Seminggu sudah. Hubungan antara Nico dan Alberta dengan cepat tersebar luas. Semenjak itu, tidak ada satupun orang yang berani menyentuh Alberta, terkecuali Vivi yang tetap keras kepala. Nico pernah memberi peringatan saat hari kedua hubungan pura-pura antara dirinya dan Alberta berjalan. Peringatan itu seperti ini; Siapa yang berani nyentuh Alberta, langkahi dulu mayat gue!
Alberta sempat menahan aksi Nico waktu itu, pasalnya Nico melakukan itu ditengah lapangan dengan menggunakan toa milik Bu Endang. Alberta bilang itu terlalu berlebihan tapi Nico hanya menjawabnya dengan; Aku sayang kamu!
Sama seperti di kantin, waktu awal permainan dimulai.
Sudah seminggu juga Nico terus mengantar Alberta pulang, menjemput cewek itu untuk ke sekolah, sampai-sampai Nina sudah saling mengenal dengan Nico. Dan yang pasti, Nina mengetahui bahwa Nico adalah pacar Alberta. Bukan pura-pura pastinya. Dan sudah seminggu juga, setiap bel istirahat berbunyi, Nico sudah berada di depan kelas Alberta, menunggu cewek itu untuk ke kantin bersama. Seperti saat ini.
"Al, Nico udah di depan, tuh." kata Dinda yang baru saja masuk ke dalam kelas setelah dari toilet.
Alberta mengangguk dan membereskan buku-bukunya dengan cepat.
"Gue masih gak nyangka gitu, hubungan lo sama Nico udah jadi kayak gini," Siska tersenyum senang seraya terus memperhatikan Alberta. "Bangga gue, mah!"
Rina berdecak. "Cuma pura-pura," katanya dengan pelan. Memang untuk saat ini yang tahu semuanya hanya kedua sahabat Alberta dan Adel, sebab cewek itu berada di TKP pada saat kejadian terjadi. Lainnya yah keempat sahabat Nico.
"Yah, gapapa. Siapa tau aja bisa jadi beneran, ya kan, Al?"
Alberta hanya terkekeh. "Aku duluan, yah?"
Siska langsung mengangguk mantap. "Have fun!" pekiknya saat Alberta berjalan keluar kelas.
Rina yang melihat Alberta keluar dari kelas dengan wajah berseri-seri hanya menghela nafas gusar. Sebenarnya ini tidak boleh terjadi. Rina harus menghentikan semua ini, tapi bagaimana caranya. Apa Rina langsung bilang saja pada Alberta? Tapi tidak, Alberta pasti tidak percaya. Atau, biar kan saja sampai Alberta akan tahu sendiri?
🐞🐞
Alberta dan Nico berjalan beriringan menuju kantin Gangster, seperti biasanya. Sesekali cewek itu tertawa karena lelucon yang keluar dari mulut Nico. Kadang, Nico merasa hatinya menghangat saat melihat wajah Alberta yang tertawa, entah karena apa, yang pasti Nico ingin selalu melihat wajah itu.
"Kamu humoris, yah?"
"Enggak juga," Nico terkekeh.
Lalu tiba-tiba, seorang cewek menabrak Alberta dari arah berlawanan hingga membuat minuman yang ia pegang mengenai seragam Alberta, parahnya minuman itu berwarna biru. Ah, itu pepsi, bersoda.
"Maaf Kak, aku gak sengaja," cewek itu ternyata anak kelas 10. Wajahnya terlihat begitu ketakutan saat ia sadar bahwa minumannya mengenai Alberta, pacar Nico.
"Eh lo, punya mata gak?! Jalan kok gak liat-liat!" Bentak Nico saat melihat Alberta yang tengah membersihkan seragamnya menggunakan tangan walaupun dia tahu itu tidak akan berhasil.
Adik kelas itu langsung menunduk takut. "Maaf Kak,"
"Halah! Sengaja kan, lo?! Lo pasti salah satu hatersnya pacar gue, kan?!"
Alberta langsung menahan bahu Nico saat cowok itu hendak mendekati adik kelas mereka yang benar-benar sedang dilanda ketakutan.
"Nic, udah," kata Alberta pelan yang hanya terdengar oleh Nico.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBERTA
Teen FictionTidak ada satupun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alberta. Alberta, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh seluruh murid di sekolahnya, pe...