"kau yakin bisa mengurus ini sendirian?" tanya Silva seraya memandang Cici dengan penuh keprihatinan. Sedangkan yang di pandang hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
"ini tidak sulit kok. Saya akan mengurusnya. Sebaiknya anda pulang saja. Ini sudah larut malam," Cici menyuruh Silva untuk segera pulang mengingat hari sudah terlalu malam bagi seorang manusia yang hidup dan bernafas.
"ah baiklah kalau begitu. Aku pamit pulang dulu, kau jaga dirimu baik-baik," Silva berjalan perlahan menuju ke mobil yang ia parkirkan tidak jauh dari kantornya. Gadis itu mengamati ada yang sedikit berbeda dengan mobilnya, dan itu tidak salah. Sebuah kertas bertulisan amburadul kian menempel di kaca depan mobilnya.
"Aku akan memilikimu, bagaimanapun itu!" gumam Silva saat membaca deretan kata dengan tinta yang ia yakin seyakin yakinnya adalah darah.
Mata gadis berbaju longgar itu menyapu seluruh penjuru parkiran dan tidak menemukan siapapun untuk bisa menjumpai sang pelaku kejahatan.
Meskipun ragu dengan pilihannya, Silva memungut ponsel dari dalam tas kecil yang ia selempangkan di badannya. Ia menekan kontak Arsen dan tiba-tiba seseorang menarik tubuhnya dan membekap mulutnya hingga ia hilang kesadaran.
Tanpa di sadari oleh orang yang menyeret Silva ke belakang, ponsel di tas kecil Silva masih terhubung dengan Arsen, dan tidak terputus.
"Sekarang gue akan nunggu lu sadar dan bakalan nikahin lu setelah itu lu bakalan jadi milik gue selamanya Silva Nanda Syara!" di seberang Arsen yang mendengar perkataan dari lelaki yang asing pun segera bangkit dari duduknya. Lelaki itu tengah berkumpul dengan Dickin dan Dev.
"Lu kenapa dah kayak lihat demit ae?!" tanya Dev yang terkejot akan perlakuan Arsen.
"Kita harus lacak keberadaan Silva sekarang. Dia mau di kawinin sama anjing nyet!"
"Omg demi datang e powerenjes ke puncaknya monas! Silva mau kawainan maning sama anjing?!" seru Dickin yang sangat tidak percaya jika istri dari sahabatnya adalah penggila anjing dan parahnya mau di nikahin. So itu nggak logika guys.
Arsen menjitak kepala Dickin dengan keras. "Lu kira bini gue udah sedeng atau gimana hah?!"
"Sans bro! Alangkah lebih beciknya kita cari si Penggila anjing itu sekarang. Ntar keburu kawin, kan lu nya rugi. Belum ngapa-ngapain udah di duluin sama si anjing. Iya pan?" dengan berat hati, Arsen hanya menunduk dan mengangguk lemah, terlanjur pasrah dengan sebutan penggila anjing yang terngiang ngiang di kedua telinganya.
"Lu yakin di tempat ini Sen? Masak iya di sini ada Anjing sih. Adanya juga kembarannya naruto ah," Dev memberhentikan mobilnya saat sudah sampai di salah satu gedung tua yang masih bisa di sebut megah.
"Iya. Udah buru ah. Ntar keburu terjadi apa-apa lagi," Arsen keluar dari mobil dengan perasaan was was, khawatir, takut, tidak karuan bak orang meriang merindukan meriam gitu sih.
Baru saja mereka melangkah memasuki gedung itu dan terdengar suara tamparan keras yang membuat ketiganya berhenti melangkah. Enam pasang mata tersebut tidak percaya sekaligus tidak menduga jika sosok yang tengah di tampar adalah si penggila anjing, eh ralat maksudnya Silva.
"Pakai gaun ini! Kalau nggak gue bakalan lukain lu lagi sampe lu mati!" bentakan suara bariton itu membuat Silva semakin terisak dan menggelengkan kepalanya beberapa kali. Terlihat jelas ada banyak darah di beberapa lengan dan kepalanya karena kekerasan yang di perbuat oleh lelaki di hadapannya.
"Ayolah sayang. Aku mohon. Pakai ini yah, aku nggak akan ngelukain kamu kalau kamu nurut sama aku," lelaki itu mengangkat dagu Silva yang sudah mengalami sayatan karena benturan di tembok beberapa saat yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Comedy Class (COMPLICATED)
RandomDunia nggak selamanya antara hidup dan mati bukan. Hidup seorang Silva Nanda Syara begitu berwarna saat bertemu dengan orang yang very yunik di kehidupannya yang amburadul. Kejonesan yang ia alami seakan tak berwujud adanya karena seluruh teman dar...