Dua Puluh Sembilan

36 12 0
                                    

"Kok gitu sih Va? Lu gimana sih jadi istri?! Seharusnya lu nahan laki lu buat nggak deket lagi sama yang namanya Visha! Bukannya malahan nyuruh dia kawin sama jalang itu!" Raina membentak Silva saat mendengar penjelasan dari sahabatnya yang baru saja pulang dari Singapura.

"Udah dong Na, lu jangan ngebentak-bentak Silva terus. Kasihan dia," Nilna memeluk tubuh Silva yang sudah sangat lemas dan tidak memiliki semangat sedikitpun.

Raina duduk dengan wajah kesalnya. Melihat kembali kerapuhan di wajah sahabatnya bukanlah hal yang mudah bagi dirinya dan sahabatnya yang lain. "Maafin gue Va, gue nggak bermaksud buat ngebentak lu," ucap Raina yang tidak mendapat respon dari seorang Silva yang hanya menatap datar lantai kamar Nilna yang berwarna-warni.

Brrraakk

Semua mata terkecuali Silva yang menghuni kamar Nilna menoleh ke arah pintu yang terbanting begitu keras dan menampilkan dua orang wanita yang sedang mengenakan bikini karena sebenarnya mereka tengah berlibur di pantai untuk refreshing. Siapa lagi, kalau bukan Uza dan Rina.

"Dimana Arsen nya hah?!" tanya Uza dengan penuh emosi yang meluap-luap.

Tidak ada yang menjawab, Nilna ataupun Raina masih memperhatikan wajah datar yang sama sekali tidak mengatakan satu patah kata pun dari mulutnya yang seakan sudah membisu. "Va, tatap gue. Lihat mata gue," Rina berhasil membuat Silva menatap manik matanya dengan tatapan datar tanpa ada pergerakan sama sekali.

"Gue yakin hati lu sekarang lagi sakit. Karena itu, gue mohon jangan lu mendem sendiri. Kita di sini, kita siap buat nanggung rasa sakit lu itu. Keluarin semua keluh kesah lu ke kita Va, gue mohon," Rina membelai lembut punggung tangan Silva membuat wanita dengan sweater doraemon itu menangis penuh rasa sakit, sedih, kecewa, dan amarah yang tidak bisa tergambarkan.

"Arsen kejam Rin! Dia, hiks dia bersetubuh sama cewek lain. Hiks, dia nggak sayang sama gue. Gue lihat ada test pack yang memberikan tanda positif hamil dan potret Arsen sama Visha Visha itu, hiks. Huaaaa! Gue harus gimana sekarang?!" Rina memeluk tubuh rapuh yang tengah terisak parah itu, di iringi dengan pelukan dari Raina, Uza, dan Nilna.

"Lu bisa tinggal di sini untuk selamanya Va," ucap Nilna dengan penuh ketulusan.

"Nggak Nil, gue harus pulang ke rumah. Bagaimanapun gue masih istri sahnya Arsen, dan gue harus ngurus dia sampai perceraian kita resmi," Silva mengusap kedua pipinya untuk menghapus bekas air mata yang sempat singgah di sana.

Nilna, Uza, Raina, dan Rina hanya bisa menatap kagum ke arah Silva yang masih saja memprioritaskan Arsen di dalam kehidupannya, bahkan setelah dirinya sendiri tahu, jika Arsen bermain dengan wanita lain. "Kita salut sama lu Va. Gue ngedukung sejuta persen perpisahan lu sama si baj*ngan itu," Silva memeluk Raina sebentar lalu berpamitan kepada empat sahabatnya itu. Setidaknya sekarang dia lega karena tidak lagi menanggung lukanya sendiri.

Sampailah Silva di kediamannya. Gadis itu membuka pintu rumah dan mendapati Visha yang tengah berciuman dengan Arsen. "Kenapa gue salah masuk sih?!" batin Silva. Dan wanita itu melangkah cepat menaiki tangga untuk segera tidur dan melupakan atas apa yang dia lihat tadi.

"Stop, gue nggak boleh cemburu. Gimanapun, sekarang Visha lah yang akan memiliki Arsen sepenuhnya, ok gue harus tenang. Hua, tapi nggak bisa," setetes air mata meluncur mulus dari mata kanan Silva dan segera di tepis oleh wanita itu agar tidak terlihat rapuh.

"Lagi ngapain? Pura-pura tegar iya?" tanya seseorang di ambang pintu kamar Silva, siapa lagi kalau bukan Arsen, suaminya.

Silva menoleh dan menggelengkan kepalanya pertanda jika dia tidak menyetujui pertanyaan Arsen. "Oh gitu," jemari Arsen memutar kunci kamar Silva dan mengurung mereka di dalam ruangan ber-AC itu.

The Love Comedy Class (COMPLICATED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang