Delapan Belas

37 14 3
                                    

........................................................................

"Gue nggak tahu sih, semoga aja nih anak cepet keluar. Minta doa kalian yah," Yaya memegangi perutnya yang sudah menggembung seperti bola pimpong. Gadis itu memang tengah mengandung anak dari Agre. Mereka menikah 2000 tahun silam dan baru di karuniai calon anak kali ini.

"kita selalu doa yang terbaik kok buat kamu Ya'. Ya kan?" Silva mengelus elus perut Yaya dengan lembut seakan bayi di kandungan temannya itu turut merasakan belaian halus dari tangannya. Di kira tante kebelet di belai apa.

"IYALAH!" sahut seluruh pengunjung di kediaman Yaya. Silva dan teman-temannya tengah berkumpul di rumah Yaya, mereka bermaksud menemani Yaya karena Agre yang tengah sibuk mencari duit di luar kota selama beberapa jam ke depan.

Di rumah Yaya hanya ada Silva, Arsen, Alya, Dickin, Raina, Tania dan Uza. Yang lain kemana? Masih pada sibuk nyisir bulu ternak masing-masing. Maklum lah yah, mereka kini ganti profesi jadi peternak gajah.

"kira-kira lahirannya kapan yah?" tanya Alya sedikit kevo.

"kalau nggak besok sih lusa kata dokternya," jawab Yaya ala kadarnya. Bagi Yaya tidak penting kapan anaknya akan lahir. Yang penting ia dan anaknya selamat di dunia yang penuh dengan perkara yang tidak bisa untuk di perkiri.

"oh gitu, yang di rasaken sama orang hamil itu gimana toh Ya'?" Dickin kian mengambil suara setelah mematung diam di pojok ruangan. Ih serem!

"yah, berat lah! Napa lu nanya sono. Bini lu aja udah lu buntingin!" sergah Alya yang di yakini oleh Yaya jika ada sepercik kecemburuan yang berekor kuda di nada bicara Alya.

"ah sebenernya, sssshhh. Aduh!" Yaya merintih menahan sakit yang teramat sangat parah banget nget nget.

"lah lu napa Ya'!?" tanya Raina cemas. Meski profesinya sebagai seorang dokter, ia tetap tidak bisa gimana-gimana. Karena Raina menangani masalah khusus jantung. Sedangkan situasi saat ini bikin jantungan dirinya sendiri.

"gu-gue mau la-"

"laper?" celetuk Arsen yang menebak-nebak kata selanjutnya dari bibir Yaya.

"lahiran bego! Anjing! Sakit bener ini perut gue. Bantuin bawa gue ke rumah sakit!" Yaya mengetuk kepala Arsen yang dekat dengannya.

"buruan yank kamu gendong Yaya. Kita langsung ke rumah sakit!" Silva dengan tampang super duper cemas menyuruh kekasihnya agar membopong tubuh Yaya menuju rumah sakit terdekat.

"eh eh eh. Kebalik nyet!" umpat Yaya karena Arsen salah mengangkat tubuhnya saat hendak membopongnya.

"eh iya lupa," Arsen dan yang lain segera menuju ke mobil Dickin.

"buruan di masukin nyet ntar keburu brojol tuh jabang bayi!" Uza dengan segudang kepanikan berseru dengan lantang dari belakang Arsen.

"gimana mau masukin. Orang lakinya Alya bego nggak ngebukain!" Arsen menatap tajam ke arah Dickin yang hentah melamunkan apa dan tidak bereaksi sama sekali.

"njing! Bukain pintunya!" bentak Silva berusaha kalem sekalem pengantin baru.

Dengan kecepatan ala powerenger Dickin membukakan pintu belakang mobilnya. Arsen memasuki mobil di iringi sama para makhluk kasat mata yang lainnya.

"aduh, aduh. Sakit!" rintih Yaya lagi dengan wajah pucat. "gimana dong ini?" Tania memegangi perut Yaya berharap bayinya tidak keluar di dalam mobil si Dickin.

"lha gimana? Udah buruan elah Kin! Lu nyetir siput banget deh!" bentak Silva dengan emosi antara khawatir dan cemas serta gemas yang tak terdeskripsikan lagi.

The Love Comedy Class (COMPLICATED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang