Nico, Bima, Ferdi dan Angga keluar bersama dari ruang BP. Tadi setelah kejadian di kantin, tiba-tiba saja ada guru yang masuk-masuk diantara mereka, menarik Nico dan ketiga kawannya itu menghadap pada Pak Wiro. Jelas saja mereka ditangkap, mereka sedang dalam masa diskors tapi malah muncul di sekolah.
Diluar ruangan masih ada Alberta dan Rion yang menunggu mereka. Adel sudah pergi entah kemana.
"Alberta," panggil Nico.
Alberta hanya menatap kearah Nico dengan tatapan bertanya.
Nico tersenyum. "Yang tadi itu.. Maaf, yah?"
Dahi Alberta berkerut. "Maaf?"
"Iya, maaf. Gue ngelakuin itu biar orang-orang pada tau kalo gue sama lo itu udah jadian, jadi gak ada lagi yang gangguin lo terutama Vivi."
Selesainya ucapan Nico, tiba-tiba saja sebuah tamparan melayang pada pipi kiri Nico. Membuat mereka semua yang ada disana kaget luar biasa.
Rina langsung menarik kerah seragam Nico. "Berengsek!"
Alberta yang panik langsung menarik Rina dibantu oleh Adel yang kala itu memang datang bersama Rina.
"Bajingan lo, sialan!" Rina mendorong tubuh Nico hingga cowok itu hampir saja terjatuh jika tidak ada Bima dan Angga yang menahannya.
"Apa-apaan sih, lo?!" kata Bima.
"Temen lo yang apa-apaan! Dia pikir, dengan dia ngelakuin kayak gitu ke Alberta, semuanya langsung beres?" Rina mengepalkan tangannya. "Enggak sama sekali!"
"Rina, udah!" Alberta berusaha menarik Rina agar menjauh dari Nico.
"Na, kita bisa bicarain ini baik-baik." Rion membantu Alberta untuk menarik Rina. Mengelus punggung cewek itu agar segera tenang.
"Maaf sebelumnya, gue tau ini gak langsung clear, tapi gue bakal janji sama lo, semua ini bakal terus berlanjut sampai Vivi atau siapapun gak bakal gangguin Alberta lagi. Dan lo bisa percayain keamanan Alberta sama gue," ucap Nico dengan serius.
Rina menghela nafasnya kasar. "Gue gak butuh janji dari cowok berengsek kayak lo! Gue mau lo buktiin kalo Alberta gak bakal kenapa-napa,"
Nico sempat terdiam untuk beberapa saat sampai kemudian cowok itu mengangguk mantap. "Oke, bakal gue buktiin."
🐞🐞
Rina mengantar Alberta sampai ke parkiran untuk menemui Nico yang akan mengantar Alberta pulang, mulai hari ini hingga masalah mereka selesai.
Begitu mereka sampai didekat motor Nico, Rina berdehem membuat Nico melihat kearahnya.
"Jangan sampai lecet, sedikitpun!"
Nico tertawa pelan. "Lo benci banget kayaknya sama gue, yah?"
"Gak perlu dipertanyakan." balas Rina judes. Kemudian dia menepuk bahu Alberta pelan. "Gue balik, yah? Lo hati-hati, kalo ada apa-apa telpon gue. Oke?"
Alberta hanya mengangguk saja seraya tersenyum. Setelah itu Rina mulai pergi meninggalkan mereka berdua.
"Mau langsung pulang?" tanya Nico.
Alberta mengangguk. "Kemana lagi emang?"
"Gak mau makan dulu?"
"Enggak," Alberta menggeleng. "Bunda aku udah masak di rumah."
Nico manggut-manggut kemudian hendak memakai helmnya sebelum akhirnya aksinya terhenti saat ponsel Nico berdering.
"Bentar, yah." Nico berjalan menjauh dari Alberta saat akan mengangkat panggilan itu.
Cukup lama Alberta menunggu, kira-kira sampai 15 menit. Entah apa yang dibicarakan Nico dengan si penelepon.
"Sorry lama," Nico kembali dengan tersenyum tipis yang hanya Alberta balas dengan anggukan.
Setelah itu Nico benar-benar memakai helmnya dan menyuruh Alberta untuk segera naik. Sebelumnya Nico menyuruh Alberta untuk tidak usah perduli pada orang-orang yang melihat dan berbisik tentang mereka. Dan Alberta hanya mengangguk saja sambil menguatkan pegangannya pada jaket Nico.
Tidak sampai 20 menit, motor Nico sudah berhenti tepat di depan rumah Alberta. Cewek diboncengan Nico itu mulai turun.
"Makasih yah, Nico,"
Nico mengangguk. "Sama-sama."
"Eh iya, besok gue jemput, yah?" tawar Nico saat Alberta hendak membuka pagar.
"Gak usah deh kayaknya," tolak Alberta.
Nico terkekeh. "Masa gitu? Gimana mereka mau percaya?"
"Emang harus gitu?" heran Alberta.
Nico hanya mengangguk tiga kali. Membuat Alberta menghela nafas pelan dan mengangguk pelan. "Yaudah, jangan telat tapi, yah?"
"Iya tenang aja, besok hari terakhir gue diskors jadi pasti gue bakal semangat."
Alberta mengangguk lagi. "Yaudah, aku masuk, yah?"
Nico hanya membalasnya dengan anggukan sekali lalu tersenyum lebar.
Setelah Alberta sudah masuk, Nico mengeluarkan ponselnya dari saku celananya kemudian mengetikkan sesuatu disana. Saat pesan itu sudah terkirim, Nico mulai menyalakan motornya dan membawa kendaraan itu dengan kecepatan yang bisa dibilang lumayan.
🐞🐞
"Gimana tadi?" tanya Rina seraya membaringkan badannya diatas kasur Alberta.
"Gak gimana-gimana." jawab Alberta tanpa melepaskan pandangannya dari ponsel.
Rina hanya manggut-manggut saja mendengar jawaban Alberta. Kemudian, cewek itu mulai membuka ponselnya.
"Oh ya, gak ada komentar jahat lagi, kan?"
Alberta menggeleng meskipun ia tahu Rina tidak melihatnya karena cewek itu juga sudah fokus pada benda pipih ditangannya. "Gak ada, kok."
"Bagus deh,"
"Na," panggil Alberta setelah melepaskan ponselnya diatas meja belajar.
"Hm?"
"Kalo aku boleh tau," Alberta menjeda ucapannya.
"Tau apa?" tanya Rina penasaran. Pandangannya beralih pada Alberta.
"Kamu benci banget yah sama Nico? Dia ada salah apa sama kamu?"
Rina diam untuk beberapa detik.
"Na?"
"Eh-- itu," Rina menggaruk hidungnya yang tiba-tiba terasa gatal. "Ada lah, lo gak perlu tau."
"Hm?" Alberta mengernyit. "Kok gitu?"
Rina menghela nafasnya sepelan mungkin. "Intinya, gue mohon sama lo jangan pernah bawa perasaan kalo sewaktu-waktu ada perlakuan atau kata-kata manis dari Nico. Yah?"
"Ke.. Napa?" tanya Alberta masih tidak mengerti dengan ucapan Rina.
"Gue mohon Al, ini demi lo juga,"
Alberta masih diam. Tatapan Rina yang terlihat memohon dan khawatir membuat tanda tanya begitu banyak dikepala Alberta. Dia sama sekali tidak mengerti, semua ucapan Rina itu seperti teka-teki yang sulit dipecahkan. Apa dia tanya Siska saja? Tapi mungkin tidak, Siska pasti tidak pernah menilai jelek pada Nico.
Setelah lama berdiam, Alberta akhirnya hanya mengangguk saja. Untuk saat ini ia hanya perlu seperti itu agar Rina bisa tenang. Tapi untuk nanti, Alberta harus tahu, arti dari semua ucapan Rina. Yah, Alberta harus tahu.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBERTA
Teen FictionTidak ada satupun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alberta. Alberta, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh seluruh murid di sekolahnya, pe...