itu, malam dimana Alberta mengakhiri semuanya dengan Nico. Alberta tidak tega melihat Nico yang saat itu memohon-mohon pada Alberta, terlebih lagi tatapan sendu yang Alberta lihat. Tapi, mau tidak mau Alberta harus melakukannya. Semua ini juga untuk Alberta. Alberta tidak mau jatuh terlalu dalam dan pada akhirnya Nico tidak bersamanya.

"Woy!"

Alberta terperanjat kaget begitu mendengar suara Siska yang sangat dekat di telinganya.

"Masih pagi nih, udah ngelamun aja."

Alberta berdecak kesal. "Tapi gak perlu ngagetin juga, kan? Kamu tau sendiri suara kamu itu gak normal,"

"Heh? Apanya gak normal?" Siska membiarkan Alberta masuk terlebih dahulu, setelah itu ia menyusul.

"Ah, udah lah." Alberta menghempaskan dirinya di bangku. Kemudian, melipat kedua tangannya diatas meja dan menenggelamkan kepalanya disana.

"Kenapa lo?" tanya Siska yang merasa aneh dengan tingkah Alberta pagi ini.

"Gapapa."

Siska mengernyit heran sebelum akhirnya ia mengangkat bahu dan fokus pada PR Biologi yang lupa ia kerja tadi malam. Bukan lupa, tapi tidak mau karena malas dan juga tidak mengerti.

🐞🐞

Seluruh penghuni kantin merasa aneh dengan keberadaan Nico dan keempat kawannya yang tiba-tiba saja sudah duduk dengan santai di kantin Bude.

Mereka semua yang ada disana sudah berbisik-bisik, merasa aneh dengan keberadaan Nico yang hari ini malah ke kantin biasa, bukannya kantin Gangster yang memang adalah tempat tongkrongan Nico.

Sedangkan kelima cowok itu hanya asik sendiri dengan beberapa makanan ringan diatas meja mereka dan juga minuman soda kemasan kaleng tak lupa juga milo dingin favorit Angga. Mereka sama sekali tidak mau ambil pusing dengan orang-orang yang ada disana.

"Bude, milo dingin lagi satu!" teriak Ferdi dari mejanya. Membuat si Bude yang mendengar langsung mengacungkan jempol.

"Lo kenal sama si Bude itu?" tanya Angga seraya menyedot milo dinginnya.

Ferdi menggeleng lalu menyengir. "Orang pada panggil dia Bude, ya gue juga ikutan manggil. Eh tapi, tumben banget kita di kantin sini, pada bosan sama Mbah?"

Angga mengangkat bahunya dan menunjuk Nico yang sedang memandang ke arah meja yang tak jauh dari meja mereka dengan dagunya. "Tuh, lo tanya sama big boss."

"Nico yang ganteng banget nan keren juga seksi, ada apa gerangan kita nangkring di kantin ini?" seru Ferdi.

Rion melihat Ferdi sekilas karena suara Ferdi yang lumayan menganggu aksinya yang tengah sibuk berkutat dengan ponsel, setelah itu kembali pada aktivitasnya tanpa mau berbicara.

Bima pun melakukan hal yang sama seperti Rion. Lalu Nico, menatap Ferdi sebentar dan kembali memandang yang lebih indah tanpa mau membalas ucapan Ferdi.

"Yah yah, gue dikacangin," Ferdi berucap dengan sedih. Dia memasang wajah seolah sedang menangis dan memeluk Rion dari samping.

"Lo homo, bangsat!" Rion mendorong Ferdi dengan kuat serta wajahnya yang terlihat jijik.

🐞🐞

"Al, liat deh, dari tadi Nico ngeliat kesini mulu." ucap Siska dengan berbisik.

ALBERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang