Alberta menghentikan langkahnya begitu dirinya dan Nico sudah berada didepan pintu besar berwarna putih milik rumah Nico. Cewek itu menahan tangan Nico yang saat itu hendak berjalan terus.
Nico berhenti dan berbalik. "Kenapa?"
Alberta menatap Nico. "Aku takut.."
"Kenapa takut? Bokap nyokap gue gak makan manusia."
"Ih, bukan itu." Alberta memukul bahu Nico pelan, lalu dia kembali mencengkram lengan jaket Nico. "Aku malu, nanti ditanya ini itu aku gak tau mau jawab apa."
Nico terkekeh, dia mengacak rambut Alberta kemudian melepaskan tangan Alberta yang mencengkram lengan jaketnya dan mengalihkannya ke genggaman tangan Nico. "Gapapa. Jawab aja sebisa lo, oke?"
Alberta menatap tangannya yang digenggam Nico. Lagi-lagi, rasa itu datang menggerogoti hatinya. Matanya beralih menatap Nico, apa pilihannya ini sudah benar atau salah?
"Al?"
Alberta tersadar. "Eh-- iya, apa tadi? Jawab sebisa aku, kan? Oke, deh."
Nico terkekeh lagi. "Yaudah. Masuk, yuk? Jam segini Mama udah selesai masak."
Alberta hanya mengangguk dan membiarkan Nico menariknya masuk ke dalam rumah yang bisa dibilang mewah itu.
🐞🐞
Grani tersenyum sangat lebar dan terlihat begitu gembira saat melihat Alberta yang dibawa oleh Nico. Hari ini, Grani sengaja berdiam di rumah karena sudah meminta Nico untuk membawa Alberta ke rumah mereka.
"Mah, pacarnya Nico udah datang!" pekik Grani kegirangan.
"Sini Al, kita samperin Mama di dapur." Grani langsung menarik Alberta sampai terlepas dari Nico.
Nico yang melihat itu hanya berdecak kesal. Grani menganggu sekali. Setelah itu, dia mulai menyusul kedua cewek tersebut.
"Ya Tuhan, kamu cantik sekali. Siapa namanya, sayang?" Gita memegang wajah Alberta dan mengelus rambut panjang cewek itu.
Alberta tersenyum gugup. "Nama aku Alberta, Tante."
"Gak usah panggil Tante, panggil aja Mama." Gita tersenyum lebar melihat Alberta yang mengangguk agak ragu. Wanita itu membawa Alberta ke meja makan.
"Kita makan siang, yah? Mama udah masak banyak karena tau Nico mau bawa kamu kesini."
Alberta duduk di kursi sembari tersenyum dan mengangguk. Matanya melihat Nico yang juga ikut duduk disebelahnya.
"Grani, kamu panggil Papa dikamar. Bilangin ada pacar Nico ikut makan siang bareng kita," Kata Gita sambil menaruh piring dihadapan Alberta dan Nico.
Grani mengangguk patuh dan langsung pergi memanggil sang Papa.
Tak lama kemudian, Grani sudah kembali bersama dengan Jonathan-- Papa Grani dan Nico. Cewek itu duduk di sebelah sang Mama dan membiarkan Papanya duduk dikursinya sendiri, diujung meja makan.
Alberta yang melihat Jonathan sudah duduk hanya bisa menelan ludah. Alberta benar-benar merasa takut sekarang.
"Gapapa, kok." bisik Nico.
Alberta menengok ke arah Nico dan langsung melihat Nico yang tersenyum manis padanya. Hah, bagaimana bisa Alberta mengakhiri semuanya jika keadaan seperti ini masih membuat jantungnya serasa akan meledak karena dipompa terlalu cepat.
"Alberta, ini Papanya Nico." ucap Gita memperkenalkan suaminya kepada Alberta.
Sontak Alberta langsung mengangguk sopan pada Jonathan. "Saya Alberta, Om."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBERTA
Teen FictionTidak ada satupun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alberta. Alberta, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh seluruh murid di sekolahnya, pe...