ALBERTA - 9

121 92 0
                                    

Matahari di hari senin kali ini sangat tidak bersahabat dengan murid-murid SMA Taruna, panasnya begitu menusuk dikulit para peserta upacara yang tak henti-hentinya mengeluh.

"Hey, diam kalian. Gak denger orang didepan lagi baca undang-undang?" tegur Bu Endang, yang memang terkenal galaknya. Murid-murid yang mengeluh tadi langsung terdiam saat suara Bu Endang terdengar.

Alberta berusaha menahan pegal dan panasnya matahari yang memang berpapasan dengan wajahnya. Iya, Alberta berbaris paling depan. Sebab tidak ada yang mau diposisi itu dan Bu Endang sudah keburu marah-marah, jadilah Alberta mengalah. Dan disampingnya ada Rion, yang tetap berdiri tegap. Dibelakang Alberta ada Siska, cewek itu terus saja mengeluh kepanasan dan pegal, dia pikir hanya dia saja yang rasakan. Lalu Rana, ada di UKS, katanya perutnya sakit. Padahal Alena tahu, Rana hanya pura-pura.

"Panas, njir!" keluh Siska lagi. Topinya ia lepas dan dia gunakan untuk mengipas wajahnya.

"Hey, kamu! Pake topinya, jangan dibuka-buka, ini masih upacara!"

Siskaa langsung memakai topinya kembali saat suara Bu Endang terdengar menegur tingkahnya. Cewek itu mulai mengomel-ngomel pelan.

"Dasar guru, tau ngomel aja, mentang-mentang bisa enak-enakan neduh! Dia pikir ini gak panas, apa? Mana pegel lagi, bisa bengkak nih betis gue yang udah kayak Kylie Jenner!"

Alberta menghembuskan nafasnya, lalu mengusap keringat yang mulai bercucuran dipelipisnya. "Udah, diem. Ntar kena teguran lagi." kata Alberta dengan pelan tapi mampu didengar oleh Siska.

🐞🐞

Setelah itu, amanat kepala sekolah mulai berlangsung yang malah membuat murid-murid semakin mengeluh.

"Apa gue pura-pura pingsan aja, ya?" Siskaa berbisik pada Alberta yang langsung membuat Alberta menengok sekilas kebelakang.

"Apaan deh," balas Alberta.

"Lo pura-pura pingsan, siapa yang mau angkat?" sahut Rion. Cowok itu jadi ikut ngobrol sama Alberta dan Siska.

"Banyak umat disini, gak mungkin gak ada yang nolongin gue." balas Siska. "Kenapa? Lo pikir gue berharap lo yang nolongin gue? Lo yang ngangkat gue? Iya?"

Rion memasang ekspresi ingin muntah. "Idih, males banget, badan berat kayak gitu lo pikir gue mau susah-susah ngangkat?"

Alberta hanya menghela nafasnya kasar, apa-apaan mereka berdua malah jadi berdebat. Jika kedengeran pasti masalahnya bakal panjang, belum lagi Rion yang berbaris paling depan. Bisa-bisanya dia dengan santai meladeni Siska.

"Apaan?!" geram Siska, berusaha untuk tidak bersuara keras. "Lo tau darimana gue berat?!"

Rion mengangkat bahunya. "Keliatan, gak perlu lagi tau darimana."

"Ish! Nyebelin banget sih, gue gak berat ya, timbangan gue cuma 50!"

"Apanya yang gak berat? 50 buat lo itu berapa? 15?"

Siska ingin melayangkan tangannya untuk memukul Rion, tapi suara kepala sekolah yang terdengar marah membuat Siska menghentikan aksinya dan mulai menghadap kedepan saat dilihatnya juga Rion melakukan hal yang sama.

"Jangan pernah contohi mereka ini!" kata Kepala Sekolah dengan tegas beserta amarahnya yang tersimpan.

Dari sebelah kanan, datang Nico, Angga, Bima dan Ferdi yang diawasi oleh Pak Wiro guru BP sekolah mereka dari belakang.

ALBERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang