Tiga Puluh Tiga

32 10 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan berjam-jam lamanya. Akhirnya ketiga manusia itu sampai di Perancis.

Di saat perjalanan ke rumah sewa yang sudah di sewa oleh Adit. Silva tak sengaja menabrak seorang lelaki yang tengah mengenakan headphone. Gadis itu hampir saja terjatuh menghantam lantai bandara, namun tangan cekatan Adit lebih dulu menangkap badannya hingga terjadi kontak mata antara mata indah Silva dan mata tajam milik lelaki yang kini tengah menopang tubuhnya.

Keduanya tersadar dari keterdiaman masing-masing saat Zidan berdeham cukup keras. "Eh ma-maaf pak. Sa-saya tadi tidak sengaja," ucap Silva seraya menyembunyikan rona di wajah cantiknya.

"Nggak papa kok. Kamu baik baik aja kan?"

"Iya pak, saya baik baik aja,"

"Silva. Saya mau mulai sekarang kamu jangan manggil saya dengan sebutan bapak,"

"Terus saya manggil bapak siapa?"

"Terserah kamu. Sayang juga nggak papa,"

Spontan mata Silva melotot tak percaya mendengar apa yang baru saja bosnya itu katakan.

"Hahahaha, nggak-nggak, bercanda. Panggil aja dengan sebutan yang lebih modern gitu. Kan saya belum bapak-bapak,"

"Oh gitu. Ya udah saya manggilnya Bos aja gimana?"

"Nha kan lebih gimanaaa gitu!"

"Maaf tuan. Taxinya sudah di siapkan," ucap Zidan membuat Adit menoleh ke arahnya dan mengangguk.

Ketiganya pun sampai di sebuah rumah sewa yang tidak bisa di katakan kecil. Bagian demi bagian rumah itu cukup elegan.

Luar biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luar biasa. Itulah kata yang terbesit di pikiran Silva saat melihat ruangan di mana dia akan bertugas.

"Silva. Kamar kamu ada di ujung meja makan. Dan Zidan. Kamu di sebelah Silva,"

Silva dan Zidan pun berjalan beriringan sebelum akhirnya berpisah di kedua pintu yang saling berjejeran.

"Wah the best bener ini kamar,"

"Bagus banget yah?"

"Eh bos. Iya kamarnya bagus banget. Hehe saya suka aja sama desain dan warnanya,"

"Iya sih bagus. Pas. Cantik. Dan menawan. Tapi nggak secantik dan semenawan yang ngehuni kamar ini,"

"Ah Bos, bisa aja. Eh iya bos. Tadi pak Syarma ngirim email, katanya dia ingin berbicara empat mata dengan anda di restoran dekat dengan rumah ini,"

"Oh begitu. Hm, baiklah. Kamu tidak papa kan saya tinggal sendirian di rumah ini?" tanya Adit seraya menatap mata Silva dengan jarak yang terbilang dekat.

Silva mengangguk dengan pasti. "Ya nggak papa dong. Lagian di sini kan ada bodyguard anda yang selalu siap siaga,"

"Zidan akan ikut dengan saya. Takut kalau di tinggal macam-macam liat gadis secantik kamu,"

The Love Comedy Class (COMPLICATED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang