ALBERTA - 21

36 16 4
                                    

Sejak pukul empat sore, Alberta sudah menunggu Nico di teras rumahnya. Cewek itu mengenakan kemeja berwarna putihmemakai celana jeans berwarna hitam, memakai sling bag, dan membawa jaket. Hanya untuk jaga-jaga, jika saja nanti Grani ingin jalan-jalan ditempat terbuka dan sekitaran jam lima, matahari itu masih ada dan panas tentunya.

Tin tin

Alberta mendongak dan langsung berdiri saat mobil Nico sudah berada di depan gerbang. Cewek itu tersenyum dan mulai berjalan menuju mobil Nico.

"Aku gak salah kostum, kan?" tanya Alberta begitu ia sudah duduk dan memperlihatkan pakaiannya pada Nico.

Nico terkekeh. "Enggak, gue aja cuma pake kaos. Yang lo pilihin waktu itu,"

Alberta tersenyum kemudian mulai memasang seat belt saat Nico mulai menjalankan mobilnya.

"Tadi pulang sama siapa?"

"Rina," Alberta melihat Nico. "Dia bilang bakal ngasih kamu pelajaran."

Nico terkekeh. "Iya? Gimana?"

"Dia bilang bakal mukulin kamu karena gak nepatin janji, aku bilangnya sih gak usah itu berlebihan. Toh, di dunia ini gak semua janji bisa dipegang. Iya, kan?"

Lagi-lagi Nico terdiam mendengar kalimat Alberta. Dilihatnya Alberta yang hanya nampak begitu santai melihat jalanan melalui jendela disampingnya. Nico menghela nafasnya pelan. Semua ini membuat dirinya semakin takut. Takut membuat Alberta sakit.

🐞🐞

Nico hanya menghela nafasnya kasar saat melihat kedua cewek itu begitu gembira menaiki segala macam wahana permainan. Tenaga mereka itu terbuat dari apa sih sampai tidak bisa berhenti berjalan kesana kemari.

Nico lagi-lagi hanya mengikuti saat kedua cewek itu keluar dari bianglala. Mereka berdua mampir di stand yang berjualan bando dan topi. Padahal mereka bukan membeli, hanya melihat saja, tapi lamanya nauzubillah.

"Kalian gak cape, apa?" kesal Nico saat kedua cewek itu baru saja selesai melihat dream catcher, Alberta dan Grani membeli satu untuk mereka sendiri.

Grani menggeleng. "Kenapa? Gue kan udah bilang lo gak usah ikut, gue cuma ajak Alberta, kok."

"Dia kan cewek gue haruslah gue ikut, ntar lo menjeremuskan dia ke dalam hal yang gak baik karena pergaulan London yang bebas."

Grani melotot tidak terima. "Pergaulan London emang bebas, tapi gue gak pernah ikut-ikutan disitu!"

"Oh, ya? Lo pikir gue percaya?"

"Gue gak minta lo percaya, jadi b aja."

Alberta langsung berdiri ditengah-tengah mereka. "Gak usah berantem, dong. Nico, aku mau kembang gula,"

"Tuh, beliin sana!" seru Grani.

Nico mencibir pada Grani kemudian mulai pergi menuju ke stand penjual kembang gula. Tak lama kemudian, Nico kembali dengan satu kembang gula ditangannya dan langsung ia berikan pada Alberta.

"Kok cuma satu?" protes Grani.

"Iyalah, cewek gue kan cuma satu jadi gue belinya satu."

Alberta terkekeh melihat Grani yang tiba-tiba menjitak Nico.

"Adik durhaka lo, sialan!"

"Eh, apa kata lo? Lo yang durhaka, bisa-bisanya adek sendiri dikatain sialan!" balas Nico meski sudah tidak terdengar oleh Grani yang telah berjalan jauh, cewek itu ingin pergi ke stand penjual hotdog katanya.

ALBERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang