Keempat orang yang sudah Rion nantikan sedari tadi akhirnya keluar dari ruang BP bersama dengan Vandra yang kala itu berperan sebagai penolong mereka.
Nico, Bima, Ferdi dan Angga hanya cengengesan saat Rion menatap horor pada mereka berempat.
"Apa sekarang?" tanya Rion berusaha sabar saat keempat sahabatnya itu hanya saling bertos ria. Pasti hukuman mereka adalah sesuatu yang menyenangkan.
"Diskors." jawab mereka berempat bersamaan.
Rion menghela nafasnya. "Kenapa bisa, hah? Lo pada sembunyi dimana, tolol?!"
"Gak sembunyi," jawab Ferdi. "Nyantai aja dibelakang."
"Selonjoran" tambah Nico.
Bima dan Angga hanya mengangguk membenarkan.
Rion menjitak kepala mereka satu-persatu dengan perasaan jengkel. "Mati aja lo berempat!"
"Tega banget!" Ferdi mengusap kepalanya yang terasa perih akibat jitakan Rion yang memang sangat kuat.
"Temen apaan nih, nyiksa temen sendiri." Ucap Bima dengan suara yang dibuat sedramatis mungkin.
Rion berdecak. "Lo berempat yang temen apaan! Berempat diskors, gue sendirian! Anjing, ah bodo!"
Nico menyengir. "Gapapa lah, sekali-sekali hidup tanpa kita, iya nggak?"
"Yoiiii!" timpal Angga dan Bima.
"Untung aja lo pada gak ketahuan di kantin punya Mbah Geng," sahut Vandra setelah sekian lamanya hanya menjadi pendengar.
Ferdi mengangguk dua kali. "Iya tuh, tadi kita hampir kesana ya, Bim? Bawa rokok." Bima langsung mengangguk membalas ucapan Ferdi.
"Bodo amat!" Rion mulai melangkah terlebih dahulu dari mereka. "Gue ke kantin, males gue masuk kelas."
Setelahnya mereka berlima yang tersisa disana mulai menyusul Pandu, tak lupa dengan keempat cowok yang baru saja keluar dari ruang BP itu masih berbahagia menantikan hari esok dimana mereka tidak masuk sekolah sampai 2 hari kedepan.
🐞🐞
Siskaa menunggu Alberta merapikan buku-bukunya diatas meja. Cewek itu melihat kearah jam tangannya sebelum berucap, "Gue duluan, ya? Soalnya mesti bawain Rina makanan, dia udah chat gue tadi."
Alberta mengangguk saja, sebab pekerjaannya ini masih lama. Ia masih harus ke perpustakaan lagi mengembalikan buku paket Fisika yang ia pinjam beberapa hari yang lalu sebelum kemah. "Yaudah, duluan aja."
"Nanti gue tunggu di kantin deh, gue gak lama aja anterin punya Rina."
Setelah mendapat anggukan lagi dari Alberta, Siska mulai berlari kecil keluar dari kelasnya.
"Anterin buku terus ke kantin," gumam Alberta setelah mengambil buku paket itu dari dalam tas. Kemudian dia mulai keluar dari kelasnya menuju perpustakaan.
Padahal sebenarnya istirahat masih 5 menit lagi, tapi koridor bahkan lapangan dan halaman sekolah lainnya sudah begitu ramai. Seakan tidak perlu menunggu bel berbunyi untuk keluar dari kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBERTA
Teen FictionTidak ada satupun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alberta. Alberta, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh seluruh murid di sekolahnya, pe...