Tujuh

68 19 0
                                    

"selamat pagi anak-anak. Hari ini adalah pelajaran menari. Ibu harap kelas ini sudah memilih peran raja dan ratu untuk pentas dan mewakili nilai," ujar Bu Asih yang tak lain dan tak bukan adalah guru seni di sekolah gue. Meski usianya yang terbilang sudah berumur. Gerakan tarinya bhe luwes bener kayak nggak punya tulang.

"waduh gimana nih, siapa yang meranin?" tanya Tania si kacamata yang takut karena memang benar, kelas belum menentukan siapa yang akan memerankan dua tokoh suami istri itu.

"nggak tahu tuh. Kagak ada yang ngabar-ngabarin," sahut Yaya yang duduk di samping Tania. Kabar-kabar, lo kira kelas kita penyiar radio apa. Pakek acara kabar-kabar segala.

"kenapa malah pada diem. Jangan bilang kedua peran itu belum di pilih sama sekali," gue denger suara ibu itu semakin serak karena terlalu ngotot eh, istilahnya terlalu di paksakan.

"Bu, jangan ngotot ngotot, ntar cepet tua," lha emang bu Asih itu udah tua. Dasar Zaky bego. Nggak ngertian amat sih ama umur guru. Jan jangan dia juga nggak tahu umur dia berapa. Ih serem.

"kalau begitu. Ibu saja yang menunjuk peran raja dan ratu. Dan yang di tunjuk harus segera maju dan mulai menari, dansa yang sudah ibu terangkan sebulan yang lalu," nha kan, apa gunanya coba ibu tadi marah-marah. Dugaan Silva tuh emang nggak pernah salah. Tinggal ini, itu. Kelar kan bu, rempong amat deh.

"Silva dan Arsen. Cepat ke depan panggung. Ibu ingin kalian mempraktekan gerakan dansa karya kalian sendiri!" bu Asih dengan tak berdosanya menunjuk kedua siswa dan siswinya yang.... Eh apa tadi? Silva?! Njir, gue ini mah.

Dan dengan langkah malas plus ragu plus nggak mau plus eneg dan plus plus yang lainnya, gue dan Arsen kini berdiri di hadapan para kecoa kiloan.

"musik nya mana?" tanya gue yang dengan segera di respon sama si Alya dan ketombe itu langsung menyetelkan lagu dansa romantis yang bikin gue mau muntah seketika itu juga.

Tiba-tiba, kedua tangan Arsen melingkar di antara perut gue dan terpaksa gue meletakan kedua telapan tangan gue yang masih suci-sucinya di kedua pundak lelaki bangs*t itu. Gerakan ke kanan dan ke kiri pun di mulai dengan menyesuaikan irama musik.

Karena bosen gue bermaksud untuk berlari dan segera duduk di kursi gue yang biasa gue jadiin ranjang sementara saat pelajaran-pelajaran membosankan itu di mulai.

Saat kaki gue melangkah dan melepaskan cengkraman di pundak Arsen, tiba-tiba Arsen kembali menarik tangan gue dan meluk gue dari belakang.

"cie! Cuit! Ahai. Romantis bener dah kayak sinetron India," dasar Raina dikit-dikit baper, sekarang ngeumpamain gue lagi main sinetron India lagi, iya mending kalau aktornya Shahrukhan, lah ini kutil gajah. Kan males.

Arsen melepaskan pelukannya di pinggang gue dan langsung memutar tubuh gue buat jadi baling-baling dengan kedua tangan kami yang masih melekat. Pusing sumpah, tapi ya udah lah.

"wow kalian sangat kompak sekali. Ibu akan memberikan nilai tertinggi di kelas ini. Kalian bisa duduk kembali," ujar bu Asih dengan tersenyum puas menyaksikan penampilan spektarakulor gue dan Iblis laknat itu. Disusul dengan tepuk tangan dari temen kawanan gue yang duduk di kursinya.

###

"weh, ngiming-ngiming. Gue tadi udah nyelesaiin satu soal MTK sendiri loh," sumpah Za, gue nggak nanya. Jawab satu soal aja kayak menang pidato tingkat tangga, rempongnya, naudzubillah!

"wih, udah bisa cari Doi nih," sahut Aysa yang gue yakin dia juga lagi mabok teler asmara dari cogan yang ketemu di got beberapa jam yang lalu. Pertemuan yang sangat istimewa segaligus mengenaskan.

"iya dong. Akhirnya gue bakal bisa pdkt-an ama babang Zidan Aconda," ucap Uza berbangga diri. Gadis yang satu ini, memang sudah lama sekali mengincar Zidan sebagai target pertama untuk di jadikan pacarnya. Tapi ya, kita lihat aja ya. moga kagak kandas di tengah jembatan.

"eh eh. Enak bener ya. Gue juga udah nyelesaiin satu soal MTK. so gue juga bakal deketin Zidan. Fix mulai sekarang kita saingan," Uni menyewoti perbincangan antara Uza dan Aysa yang tengah banjir oleh konflik Zidan. Padahal menorot penelitian yang udah gue lakukan selama seabad lamanya, Zidan tuh nggak ganteng-ganteng amat. Masih gantengan juga Jungkook BTS.

"ok, kita lihat ntar!" dan Akhirnya kedua kakak berdodok itu menjadi pesaing demi mendapatkan cinta dari Zidan yang nggak tahu udah berapa lama ngeisi kehidupan kedua kurcaci itu.

###

Uza kini tengah termenung di tepi sungai, dimana dulu saat ia masih kecil dan hanya mengenakan CD dan kaos ketek yang super feminim tengah kejar mengejar bersama kakak kandungnya Uni.

Gue yang kebetulan ngelihat si Uza yang mendongo tanpa bergeming pun langsung menghampiri nya. Takut jika dia kerasukan, eits emang ada yang mau rasukin si Uza? Sapa aja deh sono. Gue langsung aja tuh duduk di samping Uza.

"lo ngapa?" tanya Gue to the point tanpa bertele-tele bak pak Eko yang mau ceramah di pengajian. "hah? Nggak, gue kagak napa-napa. Emang kenapa?" tanya Uza balik dengan wajah yang sedikit terkejut seakan melihat anak tikus di hadapannya.

"jujur aja kali Za. Lo tuh nggak biasanya bengong gini," gue berusaha menciptakan suasana senyaman mungkin agar si Uza bisa bercerita tanpa suatu tekanan apapun. Eh menurut hukum IPA kalau lo terlalu tertekan, berarti lo kebanyakan gaya. so, sok atuh kurangin Gayanya biar nggak banyak tekanan.

"sebenarnya gue nggak yakin sama perasaan gue ke Zidan. Gue takut ini cuman cinta monyet antara gue ke dia. Gue nggak mau nyakitin hati kakak gue sendiri demi ego yang nggak jelas tujuannya," nha kan, gue bilang juga apa, si Uza akhirnya cerita kan. Udah diem! Dengerin ok.

"ya udah si Za. Cowok di luar sana tuh banyak. Bahkan yang lebih baik dari si Zidan. Tapi lo harus inget. Sampai kapanpun. Lo nggak akan bisa dapetin tiruan kakak sejenis Uni. Gue yakin kok. Dia sayang banget ama lo. Dan gue tadi denger dari Nilna, katanya Uni udah mendem rasa ama Zidan dari kelas 2 SMP. yah, menurut gue sih. Lo jauhin Zidan dan belajar mencintai orang lain aja," hentah keajaiban datang dari mana. Otak dodong gue akhirnya bisa berfikir dengan bijak. Seenggaknya buat hari ini, iyakan?!

Sejenak gue lihat wajah ngenes si Uza menunduk dan bibirnya diam. "iya lo bener Va. Gue udah terlalu egois selama ini ama Uni. Makasih pencerahan lo. Cocok juga lo jadi penerusnya mamah dedeh," masih sempet aja tuh grobak ketoprak ngelawak bahkan saat hatinya gundah sekalipun. Ya gue seneng sih, akhrinya gue bisa berguna juga buat kehidupan orang lain.

Setelah percakapan singkat itu. Uza menemui Uni dan merelakan Zidan agar bersanding bersama Uni. Syukur lah kalau gitu. Jan berantem lage yak. Ok!


Sekian dulu. See you. Love you guys

Jan lupa di follow dan tekan bintang di bawah dan tinggalin pesan dan kesan kalian di kolom komentar.

Di tunggu loh ya ............''.........

The Love Comedy Class (COMPLICATED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang