Setelah menempuh waktu cukup lama, akhirnya bus telah sampai ditempat tujuan. Seluruh murid-murid kelas 12 langsung berhamburan keluar dari bus untuk melihat-lihat lokasi kemah mereka.
"Eh, kebo! Bangun!" Bima menepuk-nepuk kepala Ferdi yang bersandar pada jendela. Cowok itu berdecak kesal saat Ferdi tidak kunjung membuka mata.
"FERDI ADA CEWEK MONTOK!" teriak Bima tepat di telinga Ferdi membuat si kebo itu langsung membuka matanya.
"Mana? Dimana? Biar gue tangkap sebelum disambar orang," kata Ferdi. Mungkin ia masih setengah sadar.
Bima berdecak. "Soal montok aja ngegas!" Cowok itu mulai berdiri dan membangunkan dua temannya di kursi belakang.
Berbeda dengan Rina. Caranya membangunkan Siska bisa dibilang sadis. Tanpa perasaan, Rina menarik-narik rambut Siska agar sahabatnya itu segera bangun.
"Sis, bagun! Jangan sampe gue bikin lo botak, cepetan bangun!" Kata Rina dengan sadis.
Sedangkan Alberta, cewek itu langsung membuka mata saat merasa tak ada lagi pergerakan dari kendaraan yang mereka tumpangi. Pandangan didepannya membuat cewek itu agak terdiam beberapa saat. Wajah Nico yang begitu dekat membuat Alberta tidak bisa berkutik.
Tapi dengan segera Alberta kembali ke alam sadarnya. Dia tidak boleh memandang orang yang tak di kenal dengan kurun waktu yang bisa dibilang lama, bukan karena apa, Alberta takut si empu yang ditatap tidak akan merasa nyaman dan nanti akan memberikan sebuah protesan.
Alberta ingin berdiri saat itu namun aksinya terhenti saat ia berpikir kembali, ada baiknya jika dia membangunkan Nico dan menyuruhnya keluar dari bus.
"Bangun," Alberta menepuk pipi Nico pelan setelah ia kembali mendudukkan dirinya. Suara Alberta begitu lembut membuat siapa saja yang mendengarnya akan tersanjung.
Bukannya bagun, Nico malah menyandarkan kepalanya dibahu Alberta. Sontak hal itu membuat Alberta kembali terdiam.
"Lah, ini si Nico!" Tunjuk Ferdi sehabis membangunkan Angga dan Rion
Alberta kembali tersadar saat suara Ferdi melengking didalam bus "Eh... ini temen kamu?"
Ferdi yang merasa dirinya diajukan pertanyaan langsung kearah Alberta. "Lo nanya ke gue?" Tanyanya untuk sekedar memastikan. Jangan sampai ia terlalu kepedean.
Alberta mengangguk pelan. Tangannya tak lepas untuk menahan kepala Nico yang berada dibahunya. Bukan apa-apa, ia tidak mau kepala Nico akan jatuh dan terbentur.
Ferdi menggaruk belakang lehernya. "Iya, itu temen gue. Tapi, lo ngomong pake aku-kamu kok aku jadi baper gitu, ya?"
Alberta mengernyit bingung.
Rion mendorong kepala Ferdi kedepan dan berbisik, "dia emang gitu ngomongnya, bego!"
"Alberta, biar kita aja yang bagunin, lo bisa pergi duluan kok." Kata Rion dengan halus, tak lupa memamerkan senyumannya.
Sekali lagi Alberta melihat kearah wajah Nico. Cowok itu masih asik terlelap. Apalagi saat bersandar dibahu Alberta, ia merasa bahwa nafas cowok itu semakin teratur yang berarti semakin nyenyak dalam tidurnya. Tapi Alberta kembali menepuk pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBERTA
Teen FictionTidak ada satupun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alberta. Alberta, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh seluruh murid di sekolahnya, pe...