Dua Puluh Empat

39 10 0
                                    

........................................................................

Silva mencabut infusnya dengan paksa setelah kepergian suaminya. Gadis itu ingin sesegera mungkin mengetahui siapa gergana gadis yang ingin di temui oleh suaminya. Apakah Arsen ingin selingkuh lagi? Atau apa yang sedang terjadi.

Langkah demi langkah berhasil Silva kikis dari rumah sakit nan mewah itu. Ia menyewa sebuah taxi untuk mengikuti Arsen, hingga berhenti di sebuah café terfavorite di kota mereka. Setelah membayar si bang Tax. Silva akhirnya menjumpai Arsen tengah bercepika cepiki dengan seorang gadis berpakaian serba kekurangan bahan.

Mata Silva sudah nanar menahan air mata. Namun, gadis itu masih saja memantapkan hati untuk melihat kenyataan pahit yang di perbuat oleh suaminya di kala tahu jika dirinya terbaring di kasur biru rumah sakit.

Silva menyewa mantel cokelat, syal merah, kacamata, dan topi di toko baju yang terletak tak jauh dari café tersebut sebelum akhirnya duduk tepat di belakang kusri Arsen yang berhadapan langsung dengan gadis menor yang masih ia tidak tahu siapa identitasnya.

"Jadi berita kamu nikah itu hoax kan yah?"

"Iya. Mana mungkin aku nikah sama gadis lain, sedangkan aku tahu kalau kamu masih cinta sama aku. Lagian nggak ada di sini gadis secantik kamu," Arsen menjawab pertanyaan gadis itu dengan santai dan tenang tanpa memikirkan hati gadis lain yang duduk di belakangnya.

'Aku kamu anggap apa Yank?!' batin Silva yang sudah berlinang air mara di sebalik kacamata hitam miliknya.

"Ah kamu bisa aja. Eh iya, keluarga aku udah ada di Indonesia saat ini. Kamu kapan ngelamar akunya?" gadis itu menggenggam jemari Arsen dan tersenyum manjah ala Syahrini.

Terdengar dari dua telinga Silva, jika Arsen tidak langsung menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh gadis itu. Mungkin ia sedang berfikir, begitulah perasaan Silva yang berusaha di tegarkan menghadapi semua adegan di luar dugaan ini.

"Aku masih belum tahu. Nanti aku kasih kabar kamu yah," Arsen melepas tautan jemari yang menempel di jarinya beberapa saat yang lalu.

"Ya udah sih. Lagian aku juga nggak nuntut buru-buru. Aku cuman mau hidup sama kamu dan milikin kamu selamanya,"

"Iya aku akan mewujudkan impian itu Ta. Aku pasti akan mewujudkannya demi janji kita dulu," ucapan Arsen lagi-lagi menusuk dalam-dalam hati Silva yang mendengar kesungguhan di dalam kalimat yang di ucapkan lelaki itu.

"Nanti malam temani aku ke Starbucks yah,"

"Iya," Silva membungkam mulutnya rapat kala mendengar persetujuan dari suaminya kala di ajak jalan bersama gadis berinisial Ta itu. Berharap mulutnya tidak memakan Arsen mentah-mentah di keramaian café yang penuh kelapa manusia.

"Eh, aku di suruh ke lokasi Shooting sekarang. Gimana dong? Padahal kan aku belum puas kangen-kangenan sama kamu," gadis Ta itu membuat mimik cemberut ala anak paud yang kehauzan asi.

"Ya udah, kamu ke sana dulu. Nanti kan kita bisa ketemu lagi. Ok?" Arsen mengelus lembut rambut pirang yang tergerai itu dan membuat si pemilik rambut tersenyum senang.

Setelah si Ta itu pergi. Arsen memungut ponselnya dan menatap lama di layar bening itu yang memaparkan seorang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah si Ta tadi. Silva memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan menumpahkan coffee nya di kemeja yang di kenakan oleh Arsen.

Gadis itu terpaku saat melihat foto gadis Ta itu terpapang jelas di layar ponsel suaminya kala ia menunduk bermaksud membersihkan noda di kemeja Arsen.

"Maaf mas, saya nggak sengaja," Silva menundukan badannya lalu keluar dari café dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf mas, saya nggak sengaja," Silva menundukan badannya lalu keluar dari café dengan cepat.

Air mata lagi-lagi tumpah membasahi kedua pipinya. Kondisi badannya yang masih belum fit membuat Silva hampir pingsan di tengah jalan, namun gadis itu berhasil duduk di tepian danau kota yang sedikit sepi akan pengunjung.

"Kenapa? Kenapa kamu selingkuhin aku Sen?! Kenapa!" Silva menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menangis tersedu-sedu.

Perasaan antara sedih, rapuh, sakit dan kecewa kian bercampur aduk di dalam hati Silva saat ini. Cukup lama dia duduk di tepian danau, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke rumah Arsen agar suaminya itu tidak khawatir akan menghilangnya dia dari rumah sakit.

Setelah menempuh lima belas menit perjalanan. Kini Silva sudah sampai di rumah nya dan benar saja, Arsen belum pulang. Mungkin dia masih ada urusan penting, pikir Silva yang berusaha sekeras mungkin untuk tetap positif. Gadis itu memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di sofa biru tua di ruang utama. Memposisikan tubuhnya senyaman mungkin.

Tak lama, bel rumah berbunyi. Silva segera membukakan pintu dan mendapati sosok Arsen yang terlihat sangat kacau dan tidak baik-baik saja. Kemejanya kusut dan rambutnya acak-acakan. Tatapan kedua leser lelaki itu juga sangat redup dan penuh genangan air mata yang tidak bisa di artikan oleh seorang Silva.

"Kamu kenapa Yank?" tubuh Arsen ambruk menimpa Silva kala gadis itu melontarkan sebuah pertanyaan kepada nya.

Tubuh tegap Arsen dengan susah payah berhasil Silva bawa ke dalam kamar. Gadis itu menempelkan tangannya di dahi Arsen dan suhu badan lelaki itu sangat panas, itu membuat Silva panik dan segera mengambil air hangat sebelum kemudian akhirnya mengompres Arsen dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Lagi dan lagi, air mata seorang wanita kian meluncur dari dalam matanya dan menggenang di antara lekukan pipinya yang tembam.

Pandangan Silva beralih menatap ponsel Apple keroak di gigit serigala milik Arsen yang berdering menandakan adanya panggilan yang masuk. Meski ragu, Silva memungut ponsel itu dan angkat bicara. Gadis itu lagi, si Ta yang hentah siapa di kehidupan Arsen.

"Hallo! Sayang. Kamu dimana? Katanya mau nemenin aku?"

"Maaf nona, anda siapa ya?"

"Lho kok cewek sih. Siapa ini? Saya calon istrinya!" ngegas bro!

"Oh begini nona, tuan Arsennya sedang ada rapat dadakan di luar kota, makanya beliau tidak bisa menemui anda sekarang. Dan saya adalah sekretaris pribadinya," Silva berucap dengan air mata yang semakin deras mengalir di sekitar matanya.

Sambungan terputus sepihak dari Silva. Gadis itu tidak lagi sanggup untuk mendengar ocehan receh dari si Ta yang baginya sangat menyakitkan, harus berpura-pura mengaku sebagai sekretaris pribadi suaminya sendiri sedangkan dia bisa mengatakan posisinya yang sebenarnya di dalam hidup Arsen.

Silva menatap lama wajah tenang yang kian terpapar sinar lampu kamar sebelum akhirnya beranjak dari kasur untuk menuju ke kamar tamu dan berfikir untuk tidur di sana malam ini. Belum sempat niatnya terwujud, tangan Arsen berhasil mencekal pergelangan tangan Silva membuat gadis itu tersentak dan kaget.

"Mau kemana?" tanya Arsen dengan suara yang sangat lemah.

"Hm, gini. Malam ini aku mau tidur di kamar tamu aja. Mungkin kamu lagi nggak pengen di ganggu," jawab Silva sedikit lirih berharap lelakinya itu tidak tahu menahu tentang ia mengangkat telepon dari si Ta dengan sembarangan apalagi masalah hatinya yang sudah seperti nano nano milki itu.

Arsen melingkarkan kedua tangannya di pinggang Silva, menarik gadis itu menuju dekapannya dan mengunci tubuh ramping itu di dalam pelukannya. Meski sedikit gugup, Silva hanya mengikuti kemana tubuhnya sekarang mendarat.

"Hiks, maafin aku Yank," perkataan Arsen membuat Silva menoleh menatap manik mata yang sudah berlinang air mata. Jemari lembut nya terulur untuk menghapus air mata itu sebelum akhirnya tersenyum manis menatap wajah tampan suaminya.

"Nggak papa," 'Kenapa kamu tega Sen?!' begitulah istilah 'Kata kata tak selalu sesuai dengan kata hati'

"Maafin aku," setelah ucapan itu Silva hanya mengangguk dan mendekap kepala Arsen agar tenang dan lekas sembuh. Meski hatinya masih saja berdebat untuk membunuh atau memenggal kepala seorang suami yang tega selingkuh di depan istrinya.


































KAK DI VOTE PLEASE....
I LOVE YOU SO MUCH...
ADA YANG MAU KASIH MASUKAN BUAT MASA DEPAN ARSEN DAN SILVA? BISA KOMEN DI KOLOM KOMEN YAH, DI RESPONS KOK, SUMPAH DEH!

The Love Comedy Class (COMPLICATED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang