Setelah bel pulang berbunyi nyaring, seluruh murid berhamburan keluar dari kelas menuju parkiran dan segera kembali ke rumah untuk beristirahat. Mulai hari ini pelajaran tambahan ditiadakan, sebab banyak anak-anak kelas 12 yang tidak setuju. Kata mereka lebih baik mereka les private saja daripada harus di sekolah sampai sore, belum lagi jika yang ada kegiatan nantinya.
Alberta dan Siska masih di dalam kelas, hari ini adalah tugas mereka untuk membersihkan kelas. Tugas cowok hanya buang sampah dan cewek menyapu kelas. Setelah selesai menyapu, Alberta dan Siska kembali duduk dibangku mereka sebentar.
"Lo gak ke kantin yah, tadi?" tanya Siska seraya menutup kembali botol tupperware berwarna ungu miliknya.
"Kantin, kok. Kamu aja yang gak ada," jawab Alberta. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mengirim pesan kepada sang Bunda.
"Lah," Siska mengernyit. "Gue tungguin lo di kantinnya Bude, sampe karatan tau gue nunggunya,"
"Yah, aku mana tau kantin Bude itu yang mana."
Siska menggelengkan kepalanya. "Yaudah, besok deh kita bareng. Jadi, tadi gimana? Balik kelas, gitu?"
Alberta menggeleng. "Sama Nico."
Mata Siska sontak terbelalak. "Anjir! Serius?!"
"Duh," Alberta mengusap telinganya yang terasa pengang akibat Siska yang berteriak keras tepat didekat telinganya. "Kagetnya berlebihan banget, sih! Cuma makan juga, gak ngapa-ngapain,"
Siska gemas sendiri melihat tingkah Alberta. "Apanya yang gak ngapa-ngapain? Makan bareng itu udah termasuk ngapa-ngapain kalo sama Nico. Gimana, sih? Gak sukur banget, lo."
Alberta membalasnya dengan memutar bola matanya. Benar kata Rina, Siska kelewat lebay.
Tak lama dari itu, sosok Rina masuk ke dalam kelas. Dengan santainya cewek itu langsung duduk diatas meja milik Siska.
"Siapa, nih?" Siska menatap Rina seolah mereka tak saling kenal.
Alberta hanya terkekeh melihat itu.
"Alessia Cara." jawab Rina dengan bangga.
Alberta langsung tertawa. Wajah Rina itu seperti minta dibungkus. Terlalu imut. Apalagi dia menyebut dirinya Alessia Cara, Alberta tidak bisa menahan tawanya.
"Najis, kemauan banget!" Siska bergidik ngeri. "Maggie Lindemann dong, gue."
Rina memasang wajah seolah dia akan muntah. "Maggie Lindemann tiruan ke 999+, hahaha.."
"Kembaran aku, tuh," sahut Alberta seraya menyampirkan tasnya dipunggung.
"Ye, ini lagi satu, ngomong kembaran, minta disetrika tuh mulut." Siska ikut menyampirkan tasnya dan mulai berdiri saat Alberta juga berdiri.
Rina mulai turun dari atas meja dan mengambil tasnya. "Udah lah, intinya gue sodaraan sama Alessia Cara." lalu, dia berjalan lebih dulu keluar dari kelas.
"Iye iye, semerdeka lo aja." Siska memutar bola matanya dan mulai menyusul Rina. Begitupun Alberta.
"Tentram banget hidup gue, pelajaran tambahan diilangin," seru Siska saat mereka sudah berjalan di koridor utama untuk keluar dari sekolah.
"Beneran apa, yah? Gue kira hoax." kata Rina sambil mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam tas.
Setelah sampai di parkiran, Siska pulang lebih dulu sebab sudah ada sang Kakak yang menjemputnya. Tersisa Alberta dan Rina disana. Rina berniat menemani Alberta sampai cewek itu dijemput, Rina tidak bisa mengantar Alberta pulang karena ia harus ke Bogor lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBERTA
Teen FictionTidak ada satupun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alberta. Alberta, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh seluruh murid di sekolahnya, pe...