Enam

72 19 0
                                    

Demi kuda nil yang jadi langsing karena joging setiap detik. Hari ini, tempat tongkrongan gue di gemparkan oleh tangisan Aysa yang baru saja mengalami penolakan akan pernyataan cintanya kepada Dev. Ngenes emang nasib lu nyet. Gue turut bersuka cita atas apa yang menimpa lu yak.

"hua, hiks hiks hiks, gue di tolak njing ama dia. Monyet emang tuh si Dev," umpat Aysa dengan terisak di antara kedua telapan tangannya. Yah nggak masalah sih kalau dia cuman nangis, lha ini sambil nyetor ingusnya yang super kental kayak cairan pati kagak jadi.

"sssllluuurrrppp!" tuh kan, dia dengan tidak jijiknya menyedot kembali ingus hijau yang sudah keluar bahkan tanpa sengaja atau nggak sengaja masuk kedalam mulutnya. Anjir, ngukuk gue tuh, tapi ywd lah. Masak keadaan segenteng ini gue mau ketawa kan nggak serem.

"sabar ya Sa, emang cowok itu susah dimengerti. Lo harus sabar dan tetap berusaha mendapatkan si doi," ujar Alya seraya membelai lembut punggung Aysa. Di ikuti anggukan seluruh temen-temen gue, kecuali gue. Iya gue nggak ngangguk sama sekali.

"lo tuh gimana sih segel yakult?! Dia kurang usaha gimana coba? Dia bahkan rela make baju warna ungu biar si Dev suka ama dia. Dan lo tahukan kalau Aysa paling benci sama warna ungu," pekik gue yang sengaja gue kencengin biar bisa nusuk dalam hati Aysa. Kok gue kejem banget? Nih ya gue kasih tahu, yang namanya sakit hati itu ya harus di gabungin toh sakitnya bakalan sekali dan untuk banyaknya hal, iyakan. Dari pada lo nyicil udah kayak setoran kredit motor aja.

"lo tuh bego banget nyet! Lo mau aja jadi budak si Dev ba*ingan yang nggak pernah nganggep kehadiran lo di sisinya, lo itu nggak ngotak, lo ngubah penampilan lo serba ungu demi setan macam Dev. Gue jadi ragu lo itu pinter atau gobl*k," gue bangkit dari duduk gue dan menatap intens tubuh yang kian menunduk tanda benar apa yang gue bilang. Ya iyalah bener orang itu fakta juga.

Dengan secepat kilat, gue nundukin badan gue dan berjongkok untuk menatap manik mata Aysa yang memerah karena menangis secara over. "Sa, gue yakin, lo bukan cewek bodoh yang nurut aja sama cowok dan terlalu mengharapkan kehadiran dia yang bahkan ngarep lo nggak usah hidup di dunia ini," gue memaksa mata Aysa untuk tetap menatap gue gimanapun caranya, meski air matanya tetap mengalir bak air terjun di gunung Flores. Mana itu? Kagak tahu:V

Plaaak

Yap gue nampar Aysa yang masih tetep nangis. "jangan jadi bajingan dengan lo nangisin dia yang sekarang nggak tahu kalau hati lo udah sakit karena dia. Apa dia akan tahu kalau lo sakit dan rapuh disini. Sekarang gue tanya, tamparan gue tadi tetep nggak bisa sebanding kan sama rasa sakit di hati lo?! Jawab!" bentak gue karena kesal melihat Aysa yang tetap menangis sesegukan kayak bocah ngrengek minta di beliin sabun mandi.

"iya," jawab Aysa seraya mengangguk sekali. "sob. Gue emang bukan dokter cinta tapi gue mohon sama lo, jangan melukai dan menyiksa diri lo sendiri karena dia yang seharusnya lo buat pergi jauh dari hati dan pikiran lo, gue yakin Aysa yang gue kenal nggak selemah ini," gue mencengkeram kedua bahu Aysa bermaksud memberikan kekuatan bagi doi untuk bisa melupakan Dev dan kembali fokus dengan pendidikan. Jha sok bat yak, biarin lah!

"lo harus tahu, kita disini akan selalu ada buat lo, bilang ke kita lo mau cowok yang model kayak apa. Bakalan gue cari bahkan walau sampe ke ujung pantai selatan sekalipun. Karena bagi kita, satu sakit semua rapuh," Aysa langsung memeluk tubuh gue dan di ikuti oleh seluruh makhluk alay yang kian berkumpul di belakang kantin.

###

Aysa Pov

Malam ini, gue mutusin buat jalan-jalan di deket taman rumah gue. Kasian aja ama saraf otak dan jantung gue yang terus-terusan gelisah nggak karuan kayak mau pisah sama doi, padahal nggak punya :v

Di tengah jalan, gue nggak ngelihat sumpah nggak lihat kalau di depan gue itu kubangan selokan yang super guede kayak pantatnya Alya. Dan duem. Gue jatoh ke dalam selokan itu. kaki gue maksudnya, ya kali tubuh gue muat di selokan kecil itu.

The Love Comedy Class (COMPLICATED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang